Mohon tunggu...
Medina Al
Medina Al Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi aktif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

I spread what I like, what I love and what I Iearn!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tamparan Kota Jakarta

18 Oktober 2022   15:08 Diperbarui: 18 Oktober 2022   15:16 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku memantau padatnya jalanan di atas Kota Jakarta. Mengenakan pakaian lusuh dengan keringat yang bercucuran. Di lantai inilah biasanya aku mengembuskan nafas panjang. Berceloteh tentang kejadian hari ini sambil menikmati pemandangan kota.

"Huff, lelahnya" keluhku.

Hari kian gelap, langit menunjukkan sebentar lagi akan terjadi pergantian hari. 

"Terlihat dari wajahmu, sedang banyak masalah, ya? Ada cerita apa tentang hari ini?"

"Hari ini sangat menguras energi. Aku berekspektasi hari ini akan berjalan dengan baik, ternyata salah besar" kataku

Hari yang sial. Praktikum dengan nilai C, memecahkan benda pusaka lab, belum lagi wejangan dari dosen.

"Sebenarnya kesialan ini salah siapa?" kataku

"Tidak ada yang salah. Semua ini memang seharusnya sudah terjadi." 

Orang itu berusaha mendengarkan keluh kesahku. 

"Dari sekian banyak orang, kenapa harus aku?" 

"Karena hanya kamu yang kuat. Hanya kamu yang bisa melewati hal ini." 

........

"Kak, mau pesan apa?"

Tiba-tiba, suara pelayan memecah lamunanku. 

"Oh iya mbak, tunggu sebentar ya!" 

Aku buru-buru membuka buku berisi daftar menu yang tersedia. Menelaah setiap isi buku itu dengan seksama. Berniat menghibur diri, berakhirlah aku pesan serta merta segala macam yang aku inginkan.

"Itu aja mbak." kataku

"Baik kak, saya ulang pesanannya ya. 1 nasi goreng spesial, 1 mie ayam bakso, 1 pancake durian, 1 es krim vanila, es teh manis dan 1 air putih ya kak?"

"Iya kak. Terima kasih!" balasku

Selagi menunggu pesanan, aku kembali memantau jalanan kota. Hiruk pikuk kemacetan Kota Jakarta malam itu sangat menenangkanku. Semua orang dengan masalahnya. Ku amati lamat-lamat di trotoar jalan seorang anak kecil dengan wajah polos penuh harap menawarkan benda yang ada di genggamannya.

"Jadi gimana? Masih ingin mengeluh?"

"....."

Diam tak berkutik, aku kalah telak tertampar keadaan jelas di depan mata. Segera aku beristigfar, malu akan Sang Pencipta. Merasa segala kesialan yang ku alami paling berat di alam semesta. Semua orang dengan masalahnya lewat. Tidak ada yang bisa menandingi kesulitanku ini. Pikirku dengan sombongnya. 

Disinilah aku sekarang, tempat yang ku amati tadi dengan setenteng tas belanjaan. Ku panggil anak berwajah polos nan cantik itu.

"Hai adik! Namanya siapa?" kataku

"Namaku Tika, Kak! Mau beli tisu ya? Aku lagi bantu mamah." Jawabnya dengan semangat.

"Iya nih! Kebetulan kakak lagi cari tisu. Beli 2 ya, Tika!"

"Asik! Ini kak, 10 ribu ya" katanya.

"Siap kapten! Ini sekalian buat kamu ya anak baik." kataku sambil memberikan tas tenteng kepada Tika. Anak itu menerima dengan senyum sumringah. 

Hatiku penuh. Apa yang terjadi hari ini akan menjadi pelajaran berharga bagiku. Tertampar realita itu tidak buruk juga. Akan selalu ada pelajaran dari setiap kejadian. Yang mengontrol hidup kita adalah diri sendiri. Kita yang memilih akan menjadi seperti apa dan mau seperti apa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun