Diam tak berkutik, aku kalah telak tertampar keadaan jelas di depan mata. Segera aku beristigfar, malu akan Sang Pencipta. Merasa segala kesialan yang ku alami paling berat di alam semesta. Semua orang dengan masalahnya lewat. Tidak ada yang bisa menandingi kesulitanku ini. Pikirku dengan sombongnya.Â
Disinilah aku sekarang, tempat yang ku amati tadi dengan setenteng tas belanjaan. Ku panggil anak berwajah polos nan cantik itu.
"Hai adik! Namanya siapa?" kataku
"Namaku Tika, Kak! Mau beli tisu ya? Aku lagi bantu mamah." Jawabnya dengan semangat.
"Iya nih! Kebetulan kakak lagi cari tisu. Beli 2 ya, Tika!"
"Asik! Ini kak, 10 ribu ya" katanya.
"Siap kapten! Ini sekalian buat kamu ya anak baik." kataku sambil memberikan tas tenteng kepada Tika. Anak itu menerima dengan senyum sumringah.Â
Hatiku penuh. Apa yang terjadi hari ini akan menjadi pelajaran berharga bagiku. Tertampar realita itu tidak buruk juga. Akan selalu ada pelajaran dari setiap kejadian. Yang mengontrol hidup kita adalah diri sendiri. Kita yang memilih akan menjadi seperti apa dan mau seperti apa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H