Bolehkah kudapat tulang baru, Tuhan?
Sebab sikutan manusia membuatnya menjadi serpihan.
bolehkah kuminta tambahan mata?
Karena iblis licik membawaku pada imajinasi berujung derita.
Bisakah kumiliki satu pasang tangan lagi?
agar tangan yang lainnya mampu mencegah tangan yang tak diberkahi.
entahlah, aku sama sekali tak kalah dalam bertarung,
tapi aku tiba-tiba tersungkur.
aku tidak menyangka rasa kecewa tumbuh subur.
momentum yang ku bangun, kini harus hancur.
Namun, aku hanya butuh waktu.
bersandar di dipan, memandang mentari tenggelam, menangis seharian.
Itu cukup membuatku lega.
hal itu berhasil mengundang arunika,
sorotan sinar kembali datang tepat di depan muka.
Aku anggap itu energi baru yang bertamu.
Kini pilihan untuk bangkit ada padamu.
Jadikan sedih perasaan semu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H