“Yaaah… aku sadari itu.”
“Apakah kau masih yakin, bahwa yang kau lakukan masih bisa dikatakan benar?”
“Sejujurnya aku tidak yakin…”
“Dan………?” desaknya lagi.
“Bolehkah aku mengajukan diri, kawan..?”
“Tentu saja, Angin. Engkau punya hak untuk mengajukan diri.”
“Aku ingin pensiun menjadi Angin.”
“Hahh…!!!” pekiknya terkejut.
“Gila kau… Itu kodratmu. Kau harus memberi arti dalam hidup. Apakah kau berniat menghentikan aktifitas memurnikan Alam. Gila… sungguh-sungguh GILA..!!!” ia benar-benar shock. Tampak raut kekecewaan di wajahnya.
“Kau lihatlah dunia ini, Angin. Kegelapan merajalela, nafsu berkuasa, cinta telah disalah-artikan, Matahari sudah tidak menjadi petunjuk, Bulan sudah tidak lagi menjadi peringatan, dan engkau Angin, ingin berhenti menjadi penyejuk hati??? Kecewa, aku benar-benar kecewa!!!”
“Dengarkanlah dulu aku bicara.. tolong…” pintaku.