Karena Hari Sabtu kantor kami hanya buka setengah hari, namun saya putuskan sebelum jam 12 siang sudah ke kantor seluler itu. Kurang lebih lagi 25 menit menuju jam 12, saya tiba di sana.Â
" Maaf Pak, sudah tutup," jawab di Mbak CS, ketika saya mendorong pintunya dan masuk ke dalam
Saya melihat jam di tangan saya baru pukul 11.35 Wita. Saya lalu melihat jam layanan pelanggan di depan pintu masuk, yang tadi saya dorong, tertera di sana : jam layanan konsumen 08.00 Wita - 12.00 Wita.Â
" Lha itu jam 12 kan. Sekarang jam 11.35 Wita. Kenapa dibilang sudah tutup? Kenapa pula digantung pemberitahuan di depan CLOSED,padahal jelas -jelas di pintunya tertulis batas terakhir sampai jam 12. Apa saya harus foto Mba?" kata saya, dengan jujur agak sedikit kesal.
Si Mbak CS masih tetap kekeh bahwa sudah tutup. Dengan kondisi di ruang antrian dan di kursi depan mereka, tak ada orang lain yang antri. Perempuan muda yang dari wajah dan gesture masih berusia awal 30 an itu, mungkin tak menyadari bahwa saya dan tim di kantor juga tiap hari melayani nasabah kami di ruang depan.Â
Bisa dimaklumi bahwa apabila di last -last minute sebelum tutup layanan, apabila masih ada konsumen yang datang, mungkin kita bisa menolak dengan alasan, antrian juga masih banyak. Tapi ini kan kosong alias tak ada antrian. Mengapa dia tetap kekeh bilang sudah closed? Lha masih 11,40 Wita kok.Â
Pada akhirnya, dengan sedikit berargumen, dia akhirnya luluh juga. Membunyikan nomor urutan antrian dan melayani. Setelah saya, masuk lagi dua orang pria yang terlihat dari kaca dalam ruangan, celingukan di luar.Â
Mungkin mereka ragu mau masuk lantaran papan CLOSED sudah di pasang, cuma karena terlihat saya di dalam, mereka memberanikan diri masuk. Dan tak terdengar lagi kata sudah tutup dari 3 orang CS yang berjejer di ruang antrian.Â
Antara sadar dan tak sadar, ini 3 'kecurangan' pekerja dalam soal jam kerja.Â
Realita sekarang,kita ribut soal polemik Omnibus Law yang mengatur soal upah per jam.Kita begitu terkonsentrasi pada  kalimat upah per jam sehingga mungkin sedikit abai pada kalimat kerja per jam.Â
Dan apa yang ditunjukkan Si Mbak CS cantik yang mengenakan jilbab yang melayani saya tadi siang, secara tak langsung sudah mewakili sebagian dari kita para pekerja, yang kadang jujur, tak maksimal kerja per jam.Â