Mata kuliah yang ditawarkan di Sosiologi juga sangat beragam sekali. Bagi saya, mata pelajaran Sosiologi sewaktu SMA hanyalah materi pengantar bagi mahasiswa Sosiologi. Di semester pertama tentu kita akan disodorkan dengan mata kuliah pengantar seperti, Pengantar Antropologi, Pengantar Sosiologi, dan Pengantara Psikologi Sosial. Selain itu juga ada mata kuliah umum seperti, Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Inggris, Teknik Penulisan Ilmiah, dan Filsafat Ilmu.
Menapaki semester lanjutan, mata kuliah yang ditawarkan semakin berbobot, seperti Teori Sosial Klasik dan Teori Sosial Modern yang membutuhkan referensi bacaan buku yang cukup banyak. Lalu ada juga mata kuliah diskursus dalam Sosiologi seperti, Gender, Keluarga, Perilakukan Menyimpang, Masalah Sosial Anak, Sosiologi Kesehatan, Sosiologi Agama, Sosiologi Pendidikan, Kependudukan, Masalah Pendudukan Lansia, dll. Untuk mata kuliah tersebut barusan merupakan mata kuliah pilihan, jadi bisa dipilih atau tidak. Tapi yang jelas, syarat minimal 144 sks untuk sarjana harus terpenuhi.
Berdasarkan pengalaman saya di Unair, mahasiswa bisa mengambil Proposal Skripsi di semester enam, dengan syarat mencapai jumlah sks tertentu. Jadi, jika proposal lolos, mahasiswa bisa langsung menyelesaikannya di semester tujuh. Banyak juga teman-teman saya yang menyelesaikan kuliah hanya dengan tujuh semester.
Kuliah Lapangan di Sosiologi Universitas Airlangga
Di Unair, mahasiswa langsung menjalan praktek kuliah lapangan (PKL) saat memasuki semester dua. Di semester dua ini, mahasiswa dibekali mata kuliah Dasar Metodologi Penelitian dan Pengantar Statistik untuk terjung ke lapangan. Lho ada statistik? Ada!
Beberapa teman saya juga terkejut melihat mata kuliah yang berisikan angka-angka ini. Karena mereka memilih Sosiologi berharap tidak bertemu lagi dengan Matematika. Mungkin beberapa dari kalian juga terkejut mendengar ini. Namun, Statistik memang diperlukan untuk olah data di penelitian lapangan nanti.
Di semester dua, mahasiswa akan terju lapangan dalam mata kuliah Tipologi Sosial. Mahasiswa harus menyiapkan segalanya mulai dari pra-penelitian, penelitian, dan pasca-penelitian. Pra-penelitian dimulai dengan mengurus surat ijin penelitian dan menyusun kuesioner. Lalu penelitian dilakukan dengan mendatangai rumah warga, biasanya di desa, untuk melakukan pengisian kuesioner dan wawancara mendalam. Pasca-penelitian dilakukan setelah data kita dapat, lalu diolah dan dipresentasikan di hadapan dosen dan teman-teman mahasiswa yang lain.
Berdasar pengalaman saya, metode penelitian yang digunakan merupakan mix method alias gabungan dari kualitatif dan kuantitatif, makanya kami perlu menyusan kuesioner dan pedoman wawancara.
Dulu saya sendiri kuliah lapangan di Kandangan, Kediri. Sangat senang bisa bertemu warga di sana karena mereka begitu ramah. Berat? Tenang saja semua itu dilakukan secara berkelompok kok. Dalam satu kelompok biasanya terdiri dari 10 sampai 15 mahasiswa.
Tak cukup hanya di semester dua, semester tiga dan empat, mahasiswa juga diwajibkan kuliah lapangan dalam mata kuliah Sosiologi Pedesaan dan Sosiologi Perkotaan. Tahapannya juga mirip dengan Tipologi Sosial, hanya topiknya saja yang berbeda.
Pengalaman saya Sosiologi Pedesaan dulu dilakukan di Kalisat, Jember, mengenai petani tembakau. Sosiologi Perkotaan dilakukan di Surabaya. Kebetulan kelompok saya kebagian topik lokalisasi di Gang Dolly. Saya waktu itu kebagian mewawancarai PSK. Cukup membuat saya was-was, karena waktu itu bersamaan dengan wacana akan ditutupnya Gang Dolly.