4. Gaya Kepemimpinan Demokratik
Walikota Eri Cahyadi membawakan kepemimpinan yang demokratik, di mana terpilihnya beliau menjadi pemimpin sesuai dengan pilihan masyarakat Surabaya. Gaya kepemimpinan demokratis ini memungkinkan Walikota Eri Cahyadi untuk menerima dan menghargai segala masukan dan kritikan dari masyarakatnya melalui musyawarah kemudian menghasilkan hasil yang mufakat.
5. Gaya Kepemimpinan yang Egaliter dan Terbuka
Walikota Eri Cahyadi juga memiliki gaya kepemimpinan yang egaliter dan terbuka, di mana kebutuhan kepemimpinan walikota yang egaliter dan terbuka diperlukan untuk menjadikan birokrasi di Surabaya tumbuh menjadi egaliter pula. Keterbukaan komunikasi antara walikota dengan bawahan dan masyarakat juga perlu ditingkatkan melalui ruang khusus yang mudah diakses keduanya untuk berhubungan langsung dengan walikota.
KESIMPULAN
gaya kepemimpinan yang efektif adalah yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan organisasi. Gaya kepemimpinan yang transaksional, transformasional, jalan tujuan, otoriter, partisipatif, dan delegatif semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan pemimpin yang baik dapat menggabungkan elemen-elemen dari berbagai gaya tersebut sesuai dengan konteks yang ada. Melalui studi kasus tentang Eri Cahyadi, kita melihat bagaimana pemimpin dapat menggunakan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda secara fleksibel untuk mencapai tujuan organisasi, memotivasi karyawan, dan membangun hubungan yang baik dengan bawahan dan masyarakat. Ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang efektif membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang situasi dan kemampuan untuk menyesuaikan gaya kepemimpinan sesuai kebutuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H