Kapan terakhir kali ke Klinik Gigi?Â
Sudah setahun lebih ngga bersihin karang gigi. Alasannya karena takut Covid. Kebayang ntar gimana -gimana kalo di suruh buka mulut. Mungkin itu hanya kekuatiran diri sendiri. Buktinya beberapa teman di kantor menyambangi dokter gigi sepanjang Januari sampai November 2020.Â
Dari penuturan mereka, tujuan ke klinik gigi itu karena ada yang giginya berlubang dan rasanya nyut nyut an. Minum ngga enak apalagi makan. Tapi kalo cipika cipiki ma pasangan saat mau berangkat kantor, rasa sakit dan ngilunya diabaikan. Meski setelah itu kerasa lagi. Hmm...jadi ikutan senyum dengar candaan demikian. Â
Sejumlah sahabat itu berkunjung ke klinik Gigi karena memang sedang sakit giginya. Bukan karena alasan preventif sebelum terjadi sesuatu sama giginya. Namun apa  yang ada dibenak mereka sepertinya mewakili sebagian besar kita yang lain.Â
Masyarakat kerap abai sama gigi geligi karena organ ini mungkin tak sevital organ lain. Faktanya, meski dianggap kecil, namun berpengaruh besar terhadap kesehatan juga estetika seseorang.Â
Saya bukan dokter gigi atau yang dulunya belajar mengenai proses tumbuh kembang gigi. Namun konsen terhadap perawatan organ yang membentuk visual wajah manusia ini berawal dari kedekatan dengan sejumlah mahasiswa FKG (Fakultas Kedokteran Gigi) dalam sebuah komunitas pemuda.Â
Mereka -mereka itu yang kini sudah jadi Dokter Gigi di daerah, dulunya juga sempat dibantu mencarikan calon pasien untuk praktek kasus, untuk kebutuhan studi mereka.Â
Jadinya beberapa anak -anak dalam pelayanan  yang kebetulan bermasalah dengan giginya, direkomendasikan. Termasuk menawarkan ke teman -teman dan para kenalan.Â
Saya sendiri juga jadi pasien percobaan karena letak gigi geraham bawah paling ujung, di sebelah kiri, letaknya ngga simetris. Tumbuhnya ngga sejajar, tapi miring dikit ke dalam. Jadi jumlah gigi di rahang bawah itu ada dengan kondisi satu gigi geraham bengkok.Â
"Yang giginya tak lengkap seperti Kakak, banyak kok. Selama tidak bermasalah dan mengganggu pada saat makan atau minum, ngga papa," demikian katanya.Â
Pernah sekali di 2014, si geraham miring itu agak sakit. Lalu saya ke Klinik Gigi dan difoto. Dari hasilnya, kata Si Dokter karena ngga miring-miring banget kayak Menara Pisa, ngga usah di cabut. Diberi obat munum aja.Â
Udahannya sampai sekarang ngga pernah sakit lagi. Apa ini mungkin karena efek rutin ngebersihin karang gigi atau rutin sikat gigi dua kali sehari.Wallahualam.Â
Bentuk dan rupa Gigi bisa bikin tak PD pemiliknya
Teringat  kisah humor soal gigi yang diceritakan salah seorang teman. Ada seorang pemuda dari Indonesia Timur yang melamar masuk ke TNi. Keinginannya menjadi  tentara itu  pupus  karena tak lulus dalam proses seleksi. Salah satu kendalanya adalah bentuk giginya yang tak beraturan dan ada yang tanggal (ompong) di deretan gigi depan.Â
"Ah bapak ini. Orang pergi perang  pake senjata  ato pake gigi? " katanya kesal
Hehe...Barangkali bisa bikin kita sedikit tersenyum kala mendengar kisah di atas. Realitanya, meski kecil organ gigi, namun letaknya yang berada di depan wajah, akan terlihat jelas manakala sedang bicara atau tersenyum.Â
Beberapa institusi atau perusahaan, memang mensyaratkan penampilan wajah dan demi alasan kesehatan juga, mewajibkan syarat kondisi gigi yang sehat dan beraturan (meski  tak-rapi -rapi amat juga). Standarlah.Â
Ada satu teman di kantor yang juga tak lolos seleksi kepolisian lantaran gigi depannya patah karena jatuh dari motor . Meski postur nya bagus, ganteng juga dan anaknya pintar .Â
Berlatar keluarga yang mampu menyediakan dana sekian juta tuk masuk. Setelah dua kali mencoba dan tak lulus di seleksi kesehatan terutama di bagian gigi , dia akhirnya menyurutkan niat.Â
Sudah ditambal dengan gigi palsu sebagai pengganti gigi depan yang tanggal, namun meski biayanya 2 juta atau 3 jutaan itu, kadang -kadang bisa lepas.Terlau beresiko andai dia memaksakan dengan kondisi 'cacat gigi'.Â
Sekarang malah jabatannya di kantor sudah lumayan, meski tetap setahun sekali dan dua tahun kontrol ke Dokter Gigi untuk pasangtambalannya.Â
" Malu juga Pak...kalo lepas haha, so mesti siapin dananya juga ," curhatnya sambil ketawa.Â
Itu melompong karena kecelakaan. Kalo tak beraturan giginya, rasa-rasanya kalo laki-laki ngga terlalu kepikiran. Meski ada juga para pria yang memasang kawat gigi. Cuman sepertinya lebih banyak kaum perempuan, terutama wanita muda. Seperti salah seorang lagi teman cewek di  kantor.Â
Usianya masih 24 tahun. Cantik, putih, berambut lurus , tinggi 167 senti dan bak model. Menarik di mata bagi pria, dan hampir pasti dibilang cantik sama wanita lain. Namun ada satu bagian di tubuhnya yang buat dia ngga pede, yakni deretan gigi depannya yang agak maju nol koma nol sekian senti.Â
Namun dua  tahun lalu, dia pasang kawat gigi Harganya 3 jutaan. Karena masih gadis dan tak mau ngerepotin orang lain, dia bayar sendiri dari gajinya. Cicil ke Dokter Gigi 5 X pembayaran. Harapannya dengan begitu, akan bikin dia makin PD.Â
Padahal orang sekerja di kantor kalo lihat dia sudah negrasa ni cewek cantik banget. Malah banyak  para  manajer kesemsem ma dia. Eh dianya malah masih merasa ngga PD gara--gara asimetris dikit.Â
Ternyata persoalan gigi bisa bikin banyak orang ngga PD (Percaya Diri). Insecure. Tak hanya asimetris maju mundur gigi pemiliknya yang bikin merasa kurang cantik atau kurang ganteng di lihat orang  lain. Kalo dipikir -pikir sebenarnya orang lain tak terlalu mempersoalkan itu. Namun namanya PD itu bisa mendongkrak nilai diri seseorang, tak salah juga diabaikan.Â
Persoalan kesehatan mulut lain yang berhubungan dengan gigi adalah napas berbau tak sedap akibat gigi yang tak terawat. Mungkin ini lebih mengganggu secara etika dan secara sosial. Mengganggu pergaulan dan komunikasi orang per orang secara langsung.Â
Karena bagaimanapun, bentuk rahang dan rupa gigi biasanya sudah dibawa dari lahir, menurun dari orang tua, dan sebagian dari hasil tindakan perawatan di masa sebelum gigi dewasa tumbuh.Â
Bagian kita mungkin seharusnya merawat nya dengan baik dan menggunakannya dengan benar. Bila mau direkayasa pasang ini dan itu agar lebih proporsional, juga tak salah. Karena fungsi estetika pada masing -masing  orang juga berbeda kan.....Â
Mari merawat gigi...
Salam,Â
Sumbawa NTB, 29 Desember 2020,Â
19.40 Wita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H