[caption caption="(dokpri)"][/caption]Kuliah Sosiologi itu ngapain aja? Kuliah Sosiologi itu kerjanya nanti jadi apa? Sosiologi itu apa sih?
Itu adalah pertanyaan yang jamak saya temui semenjak saya kuliah di Sosiologi, Universitas Airlangga, Surabaya. Pertanyaan itu biasanya merupakan pertanyaan lanjutan setelah mereka tanya saya kuliah di mana. Saya sendiri sebenarnya sudah agak bosan menjawab pertanyaan semacam itu.
Di Universitas Airlangga sendiri, Sosiologi masuk bahkan merupakan jurusan pertama di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Untuk jurusan Sosial dan Humaniora ditambah dengan Fakultas Farmasi di Unair terdapat di Kampus B, Jl. Airlangga.
Nah, di sini saya akan berbagi kepada kalian—entah yang berminat masuk atau yang sekedar ingin tahu—yang mungkin masih bertanya-tanya tentang jurusan Sosiologi, khususnya di Universitas Airlangga. Di beberapa Universitas, kultur pembelajaran tentunya memiliki perbedaan meskipun tidak begitu mencolok. Baiklah, mari kita mulai.
Sosiologi Itu Apa Sih?
Menurut Wikipedia, Sosiologi sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu socius yang berarti kawan, sedangkan logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul Cours De Philosophie Positive karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.1
Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum. Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik, ekonomi, sosial.
Sebenarnya kalau soal pengertian Sosiologi ini sudah pernah dipelajari di bangku SMA jurusan IPS. Tapi bagi yang dulunya jurusan IPA, perlu untuk tahu dulu pengertian Sosiologi.
Sosiologi Berbeda dengan Pendidikan Sosiologi
Di kampus saya, mahasiswa sering menyebutnya jurusan Sosiologi murni. Hal ini ditujukan untuk membedakan jurusan Pendidikan Sosiologi, yang notabene akan menghasilkan calon guru Sosiologi.
Dulu saya pikir, kuliah di Sosiologi akan sama saja dengan Sosiologi di SMA. Ternyata berbeda sama sekali. Di Sosiologi, dilakukan pendalaman materi agar mahasiswa tidak sekedar tahun, melainkan sampai memahami gejala-gejala yang terjadi di masyarakat.
Mata kuliah yang ditawarkan di Sosiologi juga sangat beragam sekali. Bagi saya, mata pelajaran Sosiologi sewaktu SMA hanyalah materi pengantar bagi mahasiswa Sosiologi. Di semester pertama tentu kita akan disodorkan dengan mata kuliah pengantar seperti, Pengantar Antropologi, Pengantar Sosiologi, dan Pengantara Psikologi Sosial. Selain itu juga ada mata kuliah umum seperti, Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Inggris, Teknik Penulisan Ilmiah, dan Filsafat Ilmu.
Menapaki semester lanjutan, mata kuliah yang ditawarkan semakin berbobot, seperti Teori Sosial Klasik dan Teori Sosial Modern yang membutuhkan referensi bacaan buku yang cukup banyak. Lalu ada juga mata kuliah diskursus dalam Sosiologi seperti, Gender, Keluarga, Perilakukan Menyimpang, Masalah Sosial Anak, Sosiologi Kesehatan, Sosiologi Agama, Sosiologi Pendidikan, Kependudukan, Masalah Pendudukan Lansia, dll. Untuk mata kuliah tersebut barusan merupakan mata kuliah pilihan, jadi bisa dipilih atau tidak. Tapi yang jelas, syarat minimal 144 sks untuk sarjana harus terpenuhi.
Berdasarkan pengalaman saya di Unair, mahasiswa bisa mengambil Proposal Skripsi di semester enam, dengan syarat mencapai jumlah sks tertentu. Jadi, jika proposal lolos, mahasiswa bisa langsung menyelesaikannya di semester tujuh. Banyak juga teman-teman saya yang menyelesaikan kuliah hanya dengan tujuh semester.
Kuliah Lapangan di Sosiologi Universitas Airlangga
Di Unair, mahasiswa langsung menjalan praktek kuliah lapangan (PKL) saat memasuki semester dua. Di semester dua ini, mahasiswa dibekali mata kuliah Dasar Metodologi Penelitian dan Pengantar Statistik untuk terjung ke lapangan. Lho ada statistik? Ada!
Beberapa teman saya juga terkejut melihat mata kuliah yang berisikan angka-angka ini. Karena mereka memilih Sosiologi berharap tidak bertemu lagi dengan Matematika. Mungkin beberapa dari kalian juga terkejut mendengar ini. Namun, Statistik memang diperlukan untuk olah data di penelitian lapangan nanti.
