Siapa mereka? Iya pasangan (suami/istri), anak-anak, orang tua (misalkan masih hidup),yang sudah menyekolahkan dan ingin bahagia di masa tuanya tanpa dibebani oleh kasus-kasus kejahatan oleh buah hatinya, juga keluarga besar hingga tetangga dan masyarakat di sekitar kita. Ini termasuk lingkungan pertemanan di tempat bekerja dan komunitas sosial di mana kita bergiat untuk mengaktualisasi diri.Â
Pikirkan dampaknya, baik saat proses hukum dijalankan, hingga trauma dan sanksi sosial dari masyarakat, terhadap orang-orang tercinta, bahkan setelah si pelaku berpulang (meninggal dunia), masih terekam di memori orang per orang. Bagaimana anak-anak kita menjalani itu, 10 bahkan 20 tahun kemudian, saat mereka dewasa atau berkeluarga.Â
Setelah masa hukuman selesai pun, bahkan sekalipun Tuhan sang pemilik kehidupan mengampuni kesalahan si pelaku, namun stempel dan omongan masyarakat tak bisa ditutup dengan kedua tangan pelaku, bahkan telapak tangan keluarganya pun. Sedemikian dampaknya.Â
Jadi ada benarnya juga quote di atas, "bila kita peduli keluarga, bila kita sayangi anak-anak kita sebagai titipan Tuhan, jangan kotori masa depan mereka dengan yang ngga benar di tempat kita bekerja".Â
Sebelum melakukan, ingatlah keluarga. Bukan sebaliknya.Â
Salam,
Sumbawa NTB, 25 Juni 2020
21.55 Wita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H