Mohon tunggu...
Aditya Nuryuslam
Aditya Nuryuslam Mohon Tunggu... Auditor - Menikmati dan Mensyukuri Ciptaan Ilahi

Menjaga asa untuk senantiasa semangat berikhtiar mengadu nasib di belantara Megapolitan Ibukota Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Kita Layak Mendapatkan Cinta Rasulullah?

8 Oktober 2024   14:39 Diperbarui: 8 Oktober 2024   14:42 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu kita juga bisa mengaplikasikan Sunah Nabi yang tertulis dalam beberapa kumpulan Hadits, dan Hadits inipun sifatnya aplikatif, sehingga bisa langsung dititu dan dicontoh oleh umatnya. Dalam hadits sendiri ada beberapa tingkatan tingkat kesahihannya mulai dari hadits shahih, hasan, dla'if hingga maudlu'.

Perlu menjadi concern rekan-rekan semua yang ingin mengenal sosok Rasulullah SAW manusia sempurna di dunia ini dengan jalan membaca langsung dari literasi yang adalah perlu referensi yang tepat sehingga mendapatkan buku baik Sirah Nabawiyah ataupun Kumpulan Hadits yang tepat. Hal ini mengingat masih banyaknya buku buku Sirah Nabawiyah atau kumpulan Hadits, tapi dari sisi keabsahan, kualitas dan juga keasliannya.

Setiap kali mengkaji dan menyerap informasi dari berbagai sumber tentang Rasulullah SAW, selalu saja akan kita temui beragam penyelesaian permasalahan yang elegan dan seringkali kita merasa masih banyak hal dan perilaku kita sehari hari yang jauh dari kesempurnaan dalam mencontohnya. Selalu ada perasaan haus akan semakin mendalami cerita cerita keagungan akhlak Rasulullah SAW.

Selain dari dua sumber literasi diatas, masih terdapat beberapa literasi singkat yang menceritakan Rasulullah dalam sebuah kejadian penting, misalnya cerita tentang bagaimana besarnya cinta para sahabat kepada Rasulullah SAW dalam episode Kisah Ukasyah yang ingin mencambuk Rasulullah SAW. Ceritanya adalah sebagai berikut :

Hari itu Jumat dan musim haji Wada’. Haji wada merupakan haji terakhir dalam hidup Rasulullah. Artinya, tahun-tahun itu merupakan momen terakhir dalam perjalanan hidup Nabi. Suatu ketika, Rasululah berpidato dan meminta kepada para sahabat yang mungkin pernah sakit hati atau tersakiti oleh Rasulullah untuk melakukan qisas. Qisas artinya pembalasan.

Hal ini lantaran, Nabi Muhammad tidak ingin mendapatkan hal serupa ketika kelak di hari kiamat.“Siapa yang merasa teraniaya olehku di antara sahabatku semua, hendaklah dia bangkit berdiri sekarang juga untuk melakukan qisas kepadaku sebelum ia melakukannya di hari kiamat nanti,” kata Nabi.

Rasululllah bahkan mengulangi kalimat itu hingga tiga kali. Para sahabat terdiam, karena memang tidak ada. Tapi ternyata ada seorang sahabat berdiri. Sosok itu bernama Ukasyah. Ukasyah lantas cerita, ia dulu bersama Nabi di perang badar dan entah disengaja atau tidak, kata Ukasyah, cambuk untuk untuk untanya menjuntai mengenai diri tubuh Ukasyah. Waktu itu Nabi berada di samping Ukasyah dan sama-sama naik unta.

“Aku tidak tahu apakah engkau sengaja atau tidak, barangkali maksudmu melecut untamu?” kata Ukasyah. Sontak, para sahabat pun kaget. Berdiri. Tidak menyangka akan ada sosok Ukasyah yang berani bertindak seperti itu. Berani-beraninya bertindak seperti itu pada Nabi?

Mereka yakin Nabi tidak sengaja. Apalagi terkena sabetan pecut ketika naik kuda atau unta adalah hal biasa. Mereka marah pada Ukasyah, tapi Nabi tidak. Justru Rasulullah minta diambilkan cambuk miliknya. "Wahai Ukasyah,” kata Rasulullah, ”Pukul aku sekarang.” Sebelumnya, para sahabat sudah minta izin untuk jadi ganti Rasulullah. Mulai dari Abu, Bakar dan Umar bahkan bersiap diri untuk dicambuk, seberapa pun banyaknya, asal Rasulullah tidak terkena cambukan.

Tapi, Rasulullah menyuruh para sahabat untuk melihat saja. Karena ini merupakan kesalahan beliau. Ukasyah terdiam, Rasulullah tersenyum. “Ya Rasulullah, pada saat engkau memukulku, aku sedang tidak memakai baju.” Para sahabat yang melihat dan mendengar itu menjadi sangat geram kepada Ukasyah. Rasulullah mengerti. Lantas, beliau membuka bajunya. Maka, para sahabat pun menangis. Tidak tega melihat Rasulullah menyingkapkan baju atasnya dan akan menerima cambuk dari Ukasyah.

Setelah baju terbuka, Ukasyah mendekat. Para sahabat lain ingin menghadang Ukasyah yang sudah membawa cambuk. Namun Rasulullah justru menyuruhnya lebih dekat, melarang para sahabat untuk menjegal Ukasyah. Setelah dekat dan tangisan para sahabat kian memekakan telinga, Ukasyah justru melakukan hal yang tidak terduga. Ia menghampiri diri dan memeluk beliau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun