Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bahaya Overthinking dalam Film "Perempuan dalam Pasungan" (1981) dan Kisah Nyata Anak Seorang Nasabah

21 Maret 2021   19:59 Diperbarui: 22 Maret 2021   15:50 931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah overthinking bisa menyebabkan gangguan mental dan jiwa yang berat? Sebagai orang awam yang tak pernah mendalami ilmu psikologi atau kejiwaan, tak bisa menjelaskan secara teori. 

Namun menonton film ini, dan mendengar kisah satu keluarga yang salah satu anggotanya didiagnosa sakit jiwa, sejumlah gejala seperti terlihat pada mereka yang mengalami overthinking. 

Sumber: IMDB.Com
Sumber: IMDB.Com
Susah tidur dan memejamkan mata di malam hari. Seakan -akan sedang memikirkan sesuatu, tanpa memberitahukan ketika ditanyakan. Menutup diri. Sebagian dipicu oleh prasangka dan kekuatiran yang berlebihan, ditambah rasa bersalah. Berakumulasi membebani pikiran. 

" Awalnya Rudy seperti anak muda lainnya. Suka musik dan kumpul-kumpul dengan temannya. Namun setahun setelah dia kuliah di Jawa, perilaku aneh mulai terlihat," kisah seorang Ibu berusia 59 tahun, yang juga salah satu nasabah di kantor

Teman-teman kos sesama mahasiswa melihat tengah malam, dia berkunjung dari kamar ke kamar, menanyakan apakah ada pakaian yang mau di cuci, Dikira bercanda, taunya keterusan berminggu-minggu. Akhirnya kami jemput dan bawa pulang ke rumah.  

Anak laki-lakinya, kini sudah belasan tahun belum sembuh. Kata orang tuanya, gangguan mental dipicu kisah asmara dengan mantan ceweknya kala kuliah dulu. Padahal dari SD hingga SMA, sehat sehat saja. 

"Kok bisa Rudy begitu ya....dulu kita sering main ke rumahnya. Normal -normal aja, sekarang kasihan kalo liat dia jalan -jalan sendiri," kenang beberapa teman sekolahnya, kala duduk ngopi dengan saya. 

Terbesit niat tuk memasung, agar tak ke mana-mana, namun diurungkan. Mereka memilih mengurungnya di kamar. Soal rasa malu, dihina dan dicemooh warga karena sakit jiwa anaknya, ditambah biaya hingga ratusan juta tuk memulihkan sang anak,rela dijalani. Meski hingga 2021 ini, sang anak masih dalam 'pasungan'. 

Kisah lain dari dampak overthinking yang berat dibingkai dalam tradisi pasung yang bertalian dalam budaya Suku Jawa,pernah diangkat ke dalam layar lebar dengan judul Perempuan Dalam Pasungan (disingkat aja PDS). Film ini terpilih sebagai film terbaik dalam FFI tahun 1q81. 

Salah satu keunikan dan keunggulan film ini lantaran mengangkat bahayanya gangguan mental yang dimulai dari prasangka dan kecurigaan yang berlebihan, sehingga menjadi overthinking yang malah memperparah kehidupan seseorang. 

Menariknya budaya pasung yang telah dilarang di awal 80 an masih terus dijalankan. Terakhir membaca laman berita di Kompas.Com, linknya di bawah. 

Film PDS berkisah flash back, diawali dengan seorang jurnalis sebuah media surat kabar, bernama Mirjaman yang tanpa sengaja mendengar suara wanita bernyanyi sinden dan lagu dalam bahasa Jawa, di suatu desa di Jogjakarta. Naluri jurnalis membuatnya kepo akan siapa wanita pemilik suara indah itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun