Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Net-Zero Emissions di Tahun 2060? Memang Siap (?)

18 Oktober 2021   07:00 Diperbarui: 18 Oktober 2021   07:02 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Penghijauan oleh Indika Energy/Sumber: https://www.indikaenergy.co.id

Harganya memang masih terbilang "premium". Maklum, fasilitas berupa PLTS tadi jelas menambah ongkos pembangunan. Terlebih, harganya pun cukup mahal. Sekadar diketahui, per Kilowatt Peak, harga rata-rata PLTS tadi berkisar antara Rp 13-15 juta.

Meski demikian, kehadiran rumah tersebut bisa menjadi "pion" bagi tren industri properti di Indonesia. Apalagi Indonesia merupakan negara tropis yang berlimpah sinar matahari, sehingga penggunaan PLTS tadi dirasa cocok diterapkan. Alhasil, biarpun sekarang masih terbatas, tetapi bukan mustahil jumlah rumah model demikian suatu saat bakal bertambah luas.

3. Membiasakan Urban Farming

Urban Farming kini bukan lagi sebuah hobi sesaat, melainkan bagian dari gaya hidup. Buktinya, di beberapa tempat umum, kini sudah mulai terlihat wujud Urban Farming berupa pembuatan vertical garden, yang tampak begitu elok dan segar.

Sebut saja vertical garden, yang sempat saya lihat beberapa tahun silam di Kawasan Palmerah. Kehadiran vertical garden tersebut tak hanya mempercantik lingkungan, tetapi juga bisa mengurangi emisi karbon di udara. Apalagi, bahan yang dipakai juga sangat ramah terhadap lingkungan, karena dibuat dari barang bekas yang sudah tidak terpakai, seperti botol plastik, talang air, atau kain.

Vertical Garden di Kawasan Palmerah/Sumber: dokumentasi Adica Wirawan
Vertical Garden di Kawasan Palmerah/Sumber: dokumentasi Adica Wirawan

Tentu saja model vertical garden demikian bisa juga dirakit di rumah. Beberapa tahun lalu, saya pernah membikin vertical garden serupa dari pipa paralon. Caranya cukup sederhana, yakni melubangi pipa paralon di sejumlah sisi, kemudian mengisinya dengan tanah yang dicampur pupuk, dan menaruh benih tanaman tertentu di dalamnya.

Pembuatan vertical garden dari barang bekas/Sumber: dokumentasi Adica Wirawan
Pembuatan vertical garden dari barang bekas/Sumber: dokumentasi Adica Wirawan

Pada waktu itu, saya memilih menanam pakcoi di vertical garden tersebut. Hasilnya? Pakcoi yang saya tanam di situ ternyata bisa tumbuh dengan subur. Oleh sebab itu, meskipun terkesan kecil dan sederhana, namun cara ini merupakan wujud nyata untuk membantu mengurangi emisi karbon.

4. Memilih Bahan Bakar Minyak Beroktan Tinggi

Ketergantungan masyarakat terhadap konsumsi BBM jelas masih begitu tinggi. Biarpun sekarang sudah tercipta beberapa sumber energi terbarukan, macam B20, biogas, dan sebagainya, namun bahan bakar fosil sepenuhnya belum bisa tergantikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun