Makanya, pilih saham yang ramai diperdagangkan setiap hari, sehingga kalau investor tiba-tiba ingin melepas sahamnya untuk suatu kebutuhan, selalu akan ada orang lain yang mau membeli.
"Kondisi kedua adalah saat salah beli saham"
Sebagai manusia, investor bisa membikin kesalahan. Biarpun investor sudah melakukan analisis dengan cermat, belum tentu keputusan investasi yang diambil tepat.Â
Bisa saja, investor salah membeli saham hanya karena tergiur oleh valuasi harga yang murah, padahal saham tadi mempunyai fundamental yang payah.
Kesalahan lain ialah salah waktu. Pilihan sahamnya mungkin sudah tepat, tetapi kalau investor salah waktu saat memasuki pasar, hasilnya bisa kurang maksimal.
Bisa saja, investor masuk ketika tren sahamnya sudah "over bought", sehingga sebentar lagi akan turun harganya. Kalau hal ini sampai terjadi, saham yang dibeli bisa "nyangkut", dan investor perlu waktu lama agar harganya kembali ke posisi beli.
Jadi, kalau investor salah beli saham dan salah pilih waktu, tidak ada alasan untuk tidak menjual saham tersebut.
"Kondisi ketiga adalah saat fundamental perusahaan memburuk"
Fundamental merupakan elemen penting yang menentukan keberlangsungan perusahaan pada masa depan. Tanpa fundamental yang kuat, jangan harap sebuah perusahaan bisa terus bertahan.
Namun demikian, fundamental sebuah perusahaan tetap tunduk pada perubahan. Sesolid apapun suatu perusahaan, kalau manajemen salah mengambil langkah bisnis, suatu saat fundamentalnya bisa goyah.
Kalau sampai terjadi demikian, barulah investor memperimbangkan menjual saham perusahaan tersebut. Perusahaan yang fundamentalnya lemah sangat rentan terhadap kebangkrutan.