Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berbagi Kisah Perjalanan dari Sumbawa ke Jakarta (Part 4, Terakhir)

1 Oktober 2019   20:19 Diperbarui: 2 Oktober 2019   01:57 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisa jadi sebagian orang dari bandara lebih memilih menggunakan angkutan grab, angkutan bis atau mungkin juga karena harganya termasuk mahal dalam tanda kutip bila dihitung harga tiket per orang. 

Tempat pemberhentian kereta yang terpusat hanya pada beberapa stasiun, mungkin juga membuat para penggunanya mesti menyambung dengan moda transportasi lain menuju lokasi yang dituju.

Tapi menurut saya, demikianlah fungsi simpul transportasi di perkotaan. Setidaknya dengan hadirnya kereta bandara, selain MRT, beraneka pilihan moda disajikan pada masyarakat urban. Ibaratnya mau pilih yang mana terserah loe. Syarat dan konsekuensi berlaku. 

dokpri_tak penuh terisi
dokpri_tak penuh terisi
Namun bagi kami bertiga, harga kereta bandara sepadan dengan kenyamanan, kebersihan, fasilitas tempat duduk dan interior desain di dalam kereta bandara. Yang pasti tidak kena macet dan terjadwal. Bila di sekolah umum saat ujian ada ungkapan populer selesai tidak selesai kumpul, di Stasiun Kereta Bandara, berlaku aturan : penuh tidak penuh penumpang, kereta akan jalan sesuai jadwal...hehe. 

Kereta berangkat jam 15.50 WIB. Saya melihat ke depan dan ke belakang dari tempat kami duduk tidak banyak kursi yang terisi penumpang.Ruang dalam kereta sangat bersih. Begitu juga tempat duduknya, masih terlihat baru.

Tidak ada pemeriksaan ulang di dalam kereta dimana petugas akan berjalan dari kursi ke kursi dan mengecek ulang kesesuain antara tiket dan penumpang. Toilet di dalam kereta juga nampak bersih dan terpasang rapi. Saya sengaja berjalan ke gerbong berikutnya untuk melihat-lihat keadaan di gerbong sebelah. Sama saja, bersih, rapi, nyaman dan tidak terisi penuh penumpang. 

dokpri_jadwal kereta bandara
dokpri_jadwal kereta bandara
Kurang lebih satu jam kereta akhirnya tiba di Stasiun Sudirman Baru atau yang disebut BNI City. Kami kemudian melanjutkan dengan bus trans ke arah Pasar Senen dengan membayar sepuluh ribu lima ratus rupiah untuk tiga orang. Melewati jembatan penyeberangan, kami tiba di pasar yang namanya sama dengan nama stasiun keretanya. Ternyata Pasar Senen juga sudah mulai tutup jelang magrib. Maksud hati mencari oleh -oleh di dalam pasar ternyata lapak -lapaknya sudah mulai berbenah untuk pulang. 

Di pinggir jalan di depan pasar, ada beberapa pedagang kaos dengan gambar-gambar ikon Jakarta. Akhirnya kami membeli di situ beberapa. Di seberangnya ada plasa Atrium Senen, kami menyeberang ke sana. Lumayan juga jauhnya...hehe. Beberapa baju pesanan oleh -oleh untuk teman dan keluarga kami pun beli di situ. 

Dalam hati, ternyata ribet juga cari oleh-oleh. Mana pake bawa -bawa ransel segala di pundak...hehe. Pelajaran nya buat yang suka titip beli ini dan itu, berilah uang lebih. Bukan apa -apa, bila mencari di lokasi yang dituju tidak ada, setidaknya ada uang lebih buat mbayar ongkos grab atau kendaraan untuk mencari di lokasi yang lain. Jangan sampai sudah dibeli, saat pulang dan di kasih malah berkomentar : kok yang gini ya #Haha...sini abang ketok...wkwk#

dokpri_kaos oleh-oleh
dokpri_kaos oleh-oleh
Dari Atrium Senen, setelah semua pesanan dibeli, kami balik ke hotel dengan jasa grab mobil. Bayarnya 14 ribu. Murah juga ya bila dibandingkan dengan grab di daerah. Di Sumbawa belum ada grab, biasanya saya dan teman -teman kantor menggunakan jasa grab bila ada training atau meeting di Denpasar. Untuk orang bertiga jarak dari Atrium Senen ke Hotel Erian termasuk murah. Lagian tu mobil bisa muat sampai 5 orang.

 Menurut saya, untuk kota besar dengan mobilitas yang tinggi, jasa transportasi seperti grab memang memudahkan. Tinggal kebijakan nya saja dari pemegang kebijakan transportasi dalam hal ini kementerian perhubungan dangan stakeholder di bawahnya agar tidak berbenturan dengan jasa transportasi darat yang lain. Bukan kebijakan yang menimbulkan pro dan kontra, tapi kebijakan yang bersifat win-win solution dan mengayomi semuanya baik baik para penggunanya maupun para operatornya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun