Mohon tunggu...
Adinda Trianurahmah
Adinda Trianurahmah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Era Baru Kampanye Politik: Eksplorasi New Media Paslon Uu Saeful Mikdar dan Nurul Sumarheni dalam Pilkada Kota Bekasi 2024

8 Januari 2025   22:37 Diperbarui: 8 Januari 2025   22:37 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENULIS 

Saeful Mujab, S.Sos, M.I.Kom 

Adinda Trianurahmah 

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI 

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA 

ABSTRAK 

Media sosial telah menjadi salah satu alat komunikasi utama dalam kampanye politik, memungkinkan pasangan calon kepala daerah untuk menyampaikan visi, misi, dan program kerja mereka dengan lebih efektif dan efisien. Studi ini mengeksplorasi peran media sosial dalam strategi kampanye pasangan calon Uu Saeful Mikdar dan Nurul Sumarheni pada Pilkada Kota Bekasi 2024. Dengan menggunakan pendekatan studi kasus dan wawancara, penelitian ini menemukan bahwa penggunaan media sosial seperti Instagram, Facebook, dan TikTok dapat meningkatkan partisipasi politik, khususnya di kalangan pemilih muda. Kampanye berbasis media sosial tidak hanya memberikan akses informasi yang luas tetapi juga menciptakan ruang interaksi langsung antara kandidat dan pemilih, sehingga membangun kepercayaan publik. Meski demikian, tantangan seperti disinformasi dan kesenjangan digital tetap menjadi kendala yang harus diatasi. Oleh karena itu, kampanye yang berbasis literasi digital menjadi sangat penting untuk memastikan informasi yang disampaikan akurat dan dapat meningkatkan partisipasi politik masyarakat secara keseluruhan.

PENDAHULUAN

Media sosial kini menjadi salah satu sumber utama informasi bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi pengguna internet aktif. Berdasarkan data dari Annur (2021), pengguna Instagram di Indonesia mencapai lebih dari 91 juta orang pada tahun 2021, dengan mayoritas pengguna berada pada rentang usia yang produktif. Hal ini menunjukkan bahwa media sosial memiliki potensi besar sebagai alat kampanye yang efektif. Lebih lanjut, Indonesia (2022) melaporkan bahwa jumlah pengguna Instagram di Indonesia terus meningkat hingga mencapai sekitar 97,36 juta pada Oktober 2022, menjadikan platform ini salah satu saluran informasi yang populer. Dengan perkembangan teknologi digital, informasi politik lebih mudah diakses melalui media sosial, yang memungkinkan calon kepala daerah untuk menjangkau lebih banyak pemilih dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan kampanye tradisional.

Media sosial merupakan media yang mempunyai kemampuan untuk membagikan konten video yang diunggah melalui handphone yang bisa di lihat di berbagai platfom seperti tiktok, youtube, Instagram, Facebook dan yang lainnya. Fitur ini digunakan untuk berbagi konten video yang diunggah ke pengguna lainnya. Fitur ini memungkinkan sesama pengguna untuk berbagi konten yang mereka tonton dengan teman-temannya. Dilakukan pada situs media sosial selama masa pemilu. Setelah seorang kandidat politik mengunggah konten video kampanye, pengguna media sosial dapat dengan mudah membagikan video tersebut kepada orang lain menggunakan fitur berbagi.

Kampanye pada dasarnya adalah suatu proses komunikasi dalam politik, yaitu segala kegiatan komunikasi yang dilakukan dalam perdebatan politik guna mencapai kemenangan. Komunikasi politik sendiri memegang peranan penting bagi para kandidat Karena jika calon politik mengabaikan komunikasi politik, kecil kemungkinannya mereka akan memenangkan pemilu. Oleh karena itu, proses dalam komunikasi politik harus dilakukan kepada semua pihak yang dapat memenangkan pemilu nanti. Kesuksesan pada kampanye Pemilu ditentukan oleh beragam faktor, termasuk dalam penggunaan media komunikasi politik. Pada saat ini media yang paling populer digunakan oleh para politisi dalam pemilihan umum yaitu media sosial. Media sosial digunakan para kandidat untuk memperkenalkan diri serta menyebarkan pesan politiknya kepada para pengguna media sosial

Dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada), kampanye politik memainkan peran yang krusial dalam memengaruhi partisipasi pemilih. Berbagai strategi diterapkan oleh pasangan calon (paslon) untuk menarik perhatian pemilih, salah satunya melalui pemanfaatan media sosial dan platform digital. Pilkada Kota Bekasi, khususnya kampanye paslon Uu Saeful Mikdar dan Nurul Sumarheni, memperlihatkan bagaimana media massa dan media sosial menjadi saluran utama untuk menyampaikan visi, misi, dan program kerja mereka. Penggunaan media sosial menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan literasi politik serta keikutsertaan masyarakat dalam pemilu, terutama pada kelompok pemilih muda dan pemula. Hal ini sejalan dengan laporan dari Adminsentolo (2022), yang menyoroti bahwa partisipasi masyarakat dalam pemilu mengalami peningkatan ketika kampanye difokuskan pada platform yang sering digunakan oleh masyarakat.

Kampanye paslon Uu Saeful dan Nurul Sumarheni dalam Pilkada Kota Bekasi secara khusus menekankan pada penggunaan media online untuk menyebarkan informasi politik dan memperkenalkan kandidat kepada publik. Menurut Hidayat (2022), mayoritas masyarakat Indonesia menggunakan media sosial untuk mencari informasi, termasuk informasi politik. Tren ini memperlihatkan bahwa calon kepala daerah perlu menyesuaikan strategi kampanye mereka dengan preferensi media yang digunakan oleh pemilih. Penggunaan media online ini bertujuan untuk meningkatkan literasi politik di kalangan pemilih muda, yang sering kali merupakan pengguna utama media sosial. Alnadya (2020) menyebutkan bahwa terpaan informasi politik dari media online dapat meningkatkan literasi politik, yang pada akhirnya mendorong partisipasi aktif dalam pemilu.

Dalam strategi kampanye yang berbasis media sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap tingkat partisipasi pemilih. Ketika informasi politik disebarkan melalui saluran media yang familiar bagi pemilih, mereka cenderung lebih mudah memahami isu-isu yang diangkat dalam kampanye dan merasa lebih terlibat dalam proses pemilihan. Selain itu, media sosial memungkinkan pemilih untuk berinteraksi langsung dengan kandidat atau tim kampanye, yang dapat menciptakan hubungan yang lebih personal dan membangun kepercayaan publik. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dataindonesia.id (2022), meningkatnya penggunaan media sosial untuk mencari informasi politik di Indonesia memberikan dampak positif terhadap partisipasi politik masyarakat, terutama di daerah perkotaan seperti Kota Bekasi.

Namun, meskipun media sosial memiliki potensi besar dalam meningkatkan partisipasi pemilih, ada juga tantangan yang dihadapi, terutama terkait dengan disinformasi dan berita palsu. Di era digital saat ini, informasi yang beredar di media sosial sering kali sulit untuk diverifikasi, sehingga rawan disalahgunakan untuk kediperlukanan tertentu. Oleh karena itu, strategi kampanye paslon 2 tidak hanya perlu berfokus pada penyebaran informasi yang menarik dan informatif, tetapi juga memastikan bahwa informasi yang disampaikan akurat dan tidak menyesatkan. Dalam hal ini, literasi digital menjadi sangat diperlukan bagi pemilih untuk dapat memilah informasi yang benar dari yang salah.

Dengan memanfaatkan berbagai platform media sosial, kampanye paslon 2 diharapkan mampu menjangkau lebih banyak pemilih, terutama kelompok pemilih muda yang cenderung lebih aktif di dunia digital. Media sosial juga memungkinkan kampanye yang lebih interaktif, di mana pemilih dapat memberikan umpan balik langsung dan terlibat dalam diskusi terkait isu-isu diperlukan dalam Pilkada Kota Bekasi. Strategi ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran politik masyarakat dan mendorong mereka untuk menggunakan hak pilihnya pada saat pemilihan.

Berdasarkan pemaparan di atas pendahuluan ini menekankan diharuskan peran media dalam kampanye politik di era digital. Melalui media sosial, kampanye dapat menjangkau pemilih secara luas dan efisien, serta memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses demokrasi. Di sisi lain, adanya potensi tantangan terkait informasi yang tidak akurat harus dihadapi dengan pendekatan literasi digital yang baik. Kampanye paslon Uu Saeful Mikdar dan Nurul Sumarhenidi Kota Bekasi menjadi salah satu contoh bagaimana era baru kampanye poltiik dalam new media di pilkada 2024.

Kajian Literature

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan momentum diperlukan dalam kehidupan politik suatu negara. Partisipasi masyarakat, khususnya pemilih pemula dari kalangan generasi Z, menjadi aspek krusial yang terus menarik perhatian para peneliti, praktisi, dan pengambil kebijakan. Partisipasi pemilih pemula dalam proses demokrasi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pendidikan politik, kepercayaan terhadap pemerintah, media sosial, dan kampanye politik. Berbagai literatur berikut akan mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi partisipasi politik pemilih pemula dan strategi pendidikan politik untuk meningkatkan kesadaran politik mereka.

  • Strategi Pendidikan Politik Pemilih Pemula

Afhiani, Elyta, dan Apriyani (2024) menyoroti diharuskan pendidikan politik untuk pemilih pemula generasi Z di Kabupaten Kubu Raya menjelang Pemilu 2024. Studi mereka menemukan bahwa pendidikan politik memiliki peran diperlukan dalam membentuk literasi politik pemilih pemula, sehingga mereka memiliki pengetahuan dasar yang memadai mengenai pemilu dan diharuskan partisipasi aktif. Pendidikan politik dapat diberikan melalui kurikulum formal di sekolah maupun melalui kegiatan sosialisasi yang melibatkan lembaga-lembaga masyarakat. Dengan pendidikan politik yang memadai, pemilih pemula akan lebih sadar akan hak dan kewajiban politiknya dan dapat membuat keputusan pemilihan yang lebih bijaksana (Afhiani et al., 2024).

Kemudian pada Akhrani, Imansari, dan Faizah (2018) juga mengemukakan bahwa kepercayaan politik dan partisipasi politik pemilih pemula saling berkaitan. Kepercayaan politik yang tinggi dapat meningkatkan keterlibatan pemilih pemula dalam proses politik. Dengan demikian, pendidikan politik yang berfokus pada pembangunan kepercayaan terhadap sistem politik dan transparansi proses pemilu diperlukan untuk diperhatikan agar pemilih pemula merasa yakin terhadap integritas pemilu (Akhrani et al., 2018).

  • Faktor Kepercayaan Politik dan Efikasi Politik

Basri (2018) menyoroti diharuskan “political trust” atau kepercayaan politik serta “political efficacy” atau efikasi politik dalam membentuk partisipasi politik. Menurutnya, kepercayaan terhadap lembaga-lembaga politik dan keyakinan bahwa suara mereka berdampak sangat diperlukan dalam mendorong pemilih pemula untuk terlibat dalam pemilu. Pemilih pemula yang memiliki tingkat efikasi politik yang tinggi cenderung lebih aktif berpartisipasi, karena mereka percaya bahwa keterlibatan mereka dapat mempengaruhi hasil pemilu (Basri, 2018).

Arif (2023) dalam penelitiannya di Kota Malang menemukan bahwa rendahnya kepercayaan politik, seringkali akibat maraknya politik uang, dapat berdampak negatif pada partisipasi politik. Politik uang tidak hanya melemahkan kepercayaan pemilih terhadap proses politik, tetapi juga mengurangi motivasi mereka untuk memilih secara independen dan berdasarkan penilaian rasional terhadap calon pemimpin. Oleh karena itu, upaya pendidikan politik harus diarahkan untuk meningkatkan kesadaran pemilih pemula tentang bahaya politik uang serta diharuskan partisipasi yang bebas dari intervensi finansial (Arif, 2023).

  • Pengaruh Media Sosial dalam Kampanye Politik

Peran media sosial dalam meningkatkan partisipasi politik pemilih pemula juga menjadi fokus berbagai penelitian. Farid (2023) dalam artikelnya menunjukkan bahwa media sosial menjadi alat kampanye yang sangat efektif untuk memobilisasi pemilih pemula. Media sosial mempermudah akses informasi politik dan memberikan platform interaktif bagi para calon untuk berkomunikasi langsung dengan pemilih. Namun, Farid (2023) juga menekankan bahwa dampak media sosial bisa beragam, tergantung pada intensitas keterpaparan dan kualitas informasi yang diterima oleh pemilih pemula.

Hidayat (2022) mengemukakan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia, termasuk pemilih pemula, mencari informasi politik melalui media sosial. Menurut penelitian tersebut, penggunaan media sosial seperti Instagram, Twitter, dan Facebook oleh pemilih pemula memengaruhi persepsi dan keterlibatan politik mereka. Media sosial memungkinkan pemilih pemula untuk mengikuti kampanye politik, berinteraksi dengan calon, dan mendiskusikan isu-isu politik dengan rekan sebaya. Dengan demikian, penggunaan media sosial dalam kampanye politik dapat meningkatkan literasi politik dan partisipasi pemilih pemula dalam pemilu (Hidayat, 2022).

  • Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilu

Studi Fathurokhman (2022) tentang partisipasi politik pemilih pemula menunjukkan bahwa partisipasi politik merupakan indikator diperlukan dalam menilai kualitas demokrasi suatu negara. Menurutnya, rendahnya partisipasi politik pemilih pemula dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya pengetahuan politik, rendahnya kepercayaan terhadap sistem politik, serta adanya pengaruh negatif dari lingkungan sosial. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan partisipasi politik pemilih pemula perlu dilakukan melalui sosialisasi yang intensif dan pendidikan politik yang sistematis (Fathurokhman, 2022).

Adriansyah, Haviz, Ali, dan Amelia (2023) dalam penelitian mereka tentang determinan partisipasi politik masyarakat Bukittinggi pada tahun 2019 juga menemukan bahwa faktor lingkungan sosial dan tingkat pendidikan berperan diperlukan dalam mendorong partisipasi politik. Mereka menyimpulkan bahwa pendidikan politik tidak hanya perlu ditingkatkan di kalangan pemilih pemula, tetapi juga harus melibatkan seluruh elemen masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung partisipasi politik aktif (Adriansyah et al., 2023).

  • Implikasi dari Literatur terhadap Pendidikan dan Strategi Kampanye Politik

Dari literatur di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan politik yang terstruktur, lingkungan sosial yang mendukung, serta kepercayaan politik dan efikasi politik memainkan peran diperlukan dalam meningkatkan partisipasi pemilih pemula. Kombinasi dari strategi pendidikan yang tepat dan penggunaan media sosial sebagai alat kampanye yang efektif dapat mendorong keterlibatan politik yang lebih aktif di kalangan generasi muda. Untuk mencapai hal ini, diperlukan bagi pemerintah dan lembaga terkait untuk bekerja sama dalam menyusun program pendidikan politik yang relevan dan interaktif, serta mengawasi penggunaan media sosial agar kampanye politik dapat dilaksanakan secara positif dan edukatif. Dengan memahami berbagai faktor yang memengaruhi partisipasi pemilih pemula, pihak-pihak terkait dapat merancang program pendidikan politik dan kampanye yang lebih efektif. Penelitian ini memberikan kontribusi pada pengembangan teori dalam ilmu politik dan komunikasi, serta dapat menjadi acuan bagi peneliti berikutnya untuk mengeksplorasi lebih lanjut tentang cara meningkatkan partisipasi politik pemilih pemula di era digital.

METODE 

Penelitian ini memilih menggunakan pendekatan studi kasus dan wawancara untuk menyelidiki bagaimana media sosial digunakan dalam kampanye politik menjelang pemilihan walikota Bekasi periode 2024. Dengan metode wawancara untuk menggali pemahaman yang mendalam tentang partisipasi politik pemilih pemula melalui media sosial. Penelitian ini dipilih karena memungkinkan peneliti untuk mengeksplorasi dan memahami pengalaman, pandangan, dalam konteks yang lebih luas (Sugiyono, 2018). Pendekatan ini sangat cocok untuk mempelajari fenomena sosial seperti partisipasi politik yang melibatkan faktor subjektif dan konteks sosial yang kompleks. Melalui pendekatan ini, peneliti dapat memperoleh data yang kaya dan mendalam yang sulit diperoleh dengan metode yang lebih terstruktur. Metode wawancara dalam penelitian ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data utama. Wawancara memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi langsung dari informan mengenai pandangan mereka tentang partisipasi politik melalui media sosial. Proses wawancara memberikan ruang bagi informan untuk mengungkapkan pengalaman dan perasaan mereka secara terbuka dan rinci, yang tidak dapat diperoleh dari data numerik atau statistik (Azwar, 2017).

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN

Peneliti menumakan ada beberapa kelebihan dari paslon 2, yaitu Uu Saeful Mikdar dan Nurul Sumarheni yang memiliki berbagai kekuatan dan menjadi modal utama dalam Pilkada Kota Bekasi 2024. Uu Saeful Mikdar dengan latar belakang sebagai mantan birokrat di Dinas Pendidikan, memiliki kredibilitas tinggi dalam memahami kebutuhan masyarakat, khususnya di bidang pendidikan. Sementara itu, Nurul Sumarheni, yang pernah menjabat sebagai komisioner KPUD Kota Bekasi, membawa pengalaman mendalam dalam proses politik lokal. Kombinasi ini diperkuat dengan dukungan Partai Golkar, partai besar yang memiliki pengaruh signifikan di Kota Bekasi, meskipun Nurul berasal dari Partai Nasdem yang tidak memiliki kursi di parlemen setempat. Keberadaan dua kekuatan partai ini memberikan keunggulan struktural dan jaringan yang kuat bagi Paslon Uu Saeful Mikdar dan Nurul Sumarheni dalam berkampanye.

Namun, di balik kelebihan tersebut, Paslon Uu Saeful Mikdar dan Nurul Sumarheni menghadapi beberapa tantangan. Salah satu kelemahan utama adalah keterbatasan dalam menjangkau seluruh wilayah Kota Bekasi, terutama daerah-daerah yang membutuhkan pendekatan lebih intensif. Tim pemenangan menyadari pentingnya meningkatkan interaksi langsung dengan masyarakat di wilayah-wilayah tersebut. Untuk mengatasi hal ini, mereka telah menyusun strategi berupa peningkatan intensitas kampanye lokal dan kegiatan sosialisasi di titik-titik yang masih minim interaksi. Meskipun demikian, Paslon Uu Saeful Mikdar dan Nurul Sumarheni tetap optimis akan peluang meraih kemenangan. Tradisi politik Kota Bekasi menunjukkan bahwa Partai Golkar, meskipun tidak selalu unggul dalam pemilihan legislatif, kerap berhasil memenangkan kontestasi kepala daerah. Dengan sisa waktu kampanye yang tinggal beberapa hari, tim pemenangan berencana memaksimalkan intensitas kampanye guna menyampaikan visi dan misi Paslon ke seluruh lapisan masyarakat.

Di sisi lain, tantangan eksternal seperti ketatnya persaingan dengan calon lain juga menjadi perhatian. Tim pemenangan Paslon Uu Saeful Mikdar dan Nurul Sumarheni berfokus menjaga soliditas tim serta memperkuat kerja sama di lapangan melalui relawan lokal dan jaringan partai tingkat pusat. Untuk menghadapi persaingan ini, mereka menggalakkan kampanye yang bersifat personal agar kedekatan dengan konstituen dapat terbangun dengan baik. Struktur tim pemenangan Paslon ini melibatkan juru kampanye dari berbagai tingkatan, mulai dari lokal hingga pusat. Saat ini, fokus mereka adalah sosialisasi di tingkat lokal Kota Bekasi. Namun, saat kampanye akbar dimulai, akan ada keterlibatan juru kampanye tingkat provinsi dan pusat yang diharapkan mampu menarik lebih banyak dukungan, baik dari pemilih yang sudah mantap memilih maupun dari mereka yang masih ragu.

Sasaran utama kampanye Paslon Uu Saeful Mikdar dan Nurul Sumarheni mencakup berbagai segmen pemilih, terutama generasi muda berusia 20 hingga 30 tahun dan kelompok pemilih loyal terhadap ideologi partai. Pendekatan kampanye disesuaikan dengan New Media yang sering digunakan oleh para pemilih seperti Instagram, facebook, tiktok, twiter, dan yang lainnya. Karakteristik masing-masing dari kelompok pemilih dengan komunitas lokal dan basis partai sebagai pusat dukungan yang solid untuk pilkada 2024.

