Biasanya setiap semester, keponakan ini sering WA. Memberi kabar nilainya sekian, rangkingnya berapa. Dari kecil memang dekat dengan saya. Selain itu, saya juga kepo SMU nya di sana seperti  apa, dan ada banyak tidak kakak -kakak kelas nya yang yang ketrima di luar daerah.Â
Berdasarkan hasil kepoan itu, saya sarankan keponakan tuk ikut seleksi masuk tanpa tes di PTN almamater. Nah masalah selanjutnya adalah, agar bisa ketrima, jangan ambil jurusan yang banyak pesaingnya, ntar  bisa ngga lolos seperti pengalaman Om nya.Â
Tapi kalo yakin kemampuan diri sendiri, tak masalah. Karena kesempatan jalur ini cuma sekali. Agak lama juga dia memutuskan, akhirnya mantap dengan pilihannya dan WA ke saya.
"Saya mau ambil jurusan ini, bagaimana pendapat Om?" tanyanya lewat WA, di Bulan Februari tahun lalu.Â
Saya lihat lagi nilai-nilai rapor SMA dari kelas 1, kelas 2 hingga kelas 3, dan pada mata pelajaran apa saja dia stabil nilainya dan bagus, bukan turun naik. Karena kalo stabil nilainya atau meningkat dari kelas ke kelas berikutnya, biasanya pihak universitas akan menjadikan juga sebagai pertimbangan. Menyesuaikan jurusan yang dipilih.Â
"Ok, Om setuju, kalo Tuhan menghendaki, pasti ketrima. Kalo tidak lolos, juga kehendak-Nya," kata saya waktu itu.Â
Ada universitas swasta sebagai pilihan. Tak diterima di PTN bukan berarti tak pandai tapi ada peserta  lain yang jauh lebih tinggi nilainya sementara jatah kursi terbatas. Universitas swasta juga bagus.Â
Puji syukur, hasil akhirnya di Bulan April 2020, keponakan itu memberi kabar bahwa dia lulus dan diterima. Kini Jesika, sebut saja begitu nama anak gadis kakak saya itu, sudah memasuki semester dua.Â
Selama masa pandemi,dia tetap mengikuti kuliah online dari Papua. Tiket keberangkatan yang seharusnya Bulan Juli tahun lalu, oleh pihak Maskapai Garuda telah dibantu memindahkan ke awal Bulan Februari 2021 karena kami meminta agar ditunda.Â
Terutama yang mungkin secara kemampuan finansial rasanya sulit mengakses biaya pendidikan di universitas yang mahal atau yang rasa-rasanya jauh di atas kapasitas keuangan keluarga. Apalagi kuliah hingga sarjana itu butuh sekian tahun, dibanding D1 atau D2.Â