Akhir tahun 2010 lalu, publik pecinta sepak bola tanah air dihinggapi euforia karena tim kebanggannya kembali lolos ke babak final piala AFF 2010.
Kegembiraan dan suka cita publik yang memang tengah menanggung dahaga prestasi sepak bola berkepanjangan pun tumpah ruah, asa dan pengharapan pun disematkan di pundak Firman Utina dkk.
Sayangnya, untuk kesekian kalinya mimpi itu pun kandas. Harapan tak sesuai kenyataan, alih-alih juara malah pil pahit yang harus ditelan.
Sekali lagi dan untuk kesekian kalinya pasukan garuda harus meninggalkan lapangan hijau dengan kepala tertunduk, takluk !
Awal tahun 2011 ini, sekali lagi asa dan pengharapan publik pecinta sepak bola tanah air dari penjuru nusantara pun kembali menjalar.
Kali ini bukan untuk mendukung Timnas berlaga. Minimnya prestasi dan awan mendung yang terus menyelimuti induk olah raga sepak bola di Indonesia memotori turunnya massa menuntut Revolusi di tubuh PSSI.
Ketua Umum PSSI Nurdin Halid menjadi sosok yang paling tenar saat ini. Beberapa hari terakhir, nama NH mendominasi sejumlah pemberitaan baik media cetak, online, maupun elektronik.
Namun sayangnya, ketenarannya di media lebih banyak karena kabar miring, bukan karena prestasinya ataupun prestasi Timnas Indonesia.
Pencalonannya sebagai ketua PSSI untuk ketiga kalinya menuai kontroversi dari berbagai elemen masyarakat yang tidak puas dengan torehan prestasi Timnas Indonesia selama di bawah kendalinya.
'Bola panas' PSSI pun menggelindingkan perseteruan segi tiga antara Nurdin Halid, Alifian Mallarangeng, dan Ilham Arief Sirajuddin. Bahkan kini telah digiring memasuki babak perseteruan keluarga dan partai politik.
Mafhum saja, dua nama terakhir berasal dari Partai Demokrat sedangkan NH pernah dilantik sebagai legislator senayan periode 1999-2004.
'Petandingan' pun kini beralih keluar dari lapangan hijau. Saling serang, saling tantang, dan saling kecam antara ketiganya tak terelakkan. Tak lagi peduli off side atau pinalti.
NH Lahir di Watampone, Bone, 17 November tahun 1958, ia memulai karirnya sebagai seorang pengusaha dan politikus. Tahun 2003, ia terpilih menjadi ketua PSSI menggantikan Agum Gumelar.
Namun, serentetan kasus kontroversi nan pelik yang menyandungnya tak mampu menggoyahkan 'kedigdayaannya' di kursi PSSI, posisinya tetap kukuh sebagai Ketua Umum PSSI.
Masyarakat yang mulai jenuh dengan carut marutnya manajemen PSSI dan haus akan prestasi PSSI yang tak kunjung membaik pun mulai berteriak menuntut perubahan di tubuh PSSI.
Tuntutan masyarakat semakin meluas setelah mengetahui tim verifikasi pencalonan ketua Umum PSSI yang tidak meloloskan George Toisutta dan Arifin Panigoro.
Jika sudah demikian, sekali lagi, rasanya berbagai aksi demonstrasi di berbagai daerah yang mencerca dan menuntut NH turun dari tahtanya takkan membuatnya bergeming. Pertandingan di luar lapangan pun dipastikan akan lebih seru, apalagi telah menyeret dendam masa lalu, keluarga, dan partai politik. Priiiiittt...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H