Hal-hal "mistis" kadang terjadi dalam situasi darurat. Satu di antaranya ialah ketika Fred meniup peluit dengan kencang hingga suaranya melengking menerobos kesunyian rimba, lalu berjalan tergesa-gesa menembus semak, dan dengan wajah yang pucat, berkata kepada kami semua: "Aku menemukan mayat manusia di balik semak!"
Fred adalah turis mancanegara yang sekaligus ahli biologi yang tengah berlibur sembari menapaki kembali jejak Alfred Wallace di Indonesia. Ia merupakan seorang peserta yang ikut berkunjung ke sebuah hutan konservasi bersama kami.
Awalnya Fred tidak bertingkah macam-macam. Walaupun seorang ekspatriat, ia mudah bergaul dengan peserta tur lain, yang jumlahnya total 8 orang. Semua menerimanya karena perilakunya yang baik, sopan, dan lucu.
Namun, semua sikap Fred berbalik "180 derajat" ketika kami mengalami krisis. Sebab, dalam perjalanan pulang, minibus yang kami tumpangi tiba-tiba mogok di tengah hutan. Situasi bertambah genting saat malam mulai "memeluk" rimba dan dingin "menyergap" udara.
Di hutan yang dihuni banyak binatang buas, kami "sendirian" tanpa koneksi internet dan bala bantuan. Sejak saat itulah, Fred menunjukkan sifat aslinya dan kami mulai menganggapnya gila!
Kegilaan Fred mungkin tidak akan "kumat" kalau perjalanan kami lancar-lancar saja seperti saat perjalanan pergi. Seperti sempat kusinggung, sebelumnya kami mengunjungi sebuah hutan konservasi. Di sana kami semua berkesempatan menyaksikan kehidupan satwa langka dari dekat.Â
Setelah selesai berkunjung, pulanglah kami semua ke penginapan. Mayoritas rombongan sudah lelah sehabis menyusuri hutan. Bisa kulihat wajah mereka yang berminyak, mengantuk, dan tersungut-sungut.
Mini bus yang kami naiki pun melaju pelan, melintasi jalanan berbatu dan bergelombang. Namun, baru jalan beberapa kilometer, mini bus tua ini tiba-tiba mogok. Sialnya ia justru berhenti di tepi hutan! Sialnya lagi hari sudah mulai gelap dan perjalanan untuk sampai ke penginapan masih 35 kilometer!
Sebagai pemandu wisata yang bertanggung jawab penuh kepada rombongan, aku pun bertindak cepat. Kupanggil Her, sopir sekaligus pemilik minibus ini.
"Bisa kaubetulkan mini bus ini secepatnya, Her?" Kataku.
Her turun memeriksa kondisi mesin. Tak lama kemudian ia memanggilku.