Mohon tunggu...
Aditya Nuryuslam
Aditya Nuryuslam Mohon Tunggu... Auditor - Menikmati dan Mensyukuri Ciptaan Ilahi

Menjaga asa untuk senantiasa semangat berikhtiar mengadu nasib di belantara Megapolitan Ibukota Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Sahabat Bukan Hanya Sekadar Tempat Curhat

4 Agustus 2023   19:50 Diperbarui: 5 Agustus 2023   02:16 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia sejatinya adalah Homo Homini Socius yang kalau kita lihat terjemahan bebasnya di wikipedia disebutkan bahwa berarti manusia adalah teman bagi sesama manusianya, atau manusia adalah sesuatu yang sakral bagi sesamanya yang dicetuskan oleh Seneca. Maka sudah menjadi kodratnya manusia itu akan berkelompok dan menjadi teman bagi sesamanya.

Pertemanan sendiri ada tingkatannya dari yang hanya kenal "angas" atau kenal muka saja sampai pada pertemanan yang sangat akrab selevel dengan persaudaraan yang biasa kita kenal dengan sebutan sahabat.

Inti dari pertemanan dan persahabatan itu sendiri kuncinya pada komunikasi. Komunikasi yang intens dengan beragam pandangan dan kepentingan akan menjadi alat penyaring otomatis apakah lawan bicara ini akan menempati level pertemanan saja, atau teman sepemahaman atau menjadi seorang teman yang sangat dekat sebagaimana seorang sahabat.

25 tahun yang lalu sebelum era internet menguasai hajat hidup orang banyak, komunikasi dengan rekan, teman dan sahabat hanya melalui 3 cara saja, pertama dengan telepon itupun hanya dengan fix line, di jaman itu handphone seluler sudah ada namun jumlahnya sangat terbatas dan biayanyapun cukup menguras isi kantong.

Yang kedua adalah bertemu secara langsung, biasanya tempat ngumpulnyapun situasional seperti di kantin sekolah, rumah teman, pos ronda atau tempat main dingdong.

Yang terakhir adalah melalui surat menyurat. Kalau komunikasi melalui telepon minimal salah satu punya telepon rumah, dan jika masing-masing tidak punya telepon, dan jarak tempat tinggal jauh maka sarana paling efektif saat itu melalui sarana surat untuk berkomunikasi. Dari sinilah kemudian muncul istilah sahabat pena.

Seiring dengan perkembangan jaman, pola komunikasipun mengalami perkembangan yang sangat cepat, salah satunya adalah semakin mengguritanya penggunaan teknologi komunikasi berbasis internet. Komunikasi bukan lagi sesuatu yang mahal terutama komunikasi jarak jauh, semua bisa dilakukan baik dalam bentuk teks percakapan ataupun melalui video call.

Hal inilah yang kemudian merubah habit kita semua. Bisa dibilang saat ini untuk ngobrol dan berdiskusi tidak perlu bertatap muka fisik, cukup rebahan dari rumah, bisa ngobrol sepuasnya bersama teman, sahabat ataupun rekan kerja dengan bantuan teknologi komunikasi saat ini.

Komunikasi intens antar anak manusia ini yang memiliki satu gelombang frekuensi yang sama ini memang merupakan oase yang tepat untuk terbuka satu sama lain tanpa halangan kekhawatiran untuk dicurangi atau dipecundangi.

Manusia kadangkala butuh tempat untuk menumpahkan segala kegundahan, beban pikiran atau sekedar untuk bisa sharring melepaskan penat, sehingga secara kejiwaan beban di kepalanya tidak membuat hidupnya semakin berat.

Sahabat seringkali hadir sebagai solution makker bagi lainnya, sahabat juga hadir dikala kesedihan dan kekalutan menerpanya, meringankan beban psikologisnya. Sehingga anekdot definisi seorang sahabat adalah orang yang sangat dekat dan memiliki jiwa emosional satu frekuensi yang berprofesi sebagai penghibur, badut, solution makker hingga menjadi psikiater gratis bagi yang lainnya.

Hal semacam itu menurutku fenomena yang tidak fair, karena sahabat hanya diposisikan sebagai obyek penderita tempat menumpahkan segala keluh kesah dan keruwetan problematika hidupnya. Sahabat tidak ditempatkan sebagai aset berharga yan harus dipupuk dan dirabuk agar kualitas persahabatannya tumbuh berkembang, bukan sebagai bak sampah atau recycle bin.

Bila sudah mengikrarkan diri sebagai seorang sahabat, maka hubungan timbal balik simbiosis mutualisme harus terjaga, bukan menjadikan salah satu pihak merasa dirugikan apalagi hanya sebagai bak sampah curhat bagi lainnya tanpa ada imbal balik yang sama ketika si sahabat melakukan hal yang sama. Karena sahabat juga manusia, sahabat pastilah juga punya problema yang mustinya kita bisa bantu mencari solusinya.

Sahabat hendaknya bisa dihadirkan dikala sedih dan gembira, sahabat juga bisa mendapatkan manfaat ketika kita bahagia. Hal inilah yang menjadikan sebuah persahabatan itu bisa langgeng dan berkualitas.

Hal lain yang perlu diingat bahwa kadangkala seorang sahabat bisa berkorban melebihi saudara kita, untuk itu perlu juga kita mengapresiasi sahabat dengan saling memberikan perhatian yang besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun