Mohon tunggu...
Mohammad Adlany
Mohammad Adlany Mohon Tunggu... -

Tegakkan Keadilan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dimensi Wujud Manusia

21 Mei 2011   11:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:23 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kenonmaterian Ilmu

Filsafat telah membuktikan bahwa pemahaman dan rasionalitas bersifat non-materi dan berada di luar mekanisme materi. Begitu pula ilmu dan pengetahuan bersifat non-materi, karena ilmu dan pemahaman manusia tidak memiliki satupun dari karakteristik-karakteristik alam materi. Oleh karena itu, ilmu tidak bisa dibagi dan tidak pula mengalami perubahan.

Realitas yang ada di dalam pikiran sama sekali tidak bisa dibagi menjadi dua bagian. Apabila kita membayangkan satu meter, maka bayangan ini sama sekali tidak akan bisa kita bagi, apabila kita mampu membaginya, maka yang akan muncul adalah dua buah setengah meteran, dan itu tak lain adalah satu meter yang awal yang tetap berada di tempatnya.

Ketika kanak-kanak, kita mempelajari dan mengalami begitu banyak persoalan. Ketika usia kita bertambah sekian puluh tahun dan mengalami begitu banyak perubahan pada tubuh dan otak, gambaran dan kenangan kanak-kanak yang ada dalam benak kita tetap konstan dan tak berubah.

Ringkasnya, meskipun apa yang dikatakan oleh para fisiolog mengenai otak dan ilmu manusia adalah benar, tapi haruslah dipahami bahwa otak sebenarnya alat untuk memahami, bukan merupakan pemahaman dan ilmu itu sendiri. Sel-sel yang ada di dalam otak praktis bertindak sebagai alat untuk memahami, sedangkan pemahaman itu sendiri merupakan dimensi non-materi yang tak bisa dilihat.

Ibnu Sina sepakat bahwa di dunia ini, manusia kadangkala bisa sampai pada suatu tingkatan sehingga mampu memisahkan ruh dari tubuhnya, hal ini muncul karena adanya bimbingan, riyadhah dan latihan, yaitu meskipun dia masih mengenakan pakaian, pada hakikatnya dia telah berubah menjadi sebuah realitas non-materi, misalnya dia bisa berhubungan dan bercakap dengan orang-orang yang telah mati.

Ibarat yang dikatakan oleh Ibnu Sina adalah sebagai berikut, “Di kehidupan dunia ini terdapat tingkatan khusus yang dimiliki oleh para arif yang tidak diketahui oleh selainnya. Dia tetap memiliki tubuh, namun telah keluar dari efek tubuh dan berubah menjadi realitas non-materi yang kemudian berkelana di alam yang lebih tinggi. Kaum arif memiliki rahasia-rahasia yang sangat tersembunyi yang tidak diketahui oleh orang lain”.[12]

 

Khayalan dan Kelezatan Tinggi

Potensi lain yang dimiliki oleh manusia adalah daya khayal. Khayal[13] merupakan perantara antara mekanisme tubuh dan akal. Apabila potensi ini tidak dibimbing ke arah yang benar dan tidak berada di bawah pengawasan akal, hal ini akan mengantarkan manusia pada kebebasan mutlak yang akan muncul dalam bentuk kekuatan yang merusak.

Akan tetapi apabila berada dalam pengawasan akal dan bergerak pada jalan yang benar, maka dia akan berubah menjadi kekuatan yang bisa diandalkan dalam membantu aktivitas akal. Dan apabila berada tidak terarah dan liar, maka dia akan berjalan ke arah manapun yang ia kehendaki dan bertindak di luar control akal, ia akan senantiasa dipenuhi oleh beragam bentuk khayalan sehingga seluruh waktu luang yang ada akan terbuang sia-sia dan dadanya dipenuhi dengan khayalan kotor dan merusak, yang hal ini akan menghilangkan ketenangan pikiran pemiliknya, dalam sebuah hadist dikatakan bahwa kalbu seorang mukmin merupakan tempat suci Tuhan, maka janganlah kalian menempatkan selain Tuhan di tempat suci Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun