Sewaktu dulu aku pernah mendengar,
Dewasa itu penuh luka, sangar.
kini aku telah besar.
celotehannya sekiranya benar.
hari yang sering pahit,
tidur tak bisa walau semenit,
pikiran acapkali menjerit.
Dulu aku senang bermimpi,
terhadap masa depan dan misi moral.
aku mengira jawaban atas doa tak pernah terijabah,
terasa membual,
waktuku habis melayani mimpi buruk.
semalam suntuk,
kuhabiskan menangisi tanggungan yang harus kubayar.
siang bolong membuat pikiranku buyar,
cemas akan orang tua disana.
bagaimana ia membiayai seorang anak?
apakah usaha kue atau hutang menjadi solusinya?
ketakutan senantiasa menghampiri,
kemungkinan terburuk tak pernah bosan disini.
kupilih malam-malam terbaik,
untuk menekan tombol alarm itu.
"Tuhan, Tolong aku."
aku menunggu sepertiga jam keajaiban,
tetapi tak kunjung datang.
kutinggal tidur yang nyenyak.
keesokan pagi kucoba merasakan munajat semalam.
Memang uang tidak jatuh dihadapanku,
tetapi pola kerja otakku membantu untuk mendapatkan itu.
memang belum ada perusahaan yang menerimaku,
tetapi kelincahan menulis membawaku pada situ.
memang tuhan tidak menurunkan materi,
tetapi tuhan memberikan energi.
semakin kuat melaju, untuk berdikari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H