Sahabat seringkali hadir sebagai solution makker bagi lainnya, sahabat juga hadir dikala kesedihan dan kekalutan menerpanya, meringankan beban psikologisnya. Sehingga anekdot definisi seorang sahabat adalah orang yang sangat dekat dan memiliki jiwa emosional satu frekuensi yang berprofesi sebagai penghibur, badut, solution makker hingga menjadi psikiater gratis bagi yang lainnya.
Hal semacam itu menurutku fenomena yang tidak fair, karena sahabat hanya diposisikan sebagai obyek penderita tempat menumpahkan segala keluh kesah dan keruwetan problematika hidupnya. Sahabat tidak ditempatkan sebagai aset berharga yan harus dipupuk dan dirabuk agar kualitas persahabatannya tumbuh berkembang, bukan sebagai bak sampah atau recycle bin.
Bila sudah mengikrarkan diri sebagai seorang sahabat, maka hubungan timbal balik simbiosis mutualisme harus terjaga, bukan menjadikan salah satu pihak merasa dirugikan apalagi hanya sebagai bak sampah curhat bagi lainnya tanpa ada imbal balik yang sama ketika si sahabat melakukan hal yang sama. Karena sahabat juga manusia, sahabat pastilah juga punya problema yang mustinya kita bisa bantu mencari solusinya.
Sahabat hendaknya bisa dihadirkan dikala sedih dan gembira, sahabat juga bisa mendapatkan manfaat ketika kita bahagia. Hal inilah yang menjadikan sebuah persahabatan itu bisa langgeng dan berkualitas.
Hal lain yang perlu diingat bahwa kadangkala seorang sahabat bisa berkorban melebihi saudara kita, untuk itu perlu juga kita mengapresiasi sahabat dengan saling memberikan perhatian yang besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H