Mohon tunggu...
ADI PUTRA (Adhyp Glank)
ADI PUTRA (Adhyp Glank) Mohon Tunggu... Seniman - Saling follow itu membahagiakan_tertarik Universalitas, Inklusivitas dan Humaniora, _Menggali dan mengekplorasi Nilai-nilai Pancasila

-Direktur Forum Reproduksi Gagasan Nasional, -Kaum Muda Syarikat Islam, - Analis Forum Kajian Otonomi Daerah (FKOD), - Pemuda dan Masyarakat Ideologis Pancasila (PMIP), -Penggemar Seni Budaya, Pemikir dan Penulis Merdeka, Pembelajar Falsafah Pancasila

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

1970: Ive Kisah Perempuan dan Budaya

22 Desember 2022   12:39 Diperbarui: 14 Januari 2023   16:18 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Radio Elgangga Lama sore hari menjelang Maghrib, Grup Qosidah Miftahul Bannath bersenandung diberbagai kampung semua menyetel radio yang dirubung banyak orang untuk mendengarkan, 

"Woyy buruan Grup si Arab nich ada di Radio" teriak pemuda kampung.

"Sssttt berisik bet dah, diem ngapah" sahut pemuda yang lain, yang berada di warung pun ikut nimbrung mengelilingi untuk mendengarkan radio, menunggu momen lagu Qosidah selanjutnya.

Kemudian Siaran Radio dilanjut Tausiyah kultum dari Ulama HM.Damsyik.

Suasana di Studio Radio Elgangga dengan peralatan siaran masa itu, "Istirahat bersiap Azan Maghrib" lontar Manager kepada penyiar Radio Elgangga.

"Assalamualaikum bah" salam Ive sambil meraih tangan Mualim Damsyik.

"Wa'alaikumsalam warohmatullah... Eh si neng Arab ketemu lagi kita ya" balas Muallim Damsyik.

"Iya Bah" sambut Ive.

"MashaAllah... cakep banget ya si neng, nanti jadi keluarga Babah ya" ejek Muallim Damsyik kepada Ive

"Ahh Babah bisa aja, saya izin maghriban dulu ya bah" ngeles Ive sambil senyum dan bergeser bersama teman se-grupnya Ela, Tuti dan lainnya.

"Iya udah.. kita sholat" sambil ketawa kecil dengan kacamata cokelat memperhatikan, 

Suara Azan Maghrib pun berkumandang... Allahu Akbar... Allahu Akbar...

Di kediaman rumah Babah Mardani kedatangan tamu Menantu dari Muallim Damsyik yang tinggal Kampung 200, nampak keluarga dari Suami Ive bermaksud datang dan melamar Ive, 

Ternyata H. Ishak menantu Muallim Damsyik yang aktif di Masjid Al Barkah mengutarakan maksud tujuan kedatangannya kepada Keluarga Babah Mardani untuk meminang Ive untuk anak lelaki Pertamanya.

Siang hari di tepi jalan 

tukang es membawa termos es, 

Pemuda di kampung berkumpul sambil menyedot rokok dan es Mambo nampak menggerutu.

"Ah sialan kalah saing kita sama anak tokoh" 

"Iya Koan..."

(Koan = kan, ditujukan untuk menyatakan persetujuan dan dukungan kebenaran dalam bahasan)

Situasi berganti ke ruang rumah dalam acara pernikahan, Di tengah meja berhias bunga dan permadani,

"Saya terima nikah dan kawinnya Masripah Binti Mardani dengan Mas Kawin 30 Gram dan peralatan Rumah tangga dibayar tunai" 

"sah"?!... Penghulu bertanya...

"Sah" hadirin kompak menjawab, 

"Alhamdulillah" lantunan doa pun berlangsung...

Perjalanan kehidupan rumah tangga, aktifitas, belanja, memasak, mencuci, mengepel, hingga muncul pertanda kehamilan, di 

Tahun 1979 Anak Lelaki Pertama lahir, Ilham anak Ive merupakan Cucu Tertua yang menjadi Kesayangan dari keluarga suami Ive.

Karir Suami Ive meningkat, mereka membeli Perumahan Proyek Negara bernama Perumnas 1, yakni perumahan pertama yang ada di Bekasi , Suami Ive membeli rumah tidak jauh dari menara Masjid Jalan Tenggiri 6 Perumnas 1.

Tahun 1981 Anak kedua seorang Perempuan Lahir, yang diberi nama Wahyuni Dewi,

"Alhamdulillah Sepasang" ucap syukur Enyak panggilan ibu kandung Ive. 

Ive menjalani Aktifitas sebagai ibu rumah tangga seperti biasa mengurus rumah tangga, nampak kedua anaknya aktif bermain, sesekali ia kedatangan keluarga, teman dan tetangga bertamu yang datang hanya untuk meminta bantuan uang, beras dan makanan lainnya, Ive dan keluarga yang merasa berkecukupan selalu memenuhi. 

Suami Ive mulai jarang pulang karena kesibukannya.

Dua tahun kemudian, 

di Bekasi Tengah di Tahun 1983 sebuah yang Asri dengan banyak pepohonan yang rindang, ada sebuah rumah nampak seorang Perempuan Cantik,

Ternyata Ive sedang mengelus perutnya yang sedang hamil besar, kandungannya sudah berusia 1 Tahun 3 Bulan namun belum juga menandakan kelahiran.

Menjadi Perbincangan hangat para tetangga di Bekasi Tengah pada saat itu, 

Usia kehamilan diatas 9 bulan disebut dengan "bunting kebo", Masyarakat Bekasi meskipun kuat secara keagamaannya adanya budaya Bekasi lama masih mengiringi kehidupan masyarakat, bahwa untuk orang yang mengalami hamil besar dan tidak kunjung lahir lebih dari 9 bulan harus diritualkan di kandang kerbau.

Dorongan dan saran dari orang-orang sekitar yang percaya ritual mitos kepada Enyak manih ibu kandung Ive, untuk melaksanakan hal tersebut, Enyak manih pun mempertimbangkan dan Nenek Ive Emak Keben mendorong hal itu dilakukan, 

"Cara orang-orang dulu emang begitu, Pan Dulu gua lahiran Lu ge begitu manih, terus berojol dahh" jelas mak keben.

Situasi dan Kondisi memaksakan ive melakukan ritual yang disarankan oleh para tetangga dan saudara di kampung itu, yang mempercayai supaya prosesi kelahiran mendapat kemudahan, sebagai syarat Ive di masukkan ke kandang kerbau. Ive sebenarnya mau menolak namun menjaga perasaan orang-orang tua dikampung Ive pun terpaksa melakukannya meski sambil menahan geli ingin tertawa.

Namun setelah ritual dalam beberapa minggu waktu menunggu, pertandab kelahiran anak belum juga hadir. Emak Keben "Udah sini gue urut dahh, ambil minyak lentik buka baju Luh, rebahan disitu", "Manih ambilin gua minyak kelapa didapur", Emak Keben berseru kepada Anaknya Nyak Manih ibu kandung Ive. 

Didepan minyak mulut emak Keben berbisik-bisik terlihat melafalkan semacam doa bercampur jampi.

Satu hari kemudian

Akhirnya kontraksi perut mulai terasa, Ive yang menahan rasa sakit luar biasa dan segera dibawa suami menuju bidan ternama di bekasi, Bidan Yuhana di Kampung 200, persis tanggal 22 Januari 1983, terdengar tangis bayi Laki-laki yang lahir dengan proses Normal, 

Seorang anak laki-laki dengan rambutnya yang panjang dan lilit oleh plasenta atau ari-ari ditubuhnya.

Seluruh keluarga ikut Bahagia mendengar kabar baik tersebut.

Namun setelah beberapa hari kabar buruk pun datang tentang keadaan sang Bayi, kehamilan Ive yang lama membuat sang Bayi begitu banyak menelan air ketuban, sehingga saluran pernafasannya terganggu dan semakin membuat kondisi tubuh sang bayi semakin melemah, hingga mengalami fase kritis dan membiru.

Ive merasa sedih bercampur aduk karena anak yang dinantikan kelahirannya yang cukup lama mengalami kelainan pada paru-parunya, detak jantung si kecil semakin lama semakin melemah, sedikit harapan untuk bisa diselamatkan. Kesadaran sibayi seperti sedang tertidur nyenyak hanya nampak kabel diseluruh tubuhnya dengan selang dari tabung oksigen membantu proses pernafasannya.

Ive menatap dalam anaknya yang baru dilahirkan tergolek lemah tak berdaya, merasa campur aduk dan berusaha tegar karena berpikir harus merawat anak-anaknya masih kecil-kecil, seakan sinar matanya menahan linangan air mata.

Orang tua Ive Babah Dani mendapat kabar, 

"Astaghfirullah Al adzhim"...

"Innalillahi"

"Tung buruan dahh lu Panggil sekalian jemput Dokter Aang ya rada cepet, Bismillah" Babah Dani memerintahkan Dadun Adik kandung Ive, 

"Iya Bah" jawab Dadun sambil bergegas keluar.

Di rumah sakit bersalin.

Bayi yang tergeletak lemah dengan banyak kabel di sekujur tubuhnya, Ive mengusap-usap lembut tubuh bayinya sambil tersenyum pahit, sesekali mengusap air mata yang tidak ia biarkan mengalir sambil melihat tubuh mungil anaknya yang dipenuhi kabel dan selang di hidung dan mulutnya.

Dirumah Orang tua Ive

Enyak Manih lagi menjahit Otto dan kutang sejenis Pakaian Dalaman untuk Perempuan Khas Bekasi sambil memperhatikan menjaga cucunya yang sedang asyik bermain, 

Sejak fase kelahiran Ilham Anak Lelaki Pertama dan Wahyuni Dewi anak perempuan Ive, keduanya tinggal bersama Enyak manih ibu kandung Ive. Mereka nampak sedang Asik bermain kelereng.

Enyak teriak "Am... jangan maen jauh-jauh ya tong, jagain adenya" 

"Iya, nyakk" Jawab Ilham.

Nampak Ilham menengok dan menoleh ke Adik perempuannya yang sedang Asyik bernyanyi sambil memegang sisir dan berkaca di jendela rumah.

Di ruang rumah sakit,

Si Bayi Koma keadaan semakin kritis, Ive menangis Panik, Dokter Aang dengan sigap segera melakukan Proses penyedotan cairan menggunakan selang pada mulut berulang ulang beberapa lama belum ada perubahan juga,

Dokter sambil menekan-nekan lembut dada si Bayi dan memberikan nafas hingga perut dan Dada si Bayi pun nampak mulai bernafas lagi.

Keringat menetes di dahi sang Dokter, menghela nafas wajahnya yang nampak semraut gugup berubah menjadi tenang kembali.

Bersambung ke episode 02...

(Cerita ini diangkat dari Kisah Nyata tentang  Perjuangan seorang Perempuan yang menjadi ibu tangguh bagi anak-anaknya)

Silahkan klik reaksi dan tulis di kolom komentar sebagai royalti penulis untuk melanjutkan isi cerita, Hahaha... Terima Kasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun