Mohon tunggu...
Dindaadlmnt
Dindaadlmnt Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Sumatera Utara

Tidak pernah terpikir bisa berada di bidang ini, tapi yang pasti aku sangat menyukai dan menikmati setiap goresan kata yang dibalut rapi dengan beragam diksi tentunya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Meja Nomor 4

5 Januari 2025   22:39 Diperbarui: 5 Januari 2025   22:39 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku hanya mengagguk dan melemparkan senyum tipis sebagai bentuk persetujuan atas apa yang dikatakan abang.

"Makasih ya, Sayang." Bunda semakin mengeratkan pelukannya dengan kami. Pelukan itu terjadi begitu lama. Sepertinya bunda juga lupa kalau bajunya saat ini sedang basah kuyup. Tidak ingin merusak momen ini, aku dan abang memilih untuk tetap membalas pelukan bunda walaupun tubuh kami menjadi ikutan basah. Entah sampai kapan bunda menyadari hal ini, tapi biarlah kami merasakan hangatnya pelukan bunda di suasana hujan di malam ini.

"Oh iya, tadi Bunda dapat bonus loh karena hari ini warungnya ramai banget. Untuk merayakannya, gimana kalau besok kita pergi ke suatu tempat?" ajak bunda dengan penuh semangat. Mendengar hal itu, kami juga tidak kalah semangat dari bunda.

"Wah serius, Bun? Kita mau kemana?" tanyaku sembari menunjukkan ekspresi gembira.

Bunda tertawa kecil melihatku.

"Rahasia," kata bunda di sela tawanya yang membuat aku langsung memanyunkan bibirku. Tidak hanya aku, abang juga langsung berubah ekspresi saat mendengar ucapan bunda.

"Besok kalian juga akan tau. Bunda mandi dulu ya. Kalian juga ganti pakaiannya ya. Ini nih akibat Bunda lupa kalau tadi lagi basah kuyup, kan kalian juga jadi ikutan basah."

"Ih, Bunda!" teriak kami dengan serentak ketika melihat bunda yang tidak menjawab pertanyaan kami, namun lebih memilih berjalan meninggalkan ruang ini sembari menjulurkan lidahnya dan memperdengarkan tawa isengnya.

Bunda memang selalu begitu. Apa salahnya jika memberitahu inisial nama tempatnya sebagai clue untuk sedikit mengurangi jiwa penasaran kami. Walaupun akhirnya kami akan terus menghabiskan waktu untuk terus menebaknya sampai dapat, itu akan jauh lebih baik dibanding tidur tanpa dikasih gambaran sedikit pun. Sepertinya malam ini aku dan abang akan tidur larut malam. Perasaan gembira kami seakan meminta matahari untuk langsung terbit pada detik ini juga. Tidak heran, ketika masih ada ayah pun jiwa kami memang jiwa petualang. Kami memang suka sekali jalan-jalan ke suatu tempat untuk menikmati waktu bersama keluarga. Namun, keadaanya sekarang sudah jauh berbeda. Keterbatasan waktu serta finansial membuat aku, abang, dan bunda menghilangkan hobi itu.

***

Hari telah berganti. Ia telah menjawab pertanyaan kami yang sedari tadi malam terus mengusik sampai membuat tidur kurang nyenyak. Di sinilah kami sekarang berada. Di sebuah tempat yang selalu menjadi favorit kami sejak dulu ketika rasa lapar melanda, tetapi tidak ingin makan di rumah. Sudah lama rasanya tidak pernah menginjakkan kaki ke sebuah rumah makan mewah yang diberi nama "Food'o Clock family" oleh pemiliknya. Senyumku terukir ketika melihat suasana di Food'o Clock family ini yang masih belum ada berubah, masih sama seperti terakhir kali kami kesini bersama ayah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun