" Tidak ada yang dilahirkan jelek, kita hanya lahir di masyarakat yang menghakimi..." (Kim Nam Joon,BTS)
Saya menatap gembala muda itu. Seorang pastor dari sebuah negara di Benua Afrika. Penasaran. Rhema (pencerahan firman) apa yang akan disampaikan nanti pada khotbah minggu pagi, di medio Juni 2010 silam.Â
Beliau berdiri di mimbar. Sejurus kemudian sebuah slide muncul. Foto pasangan hidupnya. Seorang wanita dengan tekstur rambut mirip -mirip mahkota kepalanya Oprah Winfrey . Tak terlalu kriwil -kriwil kecil seperti sang pastor. Khas layaknya sebagian perempun Afro di Amerika sana. Yang meski berkulit sedikit hitam, namun rambutnya tak terlalu ikal.Â
" Saya bersyukur Tuhan memberi seorang pendamping hidup yang cantik," katanya dalam bahasa inggris, sembari tersenyum.Â
Lantas dipanggilnya sang istri yang duduk di deretan depan, agar maju dan berdiri di mimbar bersamanya untuk dikenalkan pada jemaat. .Â
Cara perkenalan seperti seperti ini, satu menit atau dua menit di awal sebelum khotbah, adalah biasa. Umumnya dilakukan oleh seorang pastor dari gereja lain (entah lokal ataupun dari luar negeri) apabila menjadi pengkhotbah undangan. Maksudnya undangan adalah diminta oleh tim  gembala lokal agar menggantikan untuk 'siraman rohani' di kebaktian hari minggu. Â
Prosesinya tak hanya kenalkan nama, tapi  juga status. Sudah berkeluarga apa belum.  Termasuk juga bila sudah memiliki anak, biasanya foto keluarga juga ditampilkan. Cara perkenalan Ini tak mesti juga di awal seperti itu. Kadang cuma menceritakan saja, bla bla bla. Tapi untuk pengkhotbah dari luar negeri,tradisinya seperti itu. Hal yang wajar lantaran banyak dari jemaat belum mengetahui.Â
Oya, Pastor adalah panggilan buat bapak/ibu pendeta di gereja lokal, tempat saya berjemaat di Bali. Ada beberapa gereja kristen protestan di sana, tapi tak mesti semuanya memanggil Pastor pada tim gembala gereja. Tentu penyebutan pastor beserta jabatan dan tugasnya, secara spesifikasi, Â mungkin sedikit berbeda dengan teman -teman di komunitas Katolik. Namun kesamaannya adalah sama -sama pelayan umat.Â
Pastor itu, sebut saja namanya Pastor Noel, adalah sejejaringan penggembalaan secara global dengan jaringan gereja lokal kami. Maksudnya, di Indonesia biasanya ada gereja -gereja lokal yang berada dalam satu jaringan,satu denomisasi, atau satu yayasan dan berada di bawah naungan gereja internasional, yang juga mewadahi gereja -gereja lokal di negera-negara, di belahan dunia lain.Â
Umumnya memiliki kesamaan visi dan misi secara global, tapi  secara lokal dengan gereja yang sama di tanah air. Jadi hal yang tak asing andai mendengar ada gereja dengan nama sama di Kota A , Kota B atau Kota C di tanah air. Itulah jejaringan secara lokal. Karena tak ada gereja yang bisa berdiri sendiri.
Sisi baiknya adalah adanya payung otoritas. Fungsi payung dipakai melindungi diri kala hujan. Analogi yang sama. Adanya struktur otoritas ke atas, biasanya di level atas sebagai mentor dan pengarah bagi penggembalaan ke bawah. Memberi arahan bahkan teguran, agar tak menyimpang, tetap pada visi dan misi.Â