bahwa amin yang terbuat dari iman menjadikan kau merasa aman.
Bahasa Indonesiaku yang gundahÂ
membawaku ke sebuah paragraf yang tersusun di atas tubuhmu. Malam merangkai kita menjadi kalimat majemuk bertingkat yang panjang di mana kau induk kalimat dan aku anak kalimat. Ketika induk kalimat bilang pulang, anak kalimat paham bahwa pulang adalah masuk ke dalam palung. Ruang penuh raung, segala kenang tertidur di dalam kening. Ketika akhirnya matamu mati, kita sudah menjadi kalimat tunggal yang ingin tetap tinggal dan berharap tak ada yang bakal tanggal.
Puisi "Kamus Kecil" karya Joko Pinurbo bukanlah puisi yang dibuat saat senja atau puisi yang membutuhkan secangkir kopi hitam untuk sekedar teman mencari sebuah ilham. Puisi ini adalah hasil dari pembedahan kamus bahasa Indonesia yang dalam prosesnya membutuhkan waktu lama karena Joko Pinurbo harus menyusun daftar kata-kata dari kamus tersebut hingga pada akhirnya dari sinilah puisi ini lahir. Jika kita kaitkan antara judul dengan latar belakang puisi ini dibuat maka keduanya saling terhubung, judul "Kamus Kecil" adalah bentuk implementasi Joko Pinurbo atas temuannya dalam kamus bahasa Indonesia yang ia ramu dengan bahasa sederhana namun penuh esensi.Â
Dimulai dari "Saya dibesarkan oleh bahasa Indonesia yang pintar dan lucu"
Pada kutipan di atas penyair menggambarkan kehidupan aku lirik yang lahir dan tumbuh dengan berbahasa. Disebutkan bahwa bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Meskipun pada praktiknya berbahasa itu rumit tetapi dari sanalah aku lirik mendapatkan ilmu, pengetahuan, dan jawaban atas semua ketidaktahuannya. Hal ini diungkapkan penyair pada penggalan berikut
"... walau kadang rumit dan membingungkan
Ia mengajari saya cara mengarang ilmu
Sehingga saya tahu... "
Kepiawaian Joko Pinurbo dalam bermain kata juga patut diacungi jempol, keinginannya menyampaikan makna kasih dan harapan dengan seringkas mungkin sampai kepada pembaca. Terbukti pada setiap larik dalam kutipan puisi berikutÂ
"...bahwa sumber segala kisah adalah kasih;