Mohon tunggu...
Xerpihan
Xerpihan Mohon Tunggu... Penulis - Start-up Perbaikan Teks Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Xerpihan adalah perusahaan start-up tentang Artificial Intelligence untuk perbaikan teks Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Website kami dapat diakses di xerpihan.id

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia dan Perkembangannya Saat Ini

5 April 2021   13:28 Diperbarui: 7 Juni 2022   10:03 4872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada saat itu, bahasa Indonesia masih disebut sebagai bahasa Melayu. Jadi, wajar jika dalam kaidah ejaan ini yang banyak ditemui adalah ejaan dalam bahasa Melayu yang sekarang masih dipakai. Beberapa contohnya adalah penulisan kata 'yang' menggunakan 'jang', penulisan kata 'nyonya' menggunakan 'njonja'.

2. Ejaan Soewandi

Berpuluh-puluh tahun kemudian, ejaan van Ophuisjen tak lagi digunakan. Pada tahun 1947, ejaan bahasa Indonesia berubah menjadi ejaan Soewandi secara resmi. Perubahan kaidah ejaan ini dibuktikan dengan adanya surat keputusan menteri pendidikan.

Pencetus ejaan ini adalah Mr. Raden Soewandi, salah satu pejabat Kementerian Pendidikan pada saat itu. Selain disebut sebagai Ejaan Soewandi, ejaan ini juga disebut sebagai Ejaan Republik. Sebelumnya menulis kata 'maaf' harus menggunakan petik (ma'af). Karena adanya ejaan ini, tanda petik sudah tidak dibutuhkan.

3. Ejaan Pembaharuan

Belum sempat diresmikan, ejaan ini tidak jadi digunakan. Namun, ejaan ini tetap menjadi bagian dari sejarah ejaan bahasa Indonesia. Ejaan ini ada karena Kongres Bahasa Indonesia II yang diadakan di Medan pada tahun 1954. Pencetusnya adalah Mohammad Yamin.

Apa yang diubah dalam ejaan ini adalah penggunaan diftong, yakni untuk mengganti oi, au, dan ai menjadi oy, aw, dan ay. Selain itu, ejaan ini juga tidak memberlakukan tanda hubung dalam pengulangan kata. Ingat, ejaan ini tidak jadi dipakai pada saat itu.

4. Ejaan Melindo

Ada lagi ejaan Melindo yang resmi digunakan pada tahun 1959. Yang unik dari ejaan ini adalah disusun bersama dengan Persekutuan Tanah Melayu. Jadi bisa dikatakan kaidah di dalamnya hampir mirip dengan ejaan yang digunakan dalam bahasa Melayu.

Sedangkan secara keseluruhan, kaidahnya tidak jauh berbeda dengan ejaan yang sebelumnya (yang tidak jadi diresmikan). Hanya saja penggantian diftong oi, au, dan ai menjadi oy, aw, dan ay tetap tidak jadi digunakan.

5. Ejaan LBK

Pada tahun 1967, mulai diresmikan ejaan yang baru, yaitu ejaan Lembaga Bahasa dan Kesusastraan. Berbicara soal ejaan LBK ini, kaidah di dalamnya sebenarnya hampir mirip dengan ejaan yang berikutnya (EYD). Namun, tetap ada beberapa perbedaan dengan versi baru dari ejaan ini.

Contoh kaidah yang baru dalam ejaan ini adalah penulisan yang benar 'ekstra' bukan lagi 'extra'. Untuk menulis kata gerilya, digunakan 'gerilya', tidak lagi menggunakan 'guerilla'.

6. Ejaan Yang Disempurnakan

Masuk pada tahun 1972, ada Ejaan Yang Disempurnakan atau EYD. Ejaan ini berlaku sampai tahun 2015, cukup lama digunakan. Perbedaan ejaan ini dari ejaan sebelumnya adalah penggunaan huruf c, j, y, ny, kh, sy, dan u.

Misalnya, mulanya ditulis 'tj', di EYD ditulis 'c'. Sebelumnya ditulis 'njonja', di EYD ditulis 'nyonya'

7. Ejaan Bahasa Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun