Mohon tunggu...
Mohammad Adlany
Mohammad Adlany Mohon Tunggu... -

Tegakkan Keadilan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tentang Tasawuf dan Irfan Islami

21 Mei 2011   11:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:23 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kita ingin menelaah irfan Islam secara global, ada 4 periode yang dapat kita jadikan sebagai patokan utama:

Pertama, dari sejak kemunculan irfan hingga masa Hallaj dan Rabi’ah.

Kedua, dari sejak masa Rabi’ah hingga masa Bayazid dan Abu Sa’id Abul Khair.

Ketiga, dari masa Abul Khair hingga Ibn Arabi.

Keempat, dari masa Ibn Arabi hingga masa kini.

Periode pertama merupakan periode pertumbuhan irfan yang  banyak menekankan prinsip ajaran pada Al-Quran, Sunah, kezuhudan, ibadah, dan lain sebagainya.

Dari abad ketiga hingga permulaan abad keempat Hijriah, irfan Islami bergerak menuju irfan yang berlandaskan pada kecintaan kepada Allah. Pada periode ini, banyak juga syuhada yang guggur. Kematian Hallaj merupakan perwakilan dari gerakan yang ingin mendeklarasikan bahwa Tuhan dan manusia bak dua sisi uang logam ini. Ketika ia menyatakan ungkapan “anal haqq”, maksudnya adalah masalah ini. Sayangnya, pemikiran zuhud yang dimoinan kala itu tidak dapat mengunyah pernyataan. Akhirnya, Hallaj pun digantung.

Pada masa berikutnya, Abu Said Abul Khair telah melakukan dua hal penting dalam kultur Persia: pertama, ia berhasil memasukkan ajaran irfan ke masjid dan mushalla-mushalla. Dengan tindakan ini, ia berhasil melenyapkan keterasingan irfan dari kultur Islam; kedua, ia mampu menyederhanakan bahasa irfan dan berhasil menarik perhatian masyarakat kepada ajaran ini.

Setelah Abu Sa’id meninggal dunia, masyarakat membacakan syair-syair irfani di masjid-masjid. Sebelum ini, pembacaan syair irfani di masjid dilarang. Sunah ini tersebar luas di dunia Islam berkata usaha para pujangga seperti Sanaei, Aththar, Maulana, dan lain sebagainya. 

Pada hakikatnya, aliran irfan Khurasani yang dipelopori oleh Sanaei, Aththar, Jami, dan Maulana adalan penerus ajaran Hallaj, Bayazid Busthami, dan Abu Sa’id Abul Khair. Ini adalah salah satu cabang penting irfan Islami pada masa itu.

Cabang irfan yang lain muncul dari sejak masa Ibn Arabi hidup. Irfan ini lebih bersifat rasionalis ketimbang cerapan hati (dzauq). Perbedaan antara Ibn Arabi dan Maulana adalah bahwa dalam pemikiran Ibn Arabi, ada sebuah sistem untuk menafsirkan fenomena. Segala sesuatu diinterpretasikan dengan saling berhubungan dan teratur. Untuk itu, irfan Ibn Arabi bersifat setengah filosofis dan ilmiah. Irfan ini, berbeda dengan diklaim oleh sebagian orang, tidak bersifat dzauqi. Sekalipun demikian, irfan ini sangat dalam dan oleh karena itu sangat berpengaruh. Sayangnya, irfan ini banyak berkembang di belahan barat Dunia Islam. Sementara itu, irfan Khurasani banyak berkembang di belahan timur Dunia Islam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun