Di depannya, terlihat bapak-bapak sedang duduk. Ia tampak letih dan kotor. Matanya terus saja menatap kosong ke jalan. Di sampingnya tergeletak pikulan, yang dijejali bungkusan kerupuk. Sepertinya itu adalah barang dagangannya yang belum banyak terjual. Mungkin ia murung lantaran belum ada yang membeli dagangannya.
Saya merasa kasihan melihatnya. Walaupun saya melihatnya hanya sepintas, bayangan wajahnya terus "menghantui" saya. Hingga akhirnya, secara spontan, saya mampir ke sebuah restoran Padang, memesan sebungkus nasi, lalu menghampiri bapak-bapak itu.Â
Saya menyerahkan nasi bungkus itu kepadanya. Ia menyambut pemberian saya dengan ucapan: "Terima kasih, Pak." dengan suara hangat tanpa melihat saya, sebab saya tahu ia seorang tunanetra. Â
Bapak-bapak itu mungkin tak tahu nama saya. Ia juga tak kenal wajah saya. Ia pun mungkin sudah lupa kejadian itu. Namun, bagi saya, kejadian itu sungguh indah dikenang. Sebab, ketika saya mengingat wajahnya yang dipenuhi senyum, hati saya menjadi gembira---sangat gembira. Bahkan, sewaktu saya menulis kisah itu, perasaan saya pun "hanyut" oleh kebahagiaan seolah kejadian itu baru saja terjadi.
Cinta Kasih Tanpa Pilih Kasih
Seperti penggunaan gas alam, kebaikan demikian tak meninggalkan "residu" negatif di hati, tetapi justru menyisakan "jejak" inspirasi dalam diri orang lain. Kebaikan yang disampaikan secara tulus, ikhlas, dan tepat akan menjadi "energi baik" yang berdampak positif bagi sesama. Setidaknya itulah yang saya saksikan manakala saya ikut melakukan kebaikan lainnya dalam acara bakti sosial di sebuah panti asuhan, di kawasan Bekasi Selatan.
Bersama teman-teman, saya datang membagikan kebahagiaan ke sana. Kami menghibur anak-anak dengan beragam jenis pertunjukkan, dan anak-anak itu tampak gembira. Sewaktu melihat atraksi barongsai, misalnya, anak-anak yang duduk di dalam tenda langsung berkerumun di pelataran.
Mereka antuasias menyaksikan tarian barongsai yang diiringi suara tabuhan genderang. Mereka tertawa bisa mengelus-elus kepala barongsai yang menghampiri mereka. Mereka bertepuk tangan sewaktu kedua barongsai berduet memperagakan aksi yang sulit. Wow! Mungkin bagi mereka, itu adalah sebuah atraksi hebat yang belum pernah mereka saksikan secara langsung.
Saya pribadi cukup kagum melihatnya. Sebab, dalam kondisi terhipnosis demikian, tubuh sukarelawan itu tetap tegak dan kuat dilewati beberapa anak. Ia sanggup menahan bobot tubuh orang-orang yang menginjaknya. Setelah selesai, ia pun tak mengalami cedera sedikit pun. Luar biasa!