“Bahwa ada waktu sesuatu itu harus berhenti. Dan ada waktu pula untuk berlari. Itu saja…” jawabku.
“Jadi engkau berjanji akan kembali ke Permukaan bumi dan menyebarkan kesejukan pada yang membutuhkan? Kapan….?”
“Di saat tanganku tidak lagi bergetar karena kelaparan…”
“Baiklah kalau begitu, Angin. Akan kusampaikan hal ini kepada Matahari. Sampai jumpa lagi….”
******** beberapa bulan kemudian *********
“Sekarang apa lagi alasanmu, Angin?” tanyanya padaku.
“Apakah tanganmu masih bergetar… atau mungkin perutmu masih sakit menahan lapar? Tolong jelaskan padaku?” sambungnya
“Satu yang kusadari, kawan. Ternyata berkecukupan belumlah cukup.”
“Apakah yang cukup itu sekarang?”
“Cukup bagiku sekarang adalah melimpah. Karena tidak dapat kutahan otakku untuk terus berpikir mengenai hari esok. Bahwa esok, seminggu, sebulan, dan setahun kemudian aku akan kembali lagi kepada kondisi mengenaskan seperti dulu lagi.” Eluhku.
“Apalagi yang kau tunggu. Bukankah kau sudah tidak perlu lagi sembunyi lagi. Bukankah kau sekarang lebih terhormat berada di pinggiran Pantai dan tidak lagi bersama tumpukan sampah-sampah itu?” protesnya.