(1) pekerjaan yang dilakukan memerlukan kemampuan (keterampilan) tertentu
(2) Profesi tersebut dipilih sebagai karir dalam hidupnya
(3) Profesi tersebut pada umumnya dilengkapi dengan kemampuan, keterampilan diagnostik dan keterampilan penerapan.
(4) Profesi pada umumnya mempunyai orang-orang yang perlu dilayani (pelanggan).
Konsep kecerdasan yang dianut oleh orang Jawa tidak hanya mewakili kecerdasan dalam bidang intelektual (Quoutient Intelligence). Menurut Ahmad Tafsir, IQ adalah kecerdasan manusia (sejak lahir). Konsep susunan ngaurip di atas sebenarnya membuka gagasan filosofis dari ungkapan "jiwa golek pangupa" yang dibahas di atas.
Ajaran Tipe Kategori Leadership ( Kepemimpinan ) :
Dalam ajaran Kepemimpinan/Kepemimpinan Antinipraja terdapat beberapa jenis Kepemimpinan khususnya Kisah Seorang Prajurit yang meliputi nistha, madya dan utama.
Dianggap Nistha atau hina jika tidak mengetahui bahaya dan kesulitan yang dihadapi, jika hanya tidur saat mengabdi, dan jika selalu di hadapan raja, jika suka berpura-pura. Dihadapan raja ia mengatakan bersedia, namun dalam hati ia tidak bersedia, ia hanya ingin dihormati rakyatnya, berpura-pura bijaksana agar tidak terlalu waspada jika bertemu musuh. Dia tidak mempercayai para abdi dalem yang harus dia hadapi setiap hari. Dia merasa seperti elang di langit yang menukik mangsanya. Ia hanya memikirkan penderitaan orang lain, seperti ular yang menyemburkan bisa. Ia selalu memikirkan untung dan rugi seperti seorang pedagang, tidak khawatir harus berbohong.
Watak madya apabila bertindak serba hati-hati melaksanakan perintah raja, suka melindungi semua prajuritnya. Bersungguh-sungguh menjalankan perintah sesuai dengan tata aturan kerajaan, takut berbuat salah, tidak mempunyai watak dusta la tidak suka berbuat kejam sehingga kerajaan menjadi aman sejahtera. la tidak suka menyimpan harta benda maupun emas permata, selalu setia kepada raja, mantap hatinya berperang sabil, tidak peduli saudara atau musuh, tidak peduli dicela sesama selalu mampu melaksanakan tugas dengan baik dan disegani para menteri. Suka berderina, tidak keberatan harta bendanya diusung oleh para fakir miskin, para prajurit serta punggawa sehingga semua nembesar sepan kenadanya saling bersikan rukun dan harmat layaknya saudara.
Figur seorang patih diuraikan dalam Srat Panitipraja dengan jelas disertai contohnya. Dikatakan bahwa suatu jalan hendaknya terfokus pada nistha, bagian tengah, dan bagian utama agar tindakannya tidak dikritisi oleh masyarakat. Sifat atau sikap seorang madya adalah apabila ia telah melaksanakan dengan baik tugas-tugas yang diberikan kepadanya yang merupakan perintah raja, maka ia mampu melindungi prajurit dan bawahannya dengan baik, serta mampu menerapkan dengan baik peraturan-peraturan negara sehingga dapat menjaga ketertiban negara, negara selalu aman, damai dan tenteram. Ajaran tentang nistha, pendidikan menengah dan dasar juga terdapat di Srat Ondhe Patih. Ajaran ini pada hakikatnya adalah bagian dari etika. Nistha adalah perbuatan keji, jahat dan tercela. Madya adalah tindakan yang bertipe moderat.Utama merupakan perbuatan yang baik dan mulia, dalam artian seorang pemimpin patut menjadi teladan untuk diikuti oleh bawahannya. Ajaran ini harus dipahami terutama oleh mereka yang ingin menjadi pemimpin. Hikmah nistha, tengah dan utama harus dipahami baik oleh pemimpin maupun pengikutnya. Menurut ajaran yang terkandung dalam antinipraja , perbuatan nistha adalah perbuatan yang dapat membuat orang gelisah, tidak nyaman, dan selalu curiga.
Syarat-Syarat yang harus ada pada seorang pemimpin :
- Tidak merasa bisa, tapi Anda bisa merasakan atau Selalu berjaga -- jaga.