Mohon tunggu...
Xerpihan
Xerpihan Mohon Tunggu... Penulis - Start-up Perbaikan Teks Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Xerpihan adalah perusahaan start-up tentang Artificial Intelligence untuk perbaikan teks Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Website kami dapat diakses di xerpihan.id

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Indonesia, Bahasa Resmi ASEAN, Apa Kabar?

26 Maret 2021   14:37 Diperbarui: 7 Juni 2022   09:18 5000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Flickr/Noel Reynolds)

Meski begitu, wacana ini bukannya nggak menemui tantangan. Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau (BBPR) Umar Solikhan tahun 2017 lalu mengatakan bahwa bahasa Indonesia saat ini belum bisa dijadikan bahasa resmi ASEAN. Menurutnya, ini karena masyarakat ASEAN "lebih condong" menggunakan bahasa Inggris, termasuk masyarakat Indonesia sendiri. Duh, agak ironis nggak sih?

Bahasa Inggris memang sedang digandrungi banyak orang di Indonesia. Seiring naiknya tingkat pendidikan dan ekonomi masyarakat Indonesia (terutama di perkotaan), bahasa Inggris yang notabene merupakan bahasa internasional jadi semakin punya tempat dalam percakapan dan tulisan orang-orang Indonesia. Bahkan beberapa waktu lalu kita pernah tahu soal viralnya istilah "Bahasa Anak Jaksel" dari sebagian anak-anak muda di Jakarta Selatan yang mencampurkan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris.

Hal ini yang mungkin menjadi argumen kontra untuk wacana ini. Munculnya MEA, masih menurut Umar, memang menguntungkan secara ekonomi. Tetapi, khusus bagi Indonesia hal ini malah jadi tantangan untuk menjaga bahasa Indonesia dari berbagai pengaruh yang "dapat menggoyahkan" kedaulatan Indonesia.

Nggak cuma itu, karena bahasa Indonesia adalah variasi dari Bahasa Melayu -- dengan segala kemudahan mempelajarinya, maka wacana bahasa Melayu sebagai bahasa resmi ASEAN juga nggak mau kalah. Di tahun yang sama dengan pandangan Umar Solikhan, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak ingin agar bahasa Melayu dijadikan bahasa resmi ASEAN. Ia menargetkan agar hal itu bisa terwujud di tahun 2050. Persebaran bahasa Melayu dan variannya (termasuk bahasa Indonesia) diangkat sebagai argumennya. Bahkan ia menyebut penduduk di Thailand selatan yang berbatasan dengan Malaysia juga banyak menggunakan bahasa Melayu.

Terlepas dari semua itu, MEA yang bisa menjadi pelesat bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ASEAN juga menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia. Agar bahasa Indonesia bisa jadi bahasa resmi ASEAN, pengaruh Indonesia di Asia Tenggara haruslah kuat -- seperti pengaruh Amerika Serikat (yang berbahasa Inggris) dalam pentas dunia. Namun kondisi infrastruktur dan pergerakan logistik yang belum merata di seluruh Indonesia lima tahun terakhir menghambat langkahnya membuat pengaruh di kawasan tersebut. Belum lagi tenggat MEA yang diundur menjadi tahun 2025, sehingga kita masih menanti nasib bahasa Indonesia di kancah Asia Tenggara ke depan.

Penutup

Bahasa Indonesia memang belum menjadi bahasa resmi ASEAN, tetapi bukan berarti kita nggak ikut menjaganya, lho! Kita bisa dari sekarang menyiapkan diri agar bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Dengan mempelajari ejaan, kosakata, dan tata bahasanya serta menerapkannya, kita bisa merawat bahasa Indonesia untuk segala hal, mulai formal sampai informal, sekaligus merawat Indonesia. "Bahasa adalah jiwa bangsa", jadi hidupkan bangsa Indonesia dengan bahasanya :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun