Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seseorang Melontarkan Rasis, Ini Mungkin 7 Penyebabnya

21 Juni 2020   18:49 Diperbarui: 22 Juni 2020   00:05 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka lalu meminta maaf saat usai ibadah. Sadar bahwa apa yang dilakukan itu salah.  

Mengapa banyak orang melontarkan rasis

Rasisme sederhananya adalah doktrin yang menganggap ras tertentu dari seluruh ras manusia (yang diciptakan Tuhan) adalah lebih unggul, lebih baik dan lebih tinggi dibanding ras lainnya. Secara fisik, secara budaya, secara pengetahuan, lebih superior dan lebih berkuasa untuk mengatur ras lainnya. 

Saya menulis contoh di atas adalah kisah nyata sepuluh tahun lalu. Mengapa memilih pengalaman itu? Jawabannya sederhana. Bila lontaran seperti itu bisa terjadi di rumah ibadah, bukankah hal serupa bisa terjadi juga pada penganut agama lain? Mungkin tidak dalam ruangan atau perkumpulan saat melakukan aktifitas ibadah, tapi di luar ketika membaur dengan masyarakat.

Dalam grup WA, dalam kelompok sosial, di ruang publik, di tempat bekerja, di sekolah dan beraneka lokasi berkumpul dan beraktifitas. Meski slogan Say No to Rasiscm selalu didengungkan, lontaran rasisme menjalar di mana -mana. Makin dihambat tapi merambat. 

Berapa banyak dari kita yang miris membaca beraneka komentar bernada rasis di kolom komentar pada berita online.Malah omongan seorang publik figur kadang tidak mencerminkan kebesaran popularitas sosialnya di masyarakat. Apakah itu cara untuk menyerang seseorang atau menyinggung suatu ras maupun etnis tertentu..Entahlah. . 

Di luar negeri, kasus kematian George Floyd pada Bulan Mei lalu, turut membangkitkan semangat anti rasisme. Pria warga Amerika Serikat (AS) keturunan Afrika itu meninggal oleh ulah seorang polisi kulit putih. Dan dampaknya, puluhan ribu orang berunjuk rasa di puluhan kota di AS. Gaungnya merambah hingga ke negara -negara di luar AS. Termasuk dukungan warga dunia di jejaring media sosial. 

So, bagaimana dengan kita, masyarakat di tanah air? Bila diamati, doktrin rasisme tak hanya di level antar negara, tapi merembet ke masyarakat dalam negara yang sama, hingga antar masyarakat di strata sosial terbawah. Rasisme berbalut generalisasi. Contohnya cara pandang seperti Si Agus di atas. 

Menggeneralisasi bahwa wanita berkulit sedikit gelap adalah tidaklah cantik dalam versi mereka. Bisa jadi lantaran Johan tumbuh dan besar dengan tayangan dan media, yang memuja wanita berkulit putih khas koreaan gitu. Padahal realitanya, semua wanita itu cantik. Kulit puih bisa dicapai lewat perawatan. Rambut lurus bisa direbonding. Tapi wanita dengan hati yang jelek dan perangai yang kasar, apa bisa dengan rebonding atau perawatan SPA kembali bening dan soleha#Hehe...

Belum lagi antar suku antar daerah. Kadang Si A merasa dia lebih unggul dari suku Si B dan suku Si C. Padahal ini masih dalam satu propinsi. Makanya jangan heran saling rasis antar pendukung calon gubernur atau calon bupati di media sosial. Kadang bisa bikin gigit jari alias rasa prihatin. Ini saudara satu propinsi kok saling hina saling ejek. 

Akumulasi dari rasisme di daerah menjadi rasisme di level nasional. Tengok saja pemilihan kepala negara. Betapa mudahnya dipelintir elite politik dengan kepentingan tertentu lantaran dasarnya memang sudah rapuh.  Amatilah betapa mudahnya masyarakat terhasut dan tercemari. Alih -alih mendoakan yang terbaik, malah mengharapkan yang buruk terjadi pada calon yang tak disukainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun