Mohon tunggu...
Adisti Putriani
Adisti Putriani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Halo, saya Adisti Putriani mahasiswi kesejahteraan sosial UIN Jakarta yang memiliki hobi menonton film.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Hakikat Puasa di Bulan Ramadhan

1 Juli 2024   09:09 Diperbarui: 1 Juli 2024   09:20 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

UJIAN AKHIR SEMESTER ( UAS ) RETORIKA

Nama : Adisti Putriani (11230541000036)

Dosen Pengampu : H. Muhammad Firdaus Lc.,MA.,Ph.D

Program Studi : Kesejahteraan Sosial

Fakultas    : Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللَّهِ وَبَرَكَة ,اَلْحَمْدُلِلَّه الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّينِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَ اْلـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَـعِينَ، أَمَّا بَعْدُ

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada kita berupa kesehatan sehingga kita dapat berkumpul pada siang hari ini.

Shalawat dan salam, mari kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarganya, dan sahabatnya. Semoga, kita semua selaku umatnya mendapatkan berkah. Para hadirin yang dirahmati Allah SWT. Pada kesempatan kali ini saya Adisti Putriani akan berpidato dengan tema "Hakikat Puasa di Bulan Ramadhan".

Hakikat Puasa Di Bulan Ramadhan

Secara bahasa, puasa berasal dari kata shaum dalam Bahasa Arab yang artinya menahan. Secara istilah syariat, puasa berarti menahan diri. dari makan, minum, jima, serta segala sesuatu yang membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga tenggelamnya matahari. Puasa selain menjadi tameng seseorang dari perbuatan yang melanggar syariat, ia juga menjadi salah satu bentuk penghambaan kepada Allah untuk menggapai ridha-Nya. (Hidayati, 2020)

Perintah untuk melaksanakan puasa sudah terkandung pada firman Allah SWT dalam Q.S Al-Baqarah ayat 183.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Perlu diketahui bahwa perintah puasa itu juga merupakan salah satu dari Rukun Islam. Puasa adalah salah satu dari Rukun Islam dan merupakan ibadah yang wajib dilakukan di bulan Ramadan bagi umat Islam. Pada sebagian orang, puasa dapat dilakukan sebagai bentuk terapi (pengobatan) bagi dirinya. (Zainuddin Nur, 2023)

Puasa pada hakikatnya adalah meninggalkan syahwat nafsu yang hukum asalnya mubah di luar puasa. Syahwat nafsu tersebut diharamkan untuk sementara waktu, mulai terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Hakikat pengertian puasa tidak saja mampu menahan diri dari makan, minum, atau berhubungan intim di siang hari Ramadhan (jimak). 

Lebih dari itu pengertian puasa adalah menahan diri dari segala perbuatan dan ucapan yang diharamkan serta untuk meningkatkan kesadaran spiritual kepada Allah SWT.  Pada arti ini, penting bagi orang saat sedang berpuasa, untuk tidak saja mampu menahan haus dan lapar, tapi juga harus mampu menahan mulut, mata, telinga, tangan, dan anggota tubuh lainnya dari perbuatan yang dapat mengurangi atau menghilangkan pahala puasa.  Seperti hadis yang diriwayatkan di bawah ini:

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

"Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga." (HR Ath Thabaroni)

Puasa di bulan Ramadhan memiliki dampak spiritual yang luar biasa, sebab puasa ini memiliki syarat, rukun dan berbagai ketentuan lainnya yang harus dipatuhi. Bagi umat Islam puasa Ramadhan itu wajib hukumnya, artinya kalau tidak dikerjakan akan berdosa. Sebab puasa Ramadhan adalah perintah Allah SWT Sang Khaliqul alam.

Sebagaimana mungkin pernah kita dengar dan saksikan, dimana ternyata banyak orang yang berpuasa di bulan Ramadhan, namun hanya sekedar menahan (memperoleh) lapar dan dahaganya saja, sementara orang yang mengerjakan puasa dengan kesadaran penuh yang berlandaskan kepada Al Quran dan Hadis mampu mengambil hikmah serta akan dapat mencapai derajat taqwa dan memperoleh manfaat kesehatan fisik dan mental. (Muhammmad Hilman Fikri, 2023). Setidaknya ada lima hikmah puasa yang kita peroleh yaitu:

1. Meningkatkan Ketaqwaan

Puasa Ramadan dapat meningkatkan ketaqwaan terhadap Allah Ta'ala sebab seseorang rela menahan lapar, haus, dan hal-hal yang membatalkannya demi mengharap pahala kepada-Nya.

