Teka-teki tim mana saja yang akan bertarung di Semifinal Euro 2024 akhirnya terjawab.
Setelah melakoni pertandingan yang menguras tenaga (dan air mata), ada empat tim yang dipastikan lolos ke fase tersebut. Yang menarik, nama-nama tim yang muncul justru tidak begitu "menarik".
Alasannya sederhana. Karena sebelum pagelaran Euro dilangsungkan, keempat tim tersebut memang sudah jadi "gacoan" banyak orang.
Tidak ada tim "kuda hitam" yang membikin kejutan. Saya kira, kalau saja Swiss menang adu pinalti atas Inggris, mungkin ceritanya akan jadi menarik.
Sebab, di fase sebelumnya, tim yang diperkuat Granit Xhaka itu sukses menaklukkan juara bertahan Italia dengan skor yang meyakinkan 2-0.
Namun, "Dewi Fortuna" sepertinya belum memeluk Swiss. Inggrislah yang akhirnya melenggang ke fase berikutnya.
Di semifinal, Inggris akan ditantang Belanda, sementara Spanyol akan bersua dengan Perancis.
Jika kita cermati pagelaran Euro tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya, sepertinya hanya ada sedikit tim nonunggulan yang keluar sebagai juara. Sebut saja Yunani (2004), Denmark (1992), dan Ceko (1976). Selebihnya? Tim yang memenangi Euro "dia lagi-dia lagi". Tim-tim kuat seperti Perancis, Italia, Spanyol, Jerman, Inggris, Portugal, Belanda, dan Belanda, seolah "ditakdirkan" mempunyai kans yang kuat sebagai tim pemenang.
Hal itu bisa terjadi bukan tanpa sebab. Kualitas manajemen, kedalaman skuat, hingga level kompetisi yang bagus boleh dibilang merupakan faktor-faktor yang mendukung terwujudnya hal itu. Faktor-faktor itu sejatinya sudah muncul sejak lama, bukan dalam sehari semalam saja.
Makanya, jangan heran, kalau tim-tim tadi langganan juara, tidak hanya untuk tahun ini saja, tapi juga mungkin tahun-tahun berikutnya.
Dalam dunia investasi saham, semua faktor yang menciptakan keunggulan tadi kerap disebut sebagai "moat".
Istilah "moat" sejatinya dipopulerkan oleh investor kawakan Warren Buffett dan Charlie Munger. Tak hanya tim-tim yang berlaga di Euro, sejumlah perusahaan yang berkompetisi di dunia juga mempunyai "moat" yang berbeda-beda.
Perusahaan unggulan adalah perusahaan yang mempunyai "moat" yang tinggi. Perusahaan tersebut biasanya mempunyai produk atau jasa yang sulit disaingi oleh perusahaan sejenis lainnya. Perusahaan seperti itu umumnya akan terus memenangkan persaingan dan meninggalkan rival-rivalnya di belakang. (Buffett dan Munger menyukai perusahaan tersebut, dan menyebutnya "wonderful company".)
Tinggi-rendahnya "moat" yang dimiliki sebuah perusahaan bisa dilihat dari beberapa aspek. Sebut saja skala ekonomi yang dimilikinya. Aspek itulah yang kerap saya pertimbangkan dalam memilih saham.
Saya suka pada saham perusahaan bagus yang menjadi pemimpin pasar. Tandanya? Perusahaan tadi mempunyai penjualan yang lebih besar daripada kompetitornya. Semakin besar angka penjualannya maka semakin besar pula skala ekonomi yang dimilikinya.
Atas dasar itulah, perusahaan pesaing akan susah mengejarnya.
Ada sejumlah perusahaan asal Indonesia yang mempunyai "moat" yang tinggi. Di antaranya ialah Indofood.
Saya kira, kamu yang membaca artikel ini pasti pernah mencicipi atau bahkan "menggilai" produk-produk yang dihasilkan oleh Indofood, seperti Indomie, Sarimi, Sakura, Indomilk, Chitato, Qtela, dan seterusnya.
Produk-produk tadi mempunyai keunggulan di atas produk-produk sejenis. Biarpun tiap-tiap orang aslinya bisa bikin mie instan sendiri, tapi entah mengapa, rasa yang ditawarkan Indomie susah tergantikan. Alhasil, jangan heran, kalau kamu ditanya soal mie instan favorit, maka jawabannya ya "dia lagi-dia lagi".
Indofood sudah mempunyai skala ekonomi yang luas. Produk-produknya sudah membumi di masyarakat luas, tak hanya level domestik tapi juga mancanegara (bahkan, di Nigeria, Indomie sempat diklaim produk mereka lho!).
Dengan skala ekonomi sebesar itu, rasanya amat-sangat sulit menyaingi Indofood (dan kalaupun ada orang yang ingin bikin perusahaan tandingan, maka dia harus punya modal uang triliunan, dan belum tentu menang juga!).
Aspek lainnya ialah aset tak-berwujud yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Aset tak-berwujud wujudnya bisa bermacam-macam, seperti paten, reputasi, dan "privilege" tertentu.
Berbicara soal "privilege", saya pernah menemukan sebuah saham perusahaan energi yang mempunyai "privilege" untuk memasok listrik ke beberapa kawasan industri. Jika dilihat dari peta persaingannya, maka perusahaan tadi hampir tidak memiliki kompetitor.Â
Pasalnya, dia menjadi satu-satunya perusahaan energi yang punya hak untuk menyalurkan listrik ke kawasan industri tersebut. Betapa enaknya!
Perusahaan tersebut sejatinya bisa merasa aman dari serangan kompetitor, dan calon kompetitor tidak akan berani masuk karena "privilege"-nya tadi. Perusahaan tadi jelas punya "moat" yang tinggi!
"Moat" yang tinggi memungkinkan sebuah perusahaan bisa bertahan lama, atau bahkan memenangkan pasar. Tanpa adanya "moat" yang tinggi, sebuah perusahaan bisa terjungkal dan terpental oleh kompetitornya. (Ingat kasus Uber yang beberapa tahun lalu terpaksa "angkat kaki" karena kalah bersaing dengan Gojek dan Grab yang sudah sangat mendominasi pasar.)
Seperti halnya sepak bola, dunia bisnis memang sarat kompetisi. Jika di sepakbola yang dikejar adalah kemenangan, maka di bisnis, yang dicari adalah penjualan.
Tim yang mengumpulkan banyak kemenangan akan tampil sebagai jawara, sementara perusahaan yang sukses mengoleksi banyak penjualan akan memetik banyak laba.
Jadi, di antara Inggris, Belanda, Spanyol, dan Perancis, menurut kamu, siapa yang mempunyai "moat" yang tertinggi di Euro 2024?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H