Gaya kepemimpinan merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pemimpin dalam sebuah organisasi. Pemimpin dalam organisasi dituntut untuk dapat membuat individu-individu dalam organisasinya dapat berperilaku sesuai dengan yang dinginkan, memiliki performa yang baik, dan dapat bekerja dengan baik untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, seorang pemimpin perlu memahami perilaku dan karakteristik individu-individu yang dada di dalam organisasi yang dipimpinnya, untuk dapat menemukan gaya kepemimpinan yang tepat. Kepemimpinan merupakan sebuah bidang riset dan juga suatu keterampilan praktis yang mencakup kemampuan seseorang atau sebuah organisasi untuk “memimpin” atau membimbing orang lain, tim, atau seluruh organisasi (Wikipedia, 2024).
Keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan sangat bergantung pada peran pemimpinnya. (Wiyadi, 2009:4). Pemimpin memiliki peran yang besar dalam mempengaruhi karyawan dalam mengerjakan perindah dengan senang hati dan tanpa paksaan. Seorang pemimpin harus dapat mengarahkan karyawan dan anggota organisasinya agar mampu bekerja sama guna mencapai tujuan bersama. Semakin ahli seorang pemimpin untuk mempengaruhi individu di dalam organisasinya, tentunya semakin cepat tujuan organisasi akan tercapai.
Dalam era digital yang berkembang dengan cepat, peran pemimpin dalam industri media digital menjadi semakin penting. Salah satu tokoh yang berhasil menonjol dalam ranah ini adalah Eri Cahyadi, yang pada tahun 2023 diakui sebagai penerima penghargaan Pemimpin Berdampak di Media Digital. Dalam artikel ini, kami akan melakukan analisis mendalam terhadap kepemimpinan Eri Cahyadi, mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang telah memungkinkannya untuk mencapai pengakuan tersebut. Melalui pendekatan ini, kami akan menjelajahi strategi-strategi yang digunakan oleh Cahyadi, dampaknya terhadap industri media digital, dan implikasinya bagi pemimpin masa depan dalam menghadapi perubahan yang terus berlanjut di dunia digital. Dengan memahami peran serta kontribusi Cahyadi, kita dapat meraih wawasan yang berharga tentang dinamika kepemimpinan di era digital yang terus berkembang.
Macam-Macam Gaya kepemimpinaan
Thoha (2015) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah standar perilaku yang digunakan seseorang untuk berusaha mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang mereka lihat. Dalam hal ini, kedudukannya sangat penting untuk mencoba menyesuaikan persepsi di antara orang yang perilakunya akan dipengaruhi dengan orang yang perilakunya akan dipengaruhi. Selain itu, Priansa dan Somad (2012) menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan adalah sikap, gerakan, atau penampilan yang dipilih seorang pemimpin saat melaksanakan tugas kepemimpinannya. Gaya yang digunakan oleh seorang pemimpin berbeda-beda tergantung pada situasi dan kondisi kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan juga merupakan standar perilaku yang digunakan seseorang saat mencoba mempengaruhi perilaku yang konsisten yang ditunjukkan oleh orang lain. Gaya kepemimpinan tersebut dapat diukur melalui keputusan yang dibuat bersama, menghaargai potensi setiap bawahannya, mendengar kritik, saran atau pendapat dari bawahannya, dan melakukan kerjasama dengan bawahannya.
1. Gaya Kepemimpinan Transaksional
Gaya kepemimpinnan transaksional terjadi ketika pemimpin dan pengikut memiliki hubungan seperti pertukaran untuk memenuhi kebutuhan. Kepemimpinan yang melakukan transaksi memotivasi pengikutnya dengan mengorbankan kepentingan pribadi mereka disebut sebagai kepemimpinan transaksional. Tiga perilaku berikut menunjukkan hubungan pemimpin transaksional dengan bawahan;
1.Imbalan kontingen, adalah klarifikasi yang dibutuhkan untuk mendapatkan penghargaan dan penggunaan penghargaan untuk mempengaruhi motivasi.
2.Manajemen aktif dengan pengecualian, yaitu melaksanakan peraturan untuk menghindari kesalahan.
3.Manajemen pasif dengan pengecualian, penggunaan hukuman dan tindakan korektif lain sebagai respon atas penyimpangan dari standar kinerja yang didukung
Kepemimpinan transaksional dapat menjadi salah satu pilihajn dalma membuat karyawan mencapai tujuan tertentu karena sangat terstruktur dan mudah dipahami, sehingga memudahkan pelatihan karyawan. Namun, kepemimpinan transaksional mungkin tidak efektif dalam menumbuhkan kreativitas atau inovasi, karena gay aini lebih berfokus pada kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur yang ada.