Beda "cerita"-nya dengan perusahaan lain, seperti maskapai penerbangan. Boleh dibilang bahwa industri penerbangan bukan industri yang "ramah" untuk para investor saham. Sebab, keuntungan yang dihasilkan dari maskapai penerbangan terbilang kecil---sangat kecil bahkan.
Mengapa bisa begitu? Karena semuanya serba mahal. Gaji karyawannya tinggi. Ongkos beli pesawat besar. Biaya perawatan pesawat juga cukup menguras "kantong" perusahaan. Belum lagi bahan bakar pesawat yang harganya naik-turun mengikuti harga minyak dunia.
Sementara, harga tiket pesawat tergolong "murah". Harganya juga tidak bisa dinaikkan sewaktu-waktu.Â
Sebab, kalau itu dilakukan, pelanggan bisa kabur ke "maskapai tetangga" yang menawarkan harga tiket yang lebih murah. Jadi, kalau tiket pesawat terus ditekan dan belanja modalnya besar begitu, bagaimana perusahaan bisa untung banyak?
Perusahaan seperti Unilever dan Matahari Departement Store bisa menghasilkan keuntungan yang besar karena mereka berbisnis memakai teknologi rendah. Makanya, selama bertahun-tahun, keuntungan mereka bertumbuh secara konsisten. Demikian pula dengan EPS di setiap lembar saham mereka.
Dari uraian di atas, kita bisa menarik satu simpulan. Bahwa kalau ingin harga saham terdongkrak, kita mesti mencermati pertumbuhan EPS-nya. Sebab, EPS ibarat sebuah "vitamin", yang bisa menjaga "stamina" perusahaan dalam mengarungi "belantara" bisnis yang penuh dengan persaingan.
Konsistensi pertumbuhan EPS juga bergantung pada tipe perusahaan tertentu. Sebab, EPS yang terus bertumbuh umumnya ditemukan pada perusahaan berteknologi rendah.Â
Jadi, kalau ingin menemukan perusahaan yang EPS-nya meningkat dari waktu ke waktu, sebetulnya "rumus"-nya mudah saja. Kita cukup mencari perusahaan berteknologi rendah, yang belanja modalnya minim, tapi menghasilkan cuan yang besar.
Salam.
Adica Wirawan, founder of Gerairasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H