2. Menyehatkan Hati dan Badan

Tidak diragukan lagi bahwa puasa akan mendatangkan kesehatan, baik pada hati maupun badan. Berpuasa dapat membuat hati sehat sebab puasa akan menahan syahwat seseorang dan memadamkan sebab permusuhan yang dapat mendatangkan penyakit hati.

3. Mengajarkan Kepedulian terhadap Orang yang Lemah dan Merasakan Penderitaan Orang Lain

Di sekeliling kita, masih banyak yang kelaparan sehingga tidak mampu menelan makanan sesuatu atau meneguk air. Mereka bukannya sedang berpuasa atau sengaja tidak mengonsumsi apapun. Tetapi, banyak yang benar-benar tidak memiliki sepeserpun harta untuk membeli makanan ataupun minuman.

Karenanya, puasa hadir untuk mengingatkan umat Islam akan pentingnya bersyukur dan berbagi dengan sesama. Dengan turut merasakan rasa lapar dan haus, umat Islam dapat menjadi lebih merasakan empati maupun simpati terhadap mereka yang kurang beruntung.

Berpuasa dapat membuat seseorang merasakan betapa sulitnya orang lemah yang merasakan perihnya lapar dan dahaga setiap hari. Hal tersebut mengajarkan pada sifat empati. Seseorang seakan-akan turut serta merasakan penderitaan orang miskin yang tidak memiliki harta berlebih sehingga medorong diri untuk meningkatkan kepedulian. (Dahlia, 2024)

4. Pengendalian Diri untuk Mengontrol Hawa Nafsu

Orang yang berpuasa harus mengendalikan dan menunda keinginannya untuk melakukan hal-hal yang biasa dilakukan, seperti makan, minum, gosip, mengumpat, atau ekspresi marah, hubungan seksual dan yang lainnya. Karena di dalam puasa Ramadan itu kita sesungguhnya sedang diajari oleh Allah bagaimana mengendalikan diri. 

Maka sesungguhnya puasa tidak sebatas hanya menahan lapar, menahan dahaga pada siang hari Ramadan. Karena itu sesungguhnya manusia mudah melakukannya. 

Tapi di balik makan dan minum itu, sebenarnya ada yang lebih besar lagi. Yaitu manusia dituntut untuk mengembalikan dirinya sebagai makhluk rohani, makhluk yang berasal dari Allah, bukan makhluk fisik. Fisik inilah sesungguhnya yang mendorong kita untuk tidak pernah puas dengan apa yang kita punya. (Dr. Azhari Akmal Tarigan, 2019)

Proses pengendalian diri ini harus dipandu dengan tuntunan agama, sebab puasa dilakukan bukan atas kemauan sendiri, akan tetapi atas perintah Tuhan Yang Maha Kuasa Allah SWT. 

Selain itu, puasa sebagai kontemplasi dan pengendalian diri akan menyadarkan bahwa ternyata kita mampu menghadapi kesulitan atau ketidaknyamanan yang dirasakan saat berpuasa. Kita akan mampu mengapresiasi diri sendiri karena telah berhasil untuk bertahan hingga waktu berbuka tiba. (Adrial Falahi, 2023)

Kesimpulan

Puasa pada hakikatnya adalah meninggalkan syahwat nafsu yang hukum asalnya mubah di luar puasa. Syahwat nafsu tersebut diharamkan untuk sementara waktu, mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Puasa bukan hanya sekedar menahan lapar, haus dan hawa nafsu saja, melainkan cara kita untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.

Puasa di bulan Ramadhan memiliki dampak spiritual yang luar biasa. Bagi umat Islam puasa Ramadhan itu wajib hukumnya, artinya kalau tidak dikerjakan akan berdosa.

Puasa Ramadhan bertujuan untuk mewujudkan manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Perintah puasa ada kaitannya dengan pengendalian diri untuk mengontrol hawa nafsu yang merupakan salah satu hikmah dari puasa. 

Orang yang berpuasa harus mengendalikan dan menunda keinginannya untuk melakukan hal-hal yang dapat membatalkan puasanya. Proses pengendalian diri ini harus dipandu dengan tuntunan agama, sebab puasa merupakan perintah dari Allah SWT. Dengan demikian, mari kita berusaha menyempurnakan ibadah puasa kita untuk meraih keberkahan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

 

Sekian yang dapat saya sampaikan, bila ada kata yang kurang berkenan dihati para hadirin, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, kebaikan datang dari Allah Swt. dan kesalahan datang dari saya selaku manusia biasa yang tidak luput dari salah dan dosa, akhir kata saya ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun