"Peduli keluarga kok korupsi, waktu korupsi ndak ingat keluarga...."
Maaf, sekali lagi maaf kalau quote di atas mungkin terkesan "menusuk". Bukan menghakimi, tidak juga maksudnya menempelak. Saya hanya tertarik pada salah satu komentar warga di situs berita online.Â
Persis seperti quote di atas. Dan entah mengapa, di siang terik tadi sembari menyesap kopi hitam, komentar itu terdengar cerdas dan sarat makna.Â
Berapa banyak dari kita yang mengenal seseorang itu sayang dan peduli terhadap keluarganya, tapi karirnya berakhir dengan vonis korupsi? Seberapa sering kita membaca berita soal korupsi, fraud, pencucian uang, dan kejahatan model kerah biru, yang bikin kita melongo tak percaya? Beraneka tanya di pikiran "kok bisa?".Â
Bagaimana ceritanya sampai bisa terlibat? Apalagi bila itu terjadi terhadap teman sekantor, teman di instansi lain atau teman sesama alumni (kakak tingkat atau adik tngkat di universitas dulu). Lalu terdengar selentingan orang lain, "kasian, padahal orangnya baik dan peduli sama keluarga."
Sekarang coba diciri-cirikan kriteria karyawan atau pegawai, entah laki-laki atau perempuan, dengan kriteria penyayang keluarga. Untuk kaum adam, ada istilah kerennya family man. Tipe suami (ayah) yang menempatkan keluarga sebagai prioritas di hidupnya, dengan segudang kesibukannya.Â
Untuk wanita hampir tak terdengar sebutan family woman...hehe. Tapi maksudnya adalah para ibu atau istri, yang meski sibuk berkarir, namun suami dan anak-anaknya tetap jadi fokus utama dalam hidupnya. Â
Ciri-cirinya antara lain bisa seperti di bawah ini, (atau mungkin Anda bisa punya contoh yang lain), untuk memasukkannya sebagai tipikal tersebut:
1. Sesibuk apapun selalu sediakan waktu khusus bagi pasangan dan buah hati
2. Menanamkan nilai-nilai yang baik dan berguna bagi keluarga, sebagai landasan keimanan, perilaku dan kehidupan bermasyarakat
3. Berjuang memenuhi kebutuhan keluarga, baik sandang, pangan dan kebutuhan dasar lainnya