Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerita Bu Meri, Ibu Rumah Tangga yang Sukses "Mengembangkan" RPK UD Hijrah

9 Mei 2018   10:27 Diperbarui: 9 Mei 2018   13:57 1095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ud hijrah mendapat pinjaman freezer dari bulog berkat performanya yang baik (sumber: dokumentasi pribadi)

Produk "Primadona" di RPK UD Hijrah

Sewaktu menelusuri rak-rak yang terdapat di dalam RPK UD Hijrah, saya menemukan beragam produk BULOG. Semua produk tersebut diberi label KITA. Sebut saja produk Beras KITA. Produk ukuran lima kilogram per kantong tersebut mempunyai kualitas premium.

produk beras 5 kg, yang menurut cerita bu meri, sangat laku dibeli masyarakat (sumber: dokumentasi pribadi)
produk beras 5 kg, yang menurut cerita bu meri, sangat laku dibeli masyarakat (sumber: dokumentasi pribadi)
Kualitasnya pun setara dengan produk beras jenis lain yang dijual di supermarket. Hanya saja, harganya jauh lebih murah, sekitar Rp 59.750, berbeda dengan beras lain yang dipatok dengan harga sekitar Rp 64.000 di pasaran. Makanya, jangan heran kalau Bu Meri menyebut bahwa produk Beras Kita laris diserap pasar secara rutin.

daftar harga produk bulog diperlihatkan setiap hari (sumber: dokumentasi pribadi)
daftar harga produk bulog diperlihatkan setiap hari (sumber: dokumentasi pribadi)
Selain itu, Bu Meri juga menyebut produk lain yang dijualnya pada momen-momen tertentu saja. Sebut saja, produk bawang putih, yang sempat ditawarkannya kepada pelanggannya beberapa bulan lalu.

Pada saat itu, Bu Meri menyetok bawang putih di RPK miliknya dari gudang BULOG lantaran harganya sedang tinggi di pasaran. Alih-alih mengambil untung besar, ia malah menjual bawang putih di bawah harga yang berlaku pada saat itu. Ia tetap memasang harga sesuai dengan ketentuan BULOG.

"Sebab, RPK bertujuan membantu pemerintah untuk menjaga stabilitas harga di masyarakat," katanya. Sewaktu harganya turun di pasaran, Bu Meri memutuskan berhenti menyetok bawang putih, dan kembali membelanjakan produk BULOG yang rutin dibelinya.

Biarpun mengambil marjin keuntungan yang kecil, Bu Meri menyebut bahwa orderan terus datang dari berbagai tempat. Padahal, ia mengaku tidak menggunakan teknik promosi khusus. Sebab, promosi yang selama ini dilakukannya hanyalah lewat getok-tular saja.

beragam produk bulog, seperti beras dan minyak, laris diserap pasar (sumber: dokumentasi pribadi)
beragam produk bulog, seperti beras dan minyak, laris diserap pasar (sumber: dokumentasi pribadi)
Makanya, jangan heran kalau pelanggannya ada yang berasal dari daerah Lubangbuaya dan Bintaro, yang notabenenya jauh dari lokasi RPK UD Hijrah. "Biasanya, mereka terlebih dulu memesan barang via whatsapp dan sewaktu mampir, mereka mengambil pesanannya," katanya.

Saya sempat merasa heran. Mengapa ada orang yang jauh-jauh datang membeli barang di RPK UD Hijrah? Apakah di sekitarnya tak ada RPK? Bu Meri menjelaskan bahwa hal itu terjadi lantaran RPK setempat belum menyediakan layanan yang optimal atau bahkan tutup sebelum berkembang. Hal itu tentunya lumrah terjadi di dalam bisnis. Biarpun sudah disokong fasilitas penunjang, risiko bangkrut tetaplah ada.

Makanya, untuk mengatasi kendala tersebut, akan jauh lebih baik kalau BULOG mengelola komunitas pengusaha RPK. Pengelolaan itu jelas penting. Sebab, program RPK yang baru berjalan beberapa tahun membutuhkan komunitas yang solid agar dapat berkembang lebih jauh. Tanpa dukungan dari komunitas, pengusaha RPK seolah berjalan sendiri-sendiri, sehingga akan sulit melebarkan "sayap" usahanya.

Pengelolaan komunitas bisa dilakukan dengan mengadakan kopi darat alias kopdar. Lewat pertemuan itu, para pengusaha RPK bisa berkenalan, berbagi pengalaman, dan bercerita tentang masalah yang dihadapi. Sebab, ternyata pengusaha RPK punya masalah yang beragam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun