[caption id="attachment_172626" align="alignright" width="300" caption="Jafar hafsah Dkk Kader Demokrat Menekan SBY Untuk Memecat PKS (vivanews.com)"][/caption]
Ada yang menggelitik hati saya membaca beberapa informasi hari ini baik di Kompas, Detik dan Kompasiana. Berita yang menarik untuk dikupas salah satunya adalah kebingungan Daniel H.T dengan Artikelnya ““PKS Tidak di Setgab Koalisi Lagi, Tetapi Tidak Dikeluarkan”. Siapa yang Tidak Bingung?” begitu tanya Daniel .HT.
Apa yang membuatnya bingung? Tidak lebihdari sekedar sebuah berita yang diturunkan Detik.com yang berjudul “Nasib PKS di Koalisi Berakhir, Tapi Tidak Ada Istilah Dikeluarkan”, di dalam berita tersebut diinformasikan bahwaSekretaris Setgab Partai Koalisi Syarief Hasan mengumumkan kepada wartawan hasil dari rapat pimpinan parpol koalisi dengan Presiden SBY, Selasa, 3 April 2012, di kediaman SBY di Puri Cikeas, Cikeas, Bogor. Hasil rapat para pimpinan parpol koalisi (minus PKS) itu kata Syarief menghasilkan bahwa nasib PKS di Setgab Koalisi sudah berakhir. PKS sudah tidak termasuk di Setgab Koalisi. Sekarang hanya ada lima parpol koalisi, yakni Partai Demokrat, Partai Golkar, PAN, PPP, dan PPP, katanya. Tetapi, ketika wartawan bertanya, “Jadi, pastinya kapan PKS mulai dikeluarkan?” Syarief menjawab, “Tidak ada istilah dikeluarkan. Memang semua sudah berakhir”.
Kemudian Daniel HT bertanya “Ini sebenarnya maksudnya bagaimana, sih? PKS sudah dinyatakan tidak lagi termasuk dalam Setgab Partai Koalisi, tetapi bukan dikeluarkan?”
Kemudian Daniel HT menyimpulkan “Inilah cerminan dari suatu ketidaktegasan, suatu keputusan yang diambil dengan penuh keraguan dan tidak percaya diri. Hanya untuk menegaskan “dikeluarkan” saja tidak berani”
[caption id="attachment_172627" align="aligncenter" width="448" caption="Kontrak Koalisi Antara Dewan Pembina Hilmi-SBY (ideguenews.com)"]
Terlebih lagi Politisi PKS Yudi Widiana mengatakan PKS tidak akan menanggapi pernyataan dari Syarief Hasan (yang notabene hanya seorang Sekretaris Setgab Partai Koalisi). Yang diharapkan PKS adalah (keberanian) Presiden SBY sendiri yang menyatakan secara jelas dan pasti tentang status PKS tersebut.
“Kalau yang bicara bukan SBY, tidak perlu ditanggapi serius. Karena mereka hanya mencari panggung, ” kata Yudi (detik.com).
Partai DEMOKRAT Yang Galau
Dari sejak awal Saya memperhatikan gerak-gerik Partai Politik Koalisi Demokrat, Golkar, PKS, PPP, PKB, PAN memang banyak hal yang perlu disampaikan kepada public, entahlah Demokrat tidak memahami koalisi atau berpura-pura tidak faham. Jika Anda mencari informasi dengan kata kunci Demokrat-PKS, maka Anda akan menemukan banyak kata-kata negative dari Demokrat kepada PKS, sepertinya itu “Benci” sekali kepada PKS dan PKS menanggapinya dengan dingin dan Santai. Ketidaksukaan Partai Demokrat kepada PKS merupakan lagu lama, Saya tidak mau berbicara apakah SBY terlalu banyak memberikan jatah menteri kepada PKS atau lebih kepada adanya gerakan bawah tanah yang sudah merasuki Demokrat. Perlu dipahami public Partai Demokrat hari ini secara diam-diam memasukan Aktivis Liberal Sekulerisasi Indonesia, sebut saja misalnya dedengkotnya adalah “Ulil Abshar Abdalah”, diantara pengikut lainnya ada Ahmad Mubarok, Sutan Bathugana, Marzuki Ali walaupun tidak seberat Ulil Abshar Abdalah. Sedangkan PKS tidak menyukai Sekulerisme, Liberalisme yang mana hal ini sedang diperjuangkan oleh kelompok Liberal Sekuler, makanya yang selalu mengompori untuk mendepak PKS selalu saja Ulil, Ahmad Mubarok, Syarif Hasan, Anas, Ruhut, Ahmad Mubarok dan Kelompok Liberal Sekuler lainnya. Saya pastikan mereka “benci” kepada PKS yang pasti menghalangi proses sekulerisasi Indonesia.
[caption id="attachment_172628" align="alignright" width="336" caption="Koalisi Sebenarnya PKS-SBY"]
PKS Berkoalisi Dengan Siapa?
Jika banyak pertanyaan seperti dari Daniel HT atau tulisan dari Suri Adnya yang Puas dengan PKS di Pecat dari Setgab bersamaan mengembangkan Opini PKS tidak punya pendirian, bahkan PKS di cap Hipokrit tidak sesuai perkataan dengan perbuatan menurut Saya tidak lebih hanya opini seorang Adnyana. Mengapa? Karena sepemahaman Saya memantau perkembangan dari awal koalisi terbentuk sesungguhnya PKS tidak berkoalisi dengan Partai Demokrat tetapi berkoalisi dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.