Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bahaya Overthinking dalam Film "Perempuan dalam Pasungan" (1981) dan Kisah Nyata Anak Seorang Nasabah

21 Maret 2021   19:59 Diperbarui: 22 Maret 2021   15:50 931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: instagram @Film_Indonesia

Apa saja yang berlebihan itu tak baik....termasuk prasangka dan kekuatiran

Apakah overthinking hanya menimpa orang muda? Hanya pada keluarga dengan anak-anak yang masih balita? Ataukah tak terlalu berdampak pada mereka yang secara sosial  ekonomi dikategorikan terpandang? Rasanya tidak. 

Hampir setiap orang dengan beraneka status dan profesi setidaknya pernah mengalami. Hanya saja kadarnya mungkin berbeda. 

Bila memang demikian, kira-kira apa saja yang cenderung membuat pelaku overthinking sedemikian terbenam ke dalamnya? Saya mencatat ada beberapa faktor, antara lain: 

1. Pekerjaan

Beberapa orang membawa beban kerja dari kantor hingga pulang ke rumah. Bahkan di atas tempat tidur pun masih memikirkan bagaimana begini bagaimana begitu. 

Cenderung yang dipikirkan adalah risiko yang menimpa sehubungan dengan target dan performa, ataukah didera rasa bersalah lantaran ada sesuatu yang salah dilakukannya. 

2. Keluarga

Kehilangan salah satu keluarga karena meninggal dunia, bagi sebagian orang, overthinking lebih ke arah kesepian dan kesendirian. Saya pernah mengalami ketika almarhumah Mama berpulang sekian tahun silam. Tak dapat tidur beberapa malam, dan hanya menangis mengenang banyak kesempatan yang mis (hilang).  

Pada beberapa orang tua, bisa mengalami overthinking saking kepikiran karena anak-anaknya mungkin tak sesuai ekspetasi dan harapan. Misalnya bila si anak terlibat pergaulan buruk, hamil di luar nikah, narkoba dan tindak kriminal. 

Di samping itu anak-anak mengkuatirkan keadaan orang tuanya sehubungan kondisi fisik dan kesehatan yang makin menurun atau dalam katagori parah dan bahaya, atau karena divonis penyakit berat atau didiagnosa positif Covid ditambah adanya penyakit menahun. 

3. Kemampuan finansial dan ketidaknyamanan hidup. 

Hutang piutang yang tak terbayar lantaran siklus naik turun keuangan , cenderung bikin sebagian orang bisa overthinking. Putar otak kesana kemari dan memikirkan hingga mata tak kunjung terlelap. Belum lagi  kepikiran sejumlah dampak yang bisa terjadi. 

4. Warna-warni asmara dan aroma perasaan antara benci, cinta, dan cemburu. 

Apakah cinta bikin orang jadi tak waras? Bisa saja,bila kadarnya berlebihan. Bila rindu di jaman sekarang, dengan tersedianya teknologi bisa terhubung kapanpuan, tidak demikian halnya bila di dera benci atau cemburu. 

Bakalan tak ada yang akan mengungkapkan secara langsung. Justru tak terungkap, malah lebih memicu ke overthinking. Kepikiran bagaimana caranya dan dengan cara apa. Apalagi bila sudah naik ke ubun-ubun. Bahaya. 

Katalisator Overthinking

Saat Sekolah Menengah, mungkin kita mengenal istilah katalisator dalam mata pelajaran Kimia atau Ekonomi. Ini adalah istilah pada apa saja yang membuat sebuah proses menjadi lebih cepat atau lebih berat. 

Overthinking sendiri pun, ini hanya analisa pribadi, cenderung akan menjadi-jadi, manakala terpicu dari hal-hal berikut, yang terbagi atas faktor dari dalam dan faktor dari luar. 

1. Faktor dari dalam diri, antara lain apakah pelaku introvert atau ekstrovert, didikan dan latar belakang budaya yang membentuk diri, nilai -nilai hidup yang diwariskan atau ditanamkan dalam tumbuh kembang dari anak-anak hingga dewasa. 

2. Faktor dari luar, datang dari apa omongan orang lain yang di dengar, apa yang dibaca, apa yang dilihat dan sejumlah contoh yang sudah ada  dan menimpa orang lain, terhadap kondisi dimana dia sedang meng - overthinking hal tersebut. 