Di semester dua, mahasiswa akan terju lapangan dalam mata kuliah Tipologi Sosial. Mahasiswa harus menyiapkan segalanya mulai dari pra-penelitian, penelitian, dan pasca-penelitian. Pra-penelitian dimulai dengan mengurus surat ijin penelitian dan menyusun kuesioner. Lalu penelitian dilakukan dengan mendatangai rumah warga, biasanya di desa, untuk melakukan pengisian kuesioner dan wawancara mendalam. Pasca-penelitian dilakukan setelah data kita dapat, lalu diolah dan dipresentasikan di hadapan dosen dan teman-teman mahasiswa yang lain.
Berdasar pengalaman saya, metode penelitian yang digunakan merupakan mix method alias gabungan dari kualitatif dan kuantitatif, makanya kami perlu menyusan kuesioner dan pedoman wawancara.
Dulu saya sendiri kuliah lapangan di Kandangan, Kediri. Sangat senang bisa bertemu warga di sana karena mereka begitu ramah. Berat? Tenang saja semua itu dilakukan secara berkelompok kok. Dalam satu kelompok biasanya terdiri dari 10 sampai 15 mahasiswa.
Tak cukup hanya di semester dua, semester tiga dan empat, mahasiswa juga diwajibkan kuliah lapangan dalam mata kuliah Sosiologi Pedesaan dan Sosiologi Perkotaan. Tahapannya juga mirip dengan Tipologi Sosial, hanya topiknya saja yang berbeda.
Pengalaman saya Sosiologi Pedesaan dulu dilakukan di Kalisat, Jember, mengenai petani tembakau. Sosiologi Perkotaan dilakukan di Surabaya. Kebetulan kelompok saya kebagian topik lokalisasi di Gang Dolly. Saya waktu itu kebagian mewawancarai PSK. Cukup membuat saya was-was, karena waktu itu bersamaan dengan wacana akan ditutupnya Gang Dolly.
Untuk tempat, biasanya PKL mahasiswa Sosiologi dilakukan masih di dalam wilayah Jawa Timur. Jadi, memang tidak terlalu jauh dari kampus Universitas Airlangga
Cukup Pakai Kaos untuk Kuliah
Nah, ini yang membuat saya agak terkejut. Saat OSPEK dulu, mahasiswa baru justru diminta memakai kaos dengan alasan ini merupakan identitas mahasiswa FISIP. Nah lho?
Dulu saya pikir, kuliah itu harus mengenakan kemeja. Ternyata di FISIP, mahasiswa dibebaskan untuk memakai kaos saja. Dulu saya juga sering kuliah memakai celana jeans yang robek di lutut. Itu sudah jamak ditemui oleh kami, mahasiswa FISIP. Bahkan ada juga yang kuliah hanya memakai sandal. Kenapa begitu? Beberapa mahasiswa angkatan atas saya menjawab karena belajar yang dibutuhkan kemauan bukan pakaian rapi atau formal. Dosen juga tak mempermasalahkan hal ini. Karena ini memang kultur mahasiswa FISIP. Tapi, hal ini bukan diwajibkan, hanya diperbolehkan. Jadi, mahasiswa terserah mau pakai kemeja, jaket, kaos, atau apapun yang terpenting masih memakai baju untuk memenuhi norma yang belaku. Bahkan dulu saya juga sempat melihat mahasiswa yang kuliah memakai sarung.
Selain FISIP, ada juga fakultas lain yang menerapkan hal yang sama, yakni Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Sebenarnya di FIB sudah ada larangan pengenaan pakaian yang saya sebutkan di atas, tapi saya lihat masih banyak kok yang pakai koas dan celana robek di lutut, dan tidak ada yang mengingatkan.
Jadi, kalian mau belajar kan? Atau hanya sekedar bergaya?
Masyarakat Adalah Laboratorium Sosiologi
Ini yang terpenting. Karena Sosiologi ini merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat, bagi saya dalam berkehidupan bermasyaraka inilah merupakan laboratorium bagi orang yang berkecimpung di Sosiologi. Tanpa belajar secara formal, setiap individu sebenarnya sudah belajar Sosiologi. Kita akan mengamati apa yang sedang terjadi masyarakat dan mengapa itu bisa terjadi.
Kuliah Sosiologi Jadi Apa?
Ini nih yang sering ditanya oleh banyak orang. Kalau ditanya begitu jawaban saya sangat singkat, “Banyak!”
Berdasar pengalaman alumni Sosiologi, pekerjaan mereka memang sangat beragam mulai dari peneliti, guru, dosen, wartawan, pegawai bank, penulis, PNS, anggota DPR, dll. Persoalan pekerjaan ini sebenarnya kembali ke minat dan bakat masing-masing individu bagaimana ia mengolah ilmu yang telah ia pelajari. Jadi, tak ada pakem tertentu tentang profesi lulusan Sosiologi. Berbeda dengan Pendidikan Dokter yang memang nantinya menghasilnya dokter, meski saya sempat tahu ada beberapa mahasiswa lulusan Pendidikan Dokter tapi tidak meneruskan karir sebagai dokter.
Jadi itulah, penjelasan singkat tentang jurusan Sosiologi. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Surabaya, 12 Maret 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H