Untuk menarik hati masyarakat, Paslon 2 menawarkan program unggulan di berbagai sektor, seperti kesehatan, pendidikan, infrastruktur, ekonomi, dan pengembangan UMKM. Strategi kampanye mereka memanfaatkan berbagai media, termasuk media sosial, media cetak, dan alat peraga kampanye. New Media merupakan fokus utama untuk menjangkau kalangan milenial ataupun gen z, sementara media cetak dan alat peraga tradisional lebih ditujukan kepada pemilih yang lebih tua. Pendekatan ini dirancang untuk memastikan bahwa Paslon Uu Saeful Mikdar dan Nurul Sumarheni dikenal luas di seluruh segmen masyarakat.

PEMBAHASAN

Terkait partisipasi politik masyarakat Kota Bekasi dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) mengungkapkan bahwa adaa banyak akibat yang memengaruhi keterlibatan masyarakat dalam proses politik ini. Media sosial menjadi salah satu alat yang digunakan para calon serta tim kampanye untuk menarik perhatian pemilih, khususnya generasi muda. Pasangan calon (paslon) yang berlaga di Pilkada Kota Bekasi menggunakan media sosial seperti Instagram dan Facebook untuk berbagi program kerja, menjalin komunikasi dengan masyarakat, dan membangun citra diri yang menarik. Dalam konteks ini, peran media sosial terbukti sangat efektif dalam meningkatkan interaksi antara kandidat dan masyarakat, terutama bagi generasi muda yang akrab dengan teknologi digital ataupun new media.

Kadir (2022) mengungkapkan bahwa media sosial berfungsi sebagai ruang publik virtual yang mendukung demokrasi partisipatif, terutama bagi kaum milenial dan Gen Z yang berorientasi pada keterbukaan informasi dan transparansi. Platform-platform ini memberikan akses cepat ke informasi politik dan mempermudah para generasi muda untuk mengevaluasi kandidat berdasarkan nilai-nilai yang dianggap relevan. Temuan ini sejalan dengan wawancara yang menunjukkan bahwa media sosial memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk terlibat aktif dalam politik dengan cara yang lebih mudah dan cepat.

Kepercayaan publik terhadap sistem politik dan kandidat juga sangat berpengaruh terhadap tingkat partisipasi politik masyarakat Kota Bekasi. Tingkat kepercayaan ini menjadi faktor penentu apakah masyarakat akan aktif berpartisipasi atau justru memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya. Menurut penelitian Islamy (2022), kepercayaan masyarakat terhadap proses politik dipengaruhi oleh peran new media dalam mengedukasi masyarakat tentang isu-isu politik lokal. New Media, melalui pemberitaan yang obyektif dan edukatif, dapat meningkatkan kesadaran politik masyarakat. Ketika masyarakat memiliki informasi yang cukup dan merasa percaya terhadap kandidat atau sistem politik, partisipasi politik pun meningkat.

Masyarakat memiliki karakteristik tersendiri dalam hal preferensi politik. Adapun generasi muda ataupun masyarakat di Kota Bekasi yang merasa bahwa keterlibatan mereka dalam Pilkada bukan hanya untuk memilih seorang pemimpin, tetapi juga untuk memberikan pengaruh positif dalam proses demokrasi. Generasi muda memiliki kecenderungan untuk lebih kritis terhadap calon yang mereka dukung dan mempertimbangkan aspek-aspek seperti program pendidikan, akses lapangan kerja, serta isu-isu lingkungan. Nur Wardhani (2018) menyatakan bahwa generasi muda cenderung lebih kritis dan selektif dalam memilih kandidat, terutama karena mereka memiliki keterpaparan yang tinggi terhadap informasi politik melalui media sosial dan kampanye digital. Dengan keterpaparan ini, generasi muda diharapkan mampu mengevaluasi kandidat secara obyektif.

Media massa, seperti televisi dan surat kabar, masih dianggap sebagai sumber informasi yang kredibel oleh sebagian besar masyarakat Kota Bekasi. Masyarakat menyatakan bahwa mereka mengandalkan media massa untuk memperoleh informasi yang obyektif dan akurat mengenai calon kepala daerah. Media massa memiliki peran yang sangat dalam memberikan informasi yang edukatif dan mengurangi ketidakpastian pemilih dalam menentukan pilihannya. Nasution et al. (2020) menjelaskan bahwa media massa yang obyektif dapat membangun kepercayaan masyarakat terhadap proses pemilihan dan membantu masyarakat merasa lebih terlibat dalam politik. Penyampaian informasi yang akurat dan mendalam mengenai kandidat serta program-program yang ditawarkan dapat mendorong masyarakat untuk menggunakan hak pilih mereka dengan bijaksana.

Ada berbagai tantangan dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat Kota Bekasi, salah satu tantangan utama adalah kurangnya akses informasi politik yang mudah dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat. Walaupun new media sangat populer, namun tidak semua masyarakat memiliki akses atau keterampilan yang cukup untuk memahami informasi yang kompleks, terutama masyarakat usia lanjut atau mereka yang tinggal di wilayah dengan akses internet yang terbatas. Penelitian Karim et al. (2020) menyebutkan bahwa salah satu tantangan dalam mendorong partisipasi politik adalah kesenjangan digital. Penggunaan new media dalam kampanye politik memang efektif bagi kalangan muda, tetapi belum tentu memiliki dampak yang sama bagi masyarakat yang kurang akrab dengan teknologi. Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk menjangkau semua lapisan masyarakat dengan media yang sesuai agar partisipasi politik dapat ditingkatkan.

Tantangan yang serupa yaitu Lingkungan sosial, seperti keluarga, juga memainkan peran besar dalam membentuk partisipasi politik masyarakat. Ditemukan bahwa banyak individu di Kota Bekasi yang terpengaruh oleh pandangan politik keluarga mereka, baik secara positif maupun negatif. Keluarga menjadi agen sosialisasi politik yang kuat, terutama bagi generasi muda yang baru pertama kali terlibat dalam pemilihan. Munawarah dan Kristanto (2022) menjelaskan bahwa nilai-nilai politik dan kepercayaan sering kali ditanamkan dalam lingkungan keluarga dan dapat memengaruhi sikap politik individu. Ini berarti bahwa individu yang berada dalam keluarga dengan partisipasi politik tinggi akan lebih mungkin terlibat aktif dalam pemilu. Selain itu, pengaruh dari teman dan lingkungan komunitas turut memperkuat niat seseorang untuk berpartisipasi dalam pemilu.

Salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi politik di Kota Bekasi adalah melalui program sosialisasi politik yang dirancang khusus untuk pemilih pemula. Generasi Muda menyatakan bahwa mereka merasa kesulitan dalam memahami informasi politik dan proses pemilu. Banyak dari mereka yang merasa perlu diberikan edukasi politik lebih lanjut agar mereka bisa membuat keputusan yang tepat dalam memilih pemimpin. Pangestuti et al. (2018) menekankan bahwa sosialisasi politik melalui New Media dapat membantu generasi muda memahami nilai-nilai demokrasi dan diharuskan keterlibatan politik. Dalam konteks ini, peran lembaga pendidikan dan komunitas lokal juga untuk mengedukasi para masyarakat ataupun generasi muda mengenai hak suara mereka.

Dengan Adanya New Media masyarakat berharap kandidat dan tim kampanye dapat menyampaikan program kerja dan visi-misi mereka secara transparan, tanpa manipulasi informasi. Transparansi ini sangat dibutuhkan untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap para calon. Gopal dan Verma (2017) menyoroti transparansi dan akuntabilitas dalam proses politik sebagai elemen yang mendukung partisipasi politik. Ketika masyarakat merasa bahwa informasi yang mereka dapatkan akurat dan tidak dimanipulasi, maka kepercayaan terhadap proses politik pun meningkat, yang pada akhirnya mendorong mereka untuk berpartisipasi.

Dapat disimpulkan bahwa partisipasi politik masyarakat Kota Bekasi dalam Pilkada sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti New Media, tingkat kepercayaan terhadap sistem politik, peran keluarga, akses informasi, serta transparansi kandidat. Untuk meningkatkan partisipasi politik, diperlukan upaya edukasi yang lebih baik, terutama bagi Masyarakat ataupun Generasi muda, serta peningkatan akses informasi politik yang mudah diakses. Keberhasilan dalam meningkatkan partisipasi politik ini juga bergantung pada upaya bersama dari new media, lembaga pendidikan, dan komunitas lokal dalam menyediakan informasi yang akurat dan mendorong keterlibatan masyarakat dalam proses politik.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Kesimpulan yang di dapati oleh penulis yaitu peran new media dalam mendorong partisipasi politik, khususnya di kalangan generasi muda dan masyarakat Ditemukan bahwa generasi muda, terutama Gen Z dan milenial, sangat dipengaruhi oleh media sosial sebagai sarana informasi politik. Media sosial menyediakan akses informasi yang cepat dan luas, sehingga mereka lebih mudah untuk mengakses dan memahami isu-isu politik terkini (Karim, Wibawa, & Arisanto, 2020). Selain itu, New media juga berfungsi sebagai sarana dalam membentuk opini publik dan mempengaruhi sikap politik masyarakat (Islamy, 2022). Platform ini memiliki peran dalam meningkatkan kesadaran politik dan mendorong keterlibatan aktif di kalangan masyarakat, terutama menjelang pemilihan umum atau pilkada.

Studi ini juga mengungkapkan adanya ketergantungan tinggi pemilih pemula terhadap media sosial, terutama Instagram dan platform lainnya, dalam memperoleh informasi dan membentuk sikap politik. Gen Z, yang umumnya lebih peka terhadap isu-isu sosial dan politik, cenderung menggunakan media sosial sebagai sumber utama informasi politik dan saling berdiskusi dalam ruang digital ini (Kusumadinata & Suryatna, 2024). Di sisi lain, masyarakat juga menghadapi tantangan dalam menginterpretasikan informasi politik secara kritis, karena sifat media sosial yang cepat dan kadang-kadang kurang akurat (McKinsey Explainers, 2023). Ini menunjukkan bahwa aksesibilitas informasi yang tinggi melalui media sosial perlu diimbangi dengan kemampuan literasi media yang kuat.

Selain itu, new media sebagai ruang publik digital memberikan ruang partisipasi yang lebih inklusif, dimana masyarakat bisa berdiskusi, mengemukakan pendapat, dan berpartisipasi dalam diskusi politik secara lebih bebas. Seperti yang diungkapkan oleh Kadir (2022), media sosial memainkan peran dalam menciptakan ruang demokrasi bagi generasi muda. Namun, partisipasi politik di media sosial sering kali terbatas pada aktivitas online, seperti berkomentar atau berbagi informasi, tanpa terwujud dalam bentuk partisipasi politik nyata. Ini menunjukkan bahwa partisipasi politik secara digital perlu didukung oleh tindakan nyata dalam proses politik.

Tantangan lain yang ditemukan adalah adanya potensi alienasi generasi muda dari politik, yang disebabkan oleh ketidakpercayaan terhadap institusi politik dan aktor politik. Dalam beberapa kasus, ketidakpuasan terhadap praktik politik tradisional menyebabkan generasi muda menjadi apatis atau bahkan sinis terhadap politik (Munawarah & Kristanto, 2022). Ketidakpercayaan ini dapat mengurangi motivasi pemilih pemula untuk berpartisipasi aktif dalam politik, baik melalui saluran digital maupun secara langsung dalam kegiatan politik.

Faktor lain dalam meningkatkan partisipasi politik adalah pembelajaran politik yang terarah dan mendalam, baik melalui pendidikan formal maupun kegiatan sosialisasi politik. Pendidikan politik melalui new media memainkan peran dalam memperluas pemahaman masyarakat mengenai isu-isu politik, struktur pemerintahan, serta hak dan kewajiban sebagai warga negara (Pangestuti, Herutomo, & Istiyanto, 2018). Namun, tantangan yang dihadapi adalah memastikan bahwa pendidikan politik yang disampaikan melalui media sosial dapat dipahami dengan benar oleh generasi muda ataupun masyarakat untuk mendorong tindakan nyata dalam proses politik.

Saran

Pemerintah, institusi pendidikan, dan organisasi masyarakat perlu bekerja sama untuk meningkatkan literasi media bagi generasi muda. Program pelatihan literasi media harus dirancang untuk mengajarkan pemilih pemula cara memverifikasi informasi dan mengembangkan sikap kritis dalam menanggapi berita dan informasi politik di media sosial. Hal ini untuk memastikan bahwa generasi muda memiliki pemahaman yang benar dan tidak mudah terpengaruh oleh informasi palsu atau hoaks yang berpotensi merugikan partisipasi politik mereka.

Institusi pendidikan diharapkan mengintegrasikan pendidikan politik dalam kurikulum yang interaktif dan relevan dengan kondisi politik saat ini. Program ini dapat mencakup diskusi terbuka, simulasi debat, dan pemahaman langsung tentang struktur politik dan proses pemilu. Dengan metode ini, generasi muda akan merasa lebih terlibat dan mendapatkan pengalaman praktis dalam memahami politik, sehingga dapat meningkatkan motivasi mereka untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan politik.

New Media harus menjadi jembatan menuju partisipasi politik nyata, bukan hanya aktivitas digital belaka. Pemerintah dan organisasi non-profit dapat membuat kampanye yang mengajak generasi muda untuk aktif dalam kegiatan politik offline, seperti menghadiri diskusi publik, bergabung dengan komunitas politik, atau ikut serta dalam kegiatan sosial. Dengan demikian, partisipasi politik tidak hanya terbatas pada ruang digital, tetapi juga tercermin dalam tindakan nyata di masyarakat.

Untuk mengatasi alienasi pemilih pemula, partai politik dan institusi pemerintahan perlu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam proses politik. Lembaga politik harus mampu menunjukkan integritas mereka agar kepercayaan generasi muda terhadap politik dapat meningkat. Upaya ini dapat mencakup komunikasi yang lebih terbuka dan jelas, serta pelibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, yang diharapkan dapat mengurangi sikap apatis dan meningkatkan partisipasi politik.

Media massa perlu menjaga netralitas dan meningkatkan kualitas pemberitaan politik agar dapat menjadi sumber informasi yang dapat dipercaya oleh masyarakat. Media yang bertanggung jawab akan membantu pemilih pemula dalam memperoleh informasi yang akurat dan berimbang, sehingga pemahaman mereka terhadap isu-isu politik menjadi lebih objektif. Hal ini untuk membentuk opini publik yang berdasarkan fakta dan mengurangi potensi polarisasi di antara masyarakat.

Kerjasama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, komunitas pemuda, dan influencer di media sosial dapat menciptakan program-program inovatif untuk meningkatkan partisipasi politik. Misalnya, kampanye kreatif yang melibatkan influencer dapat menarik perhatian generasi muda terhadap isu politik. Dengan adanya kolaborasi ini, diharapkan partisipasi politik generasi muda dapat meningkat secara signifikan.

Pemerintah dan pihak terkait harus memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk memfasilitasi partisipasi politik yang lebih efektif dan inklusif. Platform online, aplikasi pemilu, atau forum digital yang aman dapat digunakan untuk mendorong pemilih pemula terlibat dalam diskusi politik secara positif dan berkontribusi dalam pengambilan keputusan. Pemanfaatan teknologi ini juga dapat membantu generasi muda merasa lebih terlibat dalam proses politik tanpa terbatas oleh ruang dan waktu.


Daftar Pustaka 

Adminsentolo. (2022, Juni 19). Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu. Diambil kembali dari sentolo.kulonprogo.go.id:

Adriansyah, Haviz, F., Ali, H., & Amelia, D. (2023). Determinan partisipasi politik masyarakat bukittinggi tahun 2019. Seminar Nasional Sekolah Pascasarjana In (SENAPSU), 19-31.

Afhiani, S. N., Elyta, E., & Apriyani, E. (2024). Strategi pendidikan politik pemilih pemula (generasi Z) menjelang pemilu tahun 2024 di kabupaten kubu raya. Sosio Edukasi Jurnal Studi Masyarakat dan Pendidikan, 7(2), 75-89.

Akhrani, L. A., Imansari, F., & Faizah, F. (2018). Kepercayaan politik dan partisipasi politik pemilih pemula. Mediapsi, 4(1), 1-6.

Alnadya, H. (2020). Pengaruh Terpaan Informasi Politik Media Online Tempo.co Terhadap Literasi Politik Pemilih Pemula. Universitas Pendidikan Indonesia.

Annur, C. M. (2021, November 15). Ada 91 Juta Pengguna Instagram di Indonesia, Mayoritas Usia Berapa? Diambil kembali dari Databoks: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/15/ada-91-juta-pengguna-instagram-di-indonesia-mayoritas-usia-berapa

Arif, F. A. (2023). Pengaruh politik uang terhadap partisipasi politik dan keputusan memilih masyarakat di Kota Malang. Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Basri, S. (2018). Analisa dampak political trust dan political efficacy terhadap partisipasi politik calon pemilih pemula. Jia Sandikta, 4(5), 23-40.

Farid, A. S. (2023). Penggunaan media sosial dalam kampanye politik dan dampaknya terhadap partisipasi politik dan persepsi publik. Qaulan: Jurnal Komunikasi Dan Penyiaran Islam, 4(1), 45-50.

Fathurokhman, B. (2022). Partisipasi politik pemilih pemula dalam pemilihan umum (pemilu). Journal of Research and Development on Public Policy, 1(1), 51-59.

Gopal, K., & Verma, R. (2017). Political participation: Scale development and validation. International Journal of Applied Business and Economic Research, 21(2), 391–403.

Hidayat, A. (2022, September 25). Mayoritas Warga RI Cari Informasi di Media Sosial. Diambil kembali dari databoks.katadata.co.id: https://databoks.katadata.co.id/infografik/2022/09/07/mayoritas-warga-ri-cari-informasi-di-media-sosial

https://www.sentolo.kulonprogokab.go.id/detil/129/partisipasimasyarakat-dalam-pemilu

Indonesia, D. (2022, November 28). Indonesia Miliki 97,36 Juta Pengguna Instagram pada Oktober 2022. Diambil kembali dari Dataindonesia.id: https://dataindonesia.id/digital/detail/indonesia-miliki-9736-juta-pengguna-instagram-pada-oktober-2022

Islamy, I. I. (2022). Peran media massa dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada pilkada tahun 2020 Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara (Doctoral dissertation, Institut Pemerintahan Dalam Negeri).

Kadir, N. (2022). Media sosial dan politik partisipatif: Suatu kajian ruang publik, demokrasi bagi kaum milenial dan Gen Z. Resiprokal: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual, 4(2), 180–197. https://doi.org/10.29303/resiprokal.v4i2

Karim, A. M., Wibawa, A., & Arisanto, P. T. (2020). Partisipasi politik pemilih pemula di media sosial (studi deskriptif tingkat dan pola politik partisipatif Gen-Z Kota Yogyakarta melalui pemanfaatan aplikasi Instagram tahun 2019). Paradigma Polistaat: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 3(2), 116–131. https://doi.org/10.23969/3i2.2093

Kim, H. Y. (2013). Statistical notes for clinical researchers: Assessing normal distribution (2) using skewness and kurtosis. Restorative Dentistry & Endodontics, 38(1), 52–54. https://doi.org/10.5395/rde.2013.38.1.52

Kuncoro, M. W. (2018, August). Media sosial, trust, dan partisipasi politik pada pemilih pemula. In Prosiding Seminar Nasional Psikologi Unissula.

Kusumadinata, A. A., & Suryatna, U. (2024). Preferensi pemilih muda dalam partisipasi politik di tahun 2024. Karimah Tauhid, 3(2), 1456–1465. https://doi.org/10.30997/karimahtauhid.v3i2.11772

McKinsey Explainers. (2023, March). What is Gen Z? McKinsey & Company.

Munawarah, R., & Kristanto, A. A. (2022). Alienasi pemuda dalam politik: Peran nilai dan kepercayaan politik pada partisipasi politik pemilih pemula. Psiko Borneo: Jurnal Ilmiah Psikologi, 10, 10–33. https://doi.org/10.30872/psikoborneo

Nasution, F. A., Thamrin, M. H., & Ritonga, A. D. (2020). Menakar partisipasi politik masyarakat Kota Medan terhadap pemilihan Walikota Medan tahun 2020. Politeia: Jurnal Ilmu Politik, 12(2), 97–113. https://doi.org/10.32734/politeia.v12i2.3955

Nur Wardhani, P. S. (2018). Partisipasi politik pemilih pemula dalam pemilihan umum. Jupiis: Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 10(1), 57. https://doi.org/10.24114/jupiis.v10i1.8407

Pangestuti, S., Herutomo, C., & Istiyanto, S. B. (2018). Pembelajaran politik untuk la melalui media sosial di Purwokerto–Jawa Tengah. Warta Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, 1(02), 1–6. https://doi.org/10.25008/vli02.21

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun