Mohon tunggu...
Tunggul Saka Adiddya
Tunggul Saka Adiddya Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Dosen STAI KH Badruzzaman

Melatih raga untuk kembali pada ruh dan jiwanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hari Kesehatan Dunia Tahun ini Lebih Antusias Dibanding Tahun-Tahun Sebelumnya

19 April 2020   14:45 Diperbarui: 20 April 2020   03:00 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam Islam disebut juga untuk menjadi kuat dan sehat Abu Hurairah meriwayatkan Rasulullah SAW pernah berkata, "Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada yang lemah, dan keduanya baik. Dalam menjaga kesehatan erat hubungannya dengan kebersihan, Mu'adh menyebut Nabi Muhammad SAW.

Dalam salah satu hadits disebutkan, Nabi bersabda, "Waspadalah terhadap tiga tindakan yang menyebabkan Anda dikutuk, buang air di tempat teduh atau yang digunakan orang berteduh, di jalan setapak, dan di air tenang". (Al-Albani). Dan kita sering tahu bahkan sudah tidak asing lagi diteling kita dari mulai mengenyam sekolah sering dipakai hadist ini yaitu "Kebersihan adalah sebagian dari iman".

Pemerintah melalui kementerian kesehatan terus mengkampanyekan Gerakan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) tujuan utamanya adalah meningkatkan kualitas Kesehatan melalui kesadaran dengan pengetahuan untuk menjalani perilaku kehidupan sehari -hari yang bersih dan sehat. 

Tentunya manfaat tersebut utamanya tercipta masyarakat yang sadar akan kesehatannya sebagai bagian dari menjalankan perilaku hidup yang menjaga kebersihannya.

Lantas bagaimana mengubah perilaku?

Inforceman, perilaku berupa paksaan, misalnya menggunakan peraturan atau perundangan, dalam masa Covid-19 ini pemerintah memakai UU Nomor 6 Tahun 2018 dituangkan dalam pembukaan Bab I ketentuan umum Pasal 1 pada Poin 1 Kekarantinaan Kesehatan adalah upaya mencegah dan menangkal keluar atau masuknya penyakit dan/atau faktor risiko kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan kedaruratan Kesehatan masyarakat, selanjutnya pemerintah mempertegas dalam peraturan pemerintah nomor 21 tahun 2020 mengutip dalam peraturan tersebut adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pembatasan kegiatan tertentu dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi Covid-19 untuk mencegah penyebarannya.

Selanjutnya kementrian Kesehatan memperjelas maksud tersebut tertuang dalam Permenkes No.9 Tahun 2020, yaitu peliburan tempat sekolah dan bekerja, pembatasan kegiatan-kegiatan baik keagamaan, moda transportasi dan kativitas lainnya, lalu daerah bisa dapat menerapkan PSBB dengan ijin atau restu yang tertuang dalam keputusan permenkes, yang dimana keputusan tersebut sudah diatur dalam permenkes 9/2020, berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan dalam permenkes tersebut, data jumlah kasus dan sebarannya dan juga pemerintah daerah harus menjamin betul ketersedian logistik, kebutuhan dasar lain, serta fasilitas kesehatannya.

Selanjutnya pemerintah daerah mengeluarkan Pergub (Peraturan Gubernur) serta turunan-turunannya sampai ketingkat RW dan RT, sebagai bagian dalam mengubah perilaku dimasyarakat kita mungkin merasakannya ketika harus keluar tapi ada portal atau pembatas untuk lewat, adanya pembatasan jam malam dan sebagainya. Harus ada peraturan untuk mengubah perilaku dimasyarakat khususnya pentingnya mencegah dan menjaga Kesehatan.

Makanya setiap tahun adanya Hari Kesehatan Dunia.

Betapa pentingnya hari kesehatan dunia sehingga diperingati setiap tahunnya, mari kita kupas bulan tentang kesehatan di maret dan april ini dimana bertepatan masuknya pendemi Covid-19 di Indonesia,

Pertama, Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) yang diperingati setiap tanggal 24 maret, dalam sejarahnya pada tahun 1882 tanggal tersebut ditemukannya bakteri Mycobacterium tuberculosis oleh Dr. Robert Koch, seorang ilmuan dari Jerman, penemuan tersebut bukan berarti ditemukan kasus pertama penyakit tuberkulosis (TBC), jauh 82 tahun sebelumnya tepatnya pada tahun 1800 penyakit tersebut sudah menyebar luas bahkan 1 dari 7 orang yang meninggal di Eropa dan Amerika, penemuan tersebut menjadi  langkah kontrol untuk eliminasi penyakit mematikan ini. Di Indonesia sendiri menurut data dari kemenkes menyebutkan penyakit TBC menjadi penyakit urutan kelima, peringkat teratas penyakit di dunia dan Indonesia urutan ketiga kasus TBC tertinggi didunia setelah Tiongkok dan India.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun