Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ketika Keinginan Korupsi dan Fraud Itu Muncul, Maka Ingatlah Keluarga

25 Juni 2020   21:28 Diperbarui: 26 Juni 2020   21:20 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun saat seseorang itu sendiri dan tak diawasi, dia bisa saja berlaku berbeda. Ibarat mengenakan dua wajah yang berbeda. Mengapa berbeda? 

Bisa jadi lantaran tak ada yang mengamati dan mengawasi. Entah pengawasnya adalah alat (CCTV, kamera pengintai, dll) atau manusia (supervisor, atasan langsung atau rekan sekerja). 

Alasan kedua adalah potensi untuk melakukan "penyimpangan" selalu ada di dalam orangr per orang. Tak peduli jabatan dan status. Kita membaca di koran, staf bawahan nilep uang perusahaan sekian juta. Eh tapi ada juga di berita di media jika pejabat bupati, kepala dinas, gubernur bahkan menteri, terlilit jaringan korupsi atau pencucian uang. 

Benih utuk lakukan pelanggaran ada dalam diri setiap pekerja, namun semakin kuat benteng seseorang, semakin terselamatkanlah karirnya dan terhindar dari ujian: korupsi, fraud, dan penyalahgunaan lainnya. 

Meminjam judul lagunya Seurieus berjudul "Rocker juga manusia". Para karyawan, pegawai, apapun jabatan dan tingkatan strukturalnya, tetaplah juga manusia yang punya hati, punya rasa dan juga punya kelemahan. Lemah terhadap godaan. 

Di depan orang, di depan khalayak, mungkin bisa menahan diri. Namun manakala sendiri, suara dan niat untuk melakukan "yang jahat" selalu muncul. Pilihannya cuma dua, yaitu berkompromi gadaikan integritas ataukah teguh menghindari jebakan batman.

Keluarga adalah salah satu motivasi terbesar "meredam" godaan
Manusia bekerja untuk siapa? Apa yang menjadi motivasi dalam bekerja? Boleh sebut yang lain, namun jangan lupakan keluarga. Ada ungkapan di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. 

Hasil bekerja berupa upah, salary, gaji atau penghasian, diperjuangkan untuk keluarga. Manusia-manusia yang Sang Kuasa hadirkan dalam hidup kita. Entah kita sudah menikah ataukah belum menikah. 

Bagi yang telah memiliki pasangan dan anak, tentu mereka adalah sumber semangat, mengapa setiap hari kita berangkat kerja. Ada kebutuhan (hidup) dan kebutuhan lain lain, misal sekolah, bayar rekening listrik, air, dan keperluan lain, yang sumbernya dari pendapatan perbulan (perminggu).

Untuk yang masih single, bujang, ada tuntutan kemandirian untuk penuhi kebutuhan sendiri tanpa bergantung pada keluarga atau orang lain. Selain itu yang belum menikah, biasanya masih ada orang tua (ayah/ibu yang masih hidup), atau sudah punya target dan rancangan kehidupan untuk masa depan yang lebih sejahtera dengan bekal karir dan pekerjaan yang ditekuni. 

Hal-hal di atas itu, bisa menjadi pendorong yang positif. Jadi, bilamana godaan dan ajakan, bahkan niat buruk, baik secara sendiri, atau secara berjemaah (berkelompok), hendak melakukan korupsi, fraud atau penyalahgunaan jabatan di lingkungan pekerjaan, cobalah renungkan, apa dampaknya kelak terhadap orang -orang yang ada di belakang dirinya, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun