Jika mengalami situasi demikian, Anda tentu sulit menjual saham tersebut, karena belum tentu ada orang lain yang ingin membeli saham tersebut dari Anda.
Alhasil, Anda mesti menunggu lama untuk bisa melepasnya dan belum tentu juga Anda bisa menjualnya di atas harga beli tadi karena calon pembeli umumnya akan menawar di harga paling rendah.
Sekiranya itulah risiko yang Anda hadapi jika ingin berinvestasi di saham yang sepi transaksi demikian. Biarpun harganya sudah murah, tidak ada jaminan bahwa ada investor yang berminat membelinya.
Makanya, saat menyeleksi saham-saham murah, saya sering mempertimbangkan aspek likuiditas. Saya mesti memastikan bahwa setiap hari selalu ada orang yang ingin membeli manakala saya ingin menjual saham tersebut suatu saat nanti.
Plus-Minus Turnaround Investing
Strategi "turnaround investing" memang bisa menawarkan imbal hasil yang fantastis. Nilainya bisa puluhan, hingga ratusan persen!
Hal itu tentu wajar terjadi. Sebab, kalau ada saham yang kinerjanya terus memburuk selama beberapa tahun, tetapi kemudian tiba-tiba membaik dalam waktu tertentu, biasanya akan ada banyak orang yang ingin memilikinya.
Hal itulah yang bisa menyebabkan harganya terbang sangat tinggi!
Namun demikian, bukan berarti strategi ini bebas dari risiko. Risiko yang mungkin ditanggung investor ialah salah menafsirkan kondisi keuangan perusahaan.
Bukannya membeli saham bagus yang dihargai murah, investor yang bersangkutan malah memilih "saham murahan", yang kualitasnya rendah.
Selain itu, risiko likuiditas juga mesti diwaspadai. Sebab, kalau sahamnya jarang sekali ditransaksikan, investor yang sudah telanjur membelinya bisa susah menjualnya pada kemudian hari.