Bisa jadi sebagian orang dari bandara lebih memilih menggunakan angkutan grab, angkutan bis atau mungkin juga karena harganya termasuk mahal dalam tanda kutip bila dihitung harga tiket per orang.Â
Tempat pemberhentian kereta yang terpusat hanya pada beberapa stasiun, mungkin juga membuat para penggunanya mesti menyambung dengan moda transportasi lain menuju lokasi yang dituju.
Tapi menurut saya, demikianlah fungsi simpul transportasi di perkotaan. Setidaknya dengan hadirnya kereta bandara, selain MRT, beraneka pilihan moda disajikan pada masyarakat urban. Ibaratnya mau pilih yang mana terserah loe. Syarat dan konsekuensi berlaku.Â
Kereta berangkat jam 15.50 WIB. Saya melihat ke depan dan ke belakang dari tempat kami duduk tidak banyak kursi yang terisi penumpang.Ruang dalam kereta sangat bersih. Begitu juga tempat duduknya, masih terlihat baru.
Tidak ada pemeriksaan ulang di dalam kereta dimana petugas akan berjalan dari kursi ke kursi dan mengecek ulang kesesuain antara tiket dan penumpang. Toilet di dalam kereta juga nampak bersih dan terpasang rapi. Saya sengaja berjalan ke gerbong berikutnya untuk melihat-lihat keadaan di gerbong sebelah. Sama saja, bersih, rapi, nyaman dan tidak terisi penuh penumpang.Â
Di pinggir jalan di depan pasar, ada beberapa pedagang kaos dengan gambar-gambar ikon Jakarta. Akhirnya kami membeli di situ beberapa. Di seberangnya ada plasa Atrium Senen, kami menyeberang ke sana. Lumayan juga jauhnya...hehe. Beberapa baju pesanan oleh -oleh untuk teman dan keluarga kami pun beli di situ.Â
Dalam hati, ternyata ribet juga cari oleh-oleh. Mana pake bawa -bawa ransel segala di pundak...hehe. Pelajaran nya buat yang suka titip beli ini dan itu, berilah uang lebih. Bukan apa -apa, bila mencari di lokasi yang dituju tidak ada, setidaknya ada uang lebih buat mbayar ongkos grab atau kendaraan untuk mencari di lokasi yang lain. Jangan sampai sudah dibeli, saat pulang dan di kasih malah berkomentar : kok yang gini ya #Haha...sini abang ketok...wkwk#
 Menurut saya, untuk kota besar dengan mobilitas yang tinggi, jasa transportasi seperti grab memang memudahkan. Tinggal kebijakan nya saja dari pemegang kebijakan transportasi dalam hal ini kementerian perhubungan dangan stakeholder di bawahnya agar tidak berbenturan dengan jasa transportasi darat yang lain. Bukan kebijakan yang menimbulkan pro dan kontra, tapi kebijakan yang bersifat win-win solution dan mengayomi semuanya baik baik para penggunanya maupun para operatornya.