Kisah Anak Seorang Nasabah, dan Bahaya Overthinking dalam Film Perempuan Dalam Pasungan

Apakah overthinking bisa menyebabkan gangguan mental dan jiwa yang berat? Sebagai orang awam yang tak pernah mendalami ilmu psikologi atau kejiwaan, tak bisa menjelaskan secara teori. 

Namun menonton film ini, dan mendengar kisah satu keluarga yang salah satu anggotanya didiagnosa sakit jiwa, sejumlah gejala seperti terlihat pada mereka yang mengalami overthinking. 

Sumber: IMDB.Com
Sumber: IMDB.Com
Susah tidur dan memejamkan mata di malam hari. Seakan -akan sedang memikirkan sesuatu, tanpa memberitahukan ketika ditanyakan. Menutup diri. Sebagian dipicu oleh prasangka dan kekuatiran yang berlebihan, ditambah rasa bersalah. Berakumulasi membebani pikiran. 

" Awalnya Rudy seperti anak muda lainnya. Suka musik dan kumpul-kumpul dengan temannya. Namun setahun setelah dia kuliah di Jawa, perilaku aneh mulai terlihat," kisah seorang Ibu berusia 59 tahun, yang juga salah satu nasabah di kantor

Teman-teman kos sesama mahasiswa melihat tengah malam, dia berkunjung dari kamar ke kamar, menanyakan apakah ada pakaian yang mau di cuci, Dikira bercanda, taunya keterusan berminggu-minggu. Akhirnya kami jemput dan bawa pulang ke rumah.  

Anak laki-lakinya, kini sudah belasan tahun belum sembuh. Kata orang tuanya, gangguan mental dipicu kisah asmara dengan mantan ceweknya kala kuliah dulu. Padahal dari SD hingga SMA, sehat sehat saja. 

"Kok bisa Rudy begitu ya....dulu kita sering main ke rumahnya. Normal -normal aja, sekarang kasihan kalo liat dia jalan -jalan sendiri," kenang beberapa teman sekolahnya, kala duduk ngopi dengan saya. 

Terbesit niat tuk memasung, agar tak ke mana-mana, namun diurungkan. Mereka memilih mengurungnya di kamar. Soal rasa malu, dihina dan dicemooh warga karena sakit jiwa anaknya, ditambah biaya hingga ratusan juta tuk memulihkan sang anak,rela dijalani. Meski hingga 2021 ini, sang anak masih dalam 'pasungan'. 

Kisah lain dari dampak overthinking yang berat dibingkai dalam tradisi pasung yang bertalian dalam budaya Suku Jawa,pernah diangkat ke dalam layar lebar dengan judul Perempuan Dalam Pasungan (disingkat aja PDS). Film ini terpilih sebagai film terbaik dalam FFI tahun 1q81. 

Salah satu keunikan dan keunggulan film ini lantaran mengangkat bahayanya gangguan mental yang dimulai dari prasangka dan kecurigaan yang berlebihan, sehingga menjadi overthinking yang malah memperparah kehidupan seseorang. 

Menariknya budaya pasung yang telah dilarang di awal 80 an masih terus dijalankan. Terakhir membaca laman berita di Kompas.Com, linknya di bawah. 

Film PDS berkisah flash back, diawali dengan seorang jurnalis sebuah media surat kabar, bernama Mirjaman yang tanpa sengaja mendengar suara wanita bernyanyi sinden dan lagu dalam bahasa Jawa, di suatu desa di Jogjakarta. Naluri jurnalis membuatnya kepo akan siapa wanita pemilik suara indah itu. 

Beberapa warga berusaha menyembunyikan, lantaran di kala itu (sampai sekarang juga ya), adalah aib bagi keluarga yang salah anggotanya sakit jiwa, dan aib juga bagi warga desa lainnya. 

Mirjaman berusaha mengintip dari atap,dan melihat bahwa pesinden tersebut adalah seorang wanita muda kumal berambut panjang nanum terpasung (dirantai).

Tengah mengintip, warga lain melihat apa yang dilakukan Sang Jurnalis. Akhirnya dibantu sodara laki-laki wanita terpasung tersebut,Mirjaman berhasil masuk dan menemui lebih dekat, dengan menyamar sebagai pengantar makanan. 

Dari sinilah, terkuak pengakuan dan cerita si wanita tersebut, riwayat dan jalan hidupnya. Mirjaman melaporkan pada Pemimpin Redaksi di kantor penerbitannya, agar kisah ini dijadikan berita dan dimuat di halaman media tersebut.

Akhirnya makin benderanglah lika -liku kehidupan wanita tersebut, bertalian dengan budaya Jawa yang kental dan bumbu asmara berbalut persahabatan. 

Fitria, wanita cantik tersebut, di kala itu berusia di akhir 20 an, adalah seorang ibu dua anak. Mengalami overthinking karena prasangka dan kekuatiran yang berlebihan pada sahabatnya Marni. Dia curiga suaminya Andi, ada main dan selingkuh dengan nya. 

Fitria bisa kepikiran seperti itu karena termakan perkataan Ibu Danu, tetangga rumah yang sakit hati karena ditinggal suaminya karena main serong dengan wanita lain. 

Tetangga emak-emak itu berharap Fitria tak mengalami kesusahan yang sama dengan dirinya, karena mengijinkan wanita lain hadir dalam rumah tangganya, meskipun adalah sahabat baiknya dan juga sahabat suaminya pula. 

Singkat cerita, Fitria didera rasa bersalah ketika mendengar Marni meninggal, sesaat setelah dia mencampur minuman marni dengan larutan yang diperolehnya dari seorang yang dianggap dukun. 

Tujuannya demi menjauhkan sohibnya itu dari kehidupan rumah tangganya, namun malah berujung tewasnya Marni. Parahnya cairan dukun tersebut diberikan oleh Prasetyo, teman kuliah mereka, yang patah hati karena cintanya tak pernah ditanggapi oleh Marni, yang malah jatuh hati pada Andi,suami Fitria. 

Ketika tahu bahwa Marni meninggal, Prasetyo meneror Fitria. Dendam dan benci karena dianggap menghabisi gabetannya, yang dikejarnya selama ini  tanpa memberitahu larutan tersebut dipesan buat siapa. 

Sebaliknya, Fitria babak belur dihajar overthinking antara berdosa sebagai pembunuh dan membayangkan akan masuk penjara. Bagaimana dengan anak dan suamiku? Bagaimana dengan keluarga besarnya di Jogja andai tahu? 

Bagaimana perkataan orang? Bagaimana diteror terus oleh Prasetyo? Overthinking akut dan parah....akhirnya menjadi tak waras. 

Papanya yang asli Jogja datang dan memboyongnya dari Jakarta pulang ke Jogja. Malu pada anak perempuan yang dibesarkan dan disekolahkan tinggi, namun perilaku dan akhlaknya tak mencerminkan kesantunan. 

Terlanjur malu pula pada tetangga dan warga di desanya, dipasunglah Fitria di ruang belakang rumahnya. Wanita muda itu terpenjara dalam pasungan, tak tahu dimana anak dan suaminya. 

Hanya bernyanyi sinden dan lagu, dengan lirik-lirik sebagai curahan hati yang mungkin mengungkapkan : mengapa hidupku begini? Terbuang tak hanya dari orang -orang tersayang,tapi juga dari kehidupan itu sendiri. 


Sebuah film menarik, yang  juga menuai penghargaan secara nasional dan internasional. Dari film ini,meski karya sineas jaman dulu, namun kita bisa belajar sesuatu yang penting dalam realitas kekinian. 

Prasangka, kecurigaan, dibakar cemburuan yang berlebihan dan dipanasi omongan orang, sangatlah berbahaya bagi kesehatan jiwa,mental dan emosi kita. Berhati -hati juga dengan siapa yang berbicara dalam hidup kita. 

Saring dan seleksi. Terlebih itu, bawa semuanya dan percayakan pada kekuasaan Ilahi.  Itu rasanya lebih baik dibanding overthinking yang berat. Pesannya mungkin, kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Tak boleh dipendam, dibawa santai aja Kakak.  

Baca juga: 4 Lagu Representasi Media Asmara Lintas Jaman, Kamu Generasi yang Mana?

Salam,  

Refrensi:
1. kompas.com
2. wikipedia.org

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun