Berdasarkan kondisi eksisting di kota Banjarmasin, sistem pusat pelayanannya terpusat di Banjarmasin Tengah yang merupakan sebagai pusat kota. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan dalam perkembangan kota. Sesuai dengan keberadaannya, maka struktur ruang Kota Banjarmasin mengikuti "Teori Sektor". Adapun yang menjadi alasan atau yang melatarbelakanginya seperti yang dicirikan oleh Teori Sektor, secara garis besar dapat dicirikan sebagai berikut:
Zona 1, Pusat Daerah Kegiatan atau Pusat  Bisnis terjadi di pusat kota, seperti di perkantoran, pusat perbelanjaan, perbankan, dan lain-lain. Pusat Kota Banjarmasin lalu berkembang, dan masing-masing meluas ke zona lain. Pengelompokkan penggunaan lahan kota menjulur seperti irisan kue dan sifatnya lebih bebas.
 Zona 2: Daerah Manufaktur, terdapat Kawasan industri ringan dan perdagangan. Kawasan ini contohnya di daerah Alalak yang banyak muncul industri rumah tangga.
 Zona 3: Permukiman Kelas Rendah, berada di dekat pusat kota dan terdapat kawasan murbawisma (tempat tinggal kaum buruh). Permukimanseperti ini banyak dijumpai di daerah pinggingan-pinggiran sungai, salah satunya di bantaran sungai Martapura;
 Zona 4: Permukiman Kelas Menengah, berada agak jauh dari pusat kota atau sektor industri dan terdapat kawasan madyawisma (tempat tinggal kaum menengah), ini secara visual dijumpai di daerah Handil Bakti, Sungai Lulut, Pemurus Luar, dan sebagainya.
 Zona 5: Permukiman Kelas Atas, terdapat kawasan adiwisma (tempat tinggal kaum atas)
Pelajaran yang dapat diambil dari analisa struktur kota Banjarmasin ini, yaitu setidaknya kondisi seperti di atas harus disikapi dengan bijaksana dan berkelanjutan dalam proses perencanaan pembangunansebuah kota. Dengan demikian, proses penataan ruang kota Banjarmasin diharapkan dapat menjadi lebih baik dan ramah lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H