Sebagai penonton, kitalah yang justru "dipaksa" memilih solusi tertentu andaikan terjebak di situasi tersebut!
Film ini mendapat sejumlah penghargaan, di antaranya Piala Citra, Jogja-Netpac Asian Film Festival, dan Maya Award. Penghargaan tadi tentu tidak bisa diraih tanpa didukung oleh aktor dan aktris di dalamnya.Â
Saya pribadi mengapresiasi akting Angga Yunanda sebagai Bima. Ia mampu menampilkan sosok Bima yang awalnya labil, tapi kemudian tegar dan berani bertanggung jawab. Adegan ketika ia mendapat tamparan keras dari ibundanya terlihat natural dan begitu emosional!
Demikian pula akting Adhisty Zara sebagai Dara. Dua Garis Biru bukanlah film pertamanya. Sebelumnya ia sempat bermain di film Keluarga Cemara. Agaknya di film itulah bakat akting mulai terasah dan kemudian terlihat matang di film Dua Garis Biru.Â
Di film Dua Garis Biru, ia mampu menampilkan sosok Dara yang berani. Berani mengambil keputusannya sendiri. Berani memperjuangkan hidup anaknya. Berani menerima hidup dengan semua kesenangan dan kesedihannya.
Selepas menamatkan film ini, saya jadi banyak merenung. Jelas film ini bukanlah film cinta-cintaan ABG yang alurnya dangkal. Bagi saya, ini adalah film yang bermakna. Film yang bermakna adalah film yang meninggalkan jejak di batin para penontonnya.Â
Mungkin film ini cocok ditonton saat Valentine. Mungkin juga di lain kesempatan. Namun, yang jelas, kita akan jarang mendengar rayuan gombal di dalamnya, tetapi bakal memetik sebuah hikmah yang disampaikan tanpa kata-kata.Â
Salam.
Referensi:
https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6475821/ditolak-kua-sejoli-siswa-smp-di-bulukumba-nikah-siri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H