Puasa Ramadan dapat meningkatkan ketaqwaan terhadap Allah Ta'ala sebab seseorang rela menahan lapar, haus, dan hal-hal yang membatalkannya demi mengharap pahala kepada-Nya.
2. Menyehatkan Hati dan Badan
Tidak diragukan lagi bahwa puasa akan mendatangkan kesehatan, baik pada hati maupun badan. Berpuasa dapat membuat hati sehat sebab puasa akan menahan syahwat seseorang dan memadamkan sebab permusuhan yang dapat mendatangkan penyakit hati.
3. Mengajarkan Kepedulian terhadap Orang yang Lemah dan Merasakan Penderitaan Orang Lain
Di sekeliling kita, masih banyak yang kelaparan sehingga tidak mampu menelan makanan sesuatu atau meneguk air. Mereka bukannya sedang berpuasa atau sengaja tidak mengonsumsi apapun. Tetapi, banyak yang benar-benar tidak memiliki sepeserpun harta untuk membeli makanan ataupun minuman.
Karenanya, puasa hadir untuk mengingatkan umat Islam akan pentingnya bersyukur dan berbagi dengan sesama. Dengan turut merasakan rasa lapar dan haus, umat Islam dapat menjadi lebih merasakan empati maupun simpati terhadap mereka yang kurang beruntung.
Berpuasa dapat membuat seseorang merasakan betapa sulitnya orang lemah yang merasakan perihnya lapar dan dahaga setiap hari. Hal tersebut mengajarkan pada sifat empati. Seseorang seakan-akan turut serta merasakan penderitaan orang miskin yang tidak memiliki harta berlebih sehingga medorong diri untuk meningkatkan kepedulian. (Dahlia, 2024)
4. Pengendalian Diri untuk Mengontrol Hawa Nafsu
Orang yang berpuasa harus mengendalikan dan menunda keinginannya untuk melakukan hal-hal yang biasa dilakukan, seperti makan, minum, gosip, mengumpat, atau ekspresi marah, hubungan seksual dan yang lainnya. Karena di dalam puasa Ramadan itu kita sesungguhnya sedang diajari oleh Allah bagaimana mengendalikan diri.Â
Maka sesungguhnya puasa tidak sebatas hanya menahan lapar, menahan dahaga pada siang hari Ramadan. Karena itu sesungguhnya manusia mudah melakukannya.Â
Tapi di balik makan dan minum itu, sebenarnya ada yang lebih besar lagi. Yaitu manusia dituntut untuk mengembalikan dirinya sebagai makhluk rohani, makhluk yang berasal dari Allah, bukan makhluk fisik. Fisik inilah sesungguhnya yang mendorong kita untuk tidak pernah puas dengan apa yang kita punya. (Dr. Azhari Akmal Tarigan, 2019)