Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Soal Uang Bukan Segalanya Telah Memberikan Saya Pelajaran Bermakna

3 Februari 2021   13:03 Diperbarui: 4 Februari 2021   07:05 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uang (Dokumentasi pribadi)

Hanya tulisan ringan dari sebuah pengalaman. Kisah antara saya dengan salah satu teman terkait tagih-menagih utang. Ini uang pribadi, bukan milik perusahaan atau milik orang lain yang dititipkan. Memang sih bikin kesal bila tak kembali sama sekali atau dikembalikan, tapi jumlahnya tak utuh seperti kesepakatan di awal.

Saya terkenang di tahun 2011, saat Blackberry masih berjaya, seorang sahabat mengirimkan quote bijak lewat BB. 

Di kala itu, saya tak merasa ini ungkapan pas banget buat saya. Namun bertahun kemudian dengan makin banyak pengalaman dan berinteraksi, jadi makin ngeuh. Termasuk kepada siapa aja yang berurusan soal pinjam meminjam uang. 

Untaian kata di bawah ini, arti sederhananya adalah sebagian orang datang dalam hidupmu sebagai berkat, sebagian lainnya sebagai pembelajaran. Dan mereka-mereka ini bisa mendatangkan kemudahan pada jalan hidupmu dan dari mereka juga kamu bisa belajar ilmu kehidupan yang berguna. Ini berlaku bagi kamu terhadap mereka, maupun bagi mereka terhadap kamu. 

"Some people come into your life as blessings, others come in your life as lessons" 

Kisah Pengalaman

Di tahun 2018 lalu, seorang tenaga sekuriti di kantor Sebut saja namanya Mas David, mengajukan pinjaman pakai jaminan BPKB Motor. Itu kendaraan satu-satunya. Sepeda motor yang menyimpan banyak kisah kasih dengan sang pacar yang kini jadi istrinya, dan juga barisan para mantan yang pernah duduk manja diboncengnya. Itu penuturannya. 

Sejak awal saya tak tahu ada pengajuan, tiba-tiba saat proses pencairan, ada mapnya di meja. Cek ke anak-anak, ternyata sengaja mereka tak info. Kuatirnya nanti dibilang turunin pinjaman bahkan bisa batal. 

"Dia butuh Pak, buat biaya nikahan. Kan Bapak lihat tuh calon istrinya yang biasa nungguin dia pulang", kata si Credit Officer (CO)

"Kok ngga bilang dulu.Nih sekuriti juga tidak ada ngomong. Emang dia bisa bayar angsuran segitu sampe selesai?", tanyaku sembari bolak-balik dokumennya. Setelah dicek, akhirnya saya klik "YES" di sistem setelah CO meyakinkan bahwa ada usaha calon istrinya sebagai penopang tiang ekonomi. Kredit 2 tahun dibayar per bulan (penjamin istrinya). 

Dalam hati, meski ragu nanti tidak mulus kreditnya, namun akhirnya kekuatiran soal itu ditepis karena sekuriti termasuk orang dalam juga walau statusnya karyawan vendor. 

Paling kalo tersendat-sendat, masih bisa padat merayap sampai selesai. Tidak akan sampe ketariklah. Kalau pun terjadi eskalasi tersebut, karena satu dan lain hal, tidak mungkin juga lari. Lha kantor kan tempat cari nafkahnya juga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun