"Amanah" sebagai ibu rumah tangga bukanlah "halangan" untuk tetap produktif. Setidaknya itulah yang tercermin dalam diri Bu Meri D Mardansyah. Bersama suaminya, Ir. Rudi Rinaldi, ia mendirikan Rumah Pangan Kita (RPK) pada tahun 2017 dan hingga sekarang usahanya berjalan dengan lancar dan menghasilkan omzet yang terbilang besar.
Ibu Meri memberi nama RPK-nya UD Hijrah. RPK tersebut terletak di Jalan Srikaya 3 Nomor 9, Komplek BDN, Jatiwaringin, Pondokgede. Sewaktu saya menyambanginya beberapa waktu yang lalu, lokasi RPK itu terbilang sepi. Maklum saja, posisinya agak jauh dari jalan utama. Makanya, hanya sedikit kendaraan yang lewat di depannya.
![tampilan depan ud hijrah (sumber: dokumentasi pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/05/09/20180508-103442-5af26116caf7db691f4deea5.jpg?t=o&v=770)
Atas prestasi itulah BULOG kemudian memberi pinjaman berupa freezer. Menurut Bu Meri, pinjaman dua buah freezer itu hanya diberikan kepada RPK-RPK yang menunjukkan angka penjualan produk yang baik. Jadi, tidak semua RPK mendapat kesempatan yang sama pada awalnya. Berkat fasilitas tersebut, Bu Meri bisa menambah lini produk yang dijualnya, yaitu daging sapi dan daging kerbau. Komoditas yang biasanya akan menjadi "primadona", terutama jelang Bulan Puasa dan Lebaran.
![ud hijrah mendapat pinjaman freezer dari bulog berkat performanya yang baik (sumber: dokumentasi pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/05/09/20180508-103626-5af26058f133442642742a33.jpg?t=o&v=770)
Pada suatu hari, saat melintasi kantor BULOG yang terletak di kawasan Gatot Subroto, Jakarta, Pak Rudi melihat program RPK di spanduk. Ia kemudian merasa tertarik membuka usaha RPK. Apalagi di rumahnya terdapat ruang kosong yang dimanfaatkan untuk berjualan.
Agar dapat membuka RPK di rumahnya, kemudian Pak Rudi mengurus semua persyaratan dan perizinan yang diperlukan. Semuanya diurus secara manual. Maklum saja, pada saat itu, pendaftaran RPK belum bisa dilakukan secara online.
Makanya, pada saat itu, Pak Rudi mesti mengumpulkan berkas, mendatangi kantor BULOG untuk mendaftar RPK, dan menunggu proses verifikasi dari BULOG. Proses tersebut terbilang singkat, kurang dari seminggu. Pasalnya, beberapa hari setelah mengisi formulir pendaftaran, petugas BULOG datang menyurvei lokasi.
Maklum saja, BULOG menetapkan peraturan bahwa di satu RW hanya boleh berdiri satu RPK. Hal itu tentunya bertujuan menghindari "kanibalisme" antarpengusaha RPK. Jangan sampai terjadi "perang dagang" dan "perang harga" lantaran terdapat beberapa RPK di lokasi yang sama.
Setelah semuanya oke, Bu Meri kemudian menyetorkan uang sebesar 5 juta rupiah sebagai modal awal. Uang tersebut ditukarkan dengan beragam jenis produk, seperti beras, minyak, tepung, dan gula pasir. Semua produk tersebut selanjutnya dikirim dari gudang BULOG ke lokasi tanpa dipungut biaya sepeserpun!
Selain itu, Bu Meri juga mendapat "bonus" berupa spanduk dan rak yang diberikan secara cuma-cuma. Semua "bonus" tersebut dimanfaatkan menjadi media promosi kepada calon pelanggan. Sejak saat itulah, pada awal tahun 2017, RPK UD Hijrah yang dikelola bersama oleh Pak Rudi dan Bu Meri resmi berdiri.
Produk "Primadona" di RPK UD Hijrah
Sewaktu menelusuri rak-rak yang terdapat di dalam RPK UD Hijrah, saya menemukan beragam produk BULOG. Semua produk tersebut diberi label KITA. Sebut saja produk Beras KITA. Produk ukuran lima kilogram per kantong tersebut mempunyai kualitas premium.
![produk beras 5 kg, yang menurut cerita bu meri, sangat laku dibeli masyarakat (sumber: dokumentasi pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/05/09/20180508-103812-5af26115ab12ae1675327cb2.jpg?t=o&v=770)
![daftar harga produk bulog diperlihatkan setiap hari (sumber: dokumentasi pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/05/09/daftar-harga-5af25ff4bde57576b0024964.jpg?t=o&v=770)
Pada saat itu, Bu Meri menyetok bawang putih di RPK miliknya dari gudang BULOG lantaran harganya sedang tinggi di pasaran. Alih-alih mengambil untung besar, ia malah menjual bawang putih di bawah harga yang berlaku pada saat itu. Ia tetap memasang harga sesuai dengan ketentuan BULOG.
"Sebab, RPK bertujuan membantu pemerintah untuk menjaga stabilitas harga di masyarakat," katanya. Sewaktu harganya turun di pasaran, Bu Meri memutuskan berhenti menyetok bawang putih, dan kembali membelanjakan produk BULOG yang rutin dibelinya.
Biarpun mengambil marjin keuntungan yang kecil, Bu Meri menyebut bahwa orderan terus datang dari berbagai tempat. Padahal, ia mengaku tidak menggunakan teknik promosi khusus. Sebab, promosi yang selama ini dilakukannya hanyalah lewat getok-tular saja.
![beragam produk bulog, seperti beras dan minyak, laris diserap pasar (sumber: dokumentasi pribadi)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/05/09/produk-bulog-5af26234cf01b42c6242fcf2.jpg?t=o&v=770)
Saya sempat merasa heran. Mengapa ada orang yang jauh-jauh datang membeli barang di RPK UD Hijrah? Apakah di sekitarnya tak ada RPK? Bu Meri menjelaskan bahwa hal itu terjadi lantaran RPK setempat belum menyediakan layanan yang optimal atau bahkan tutup sebelum berkembang. Hal itu tentunya lumrah terjadi di dalam bisnis. Biarpun sudah disokong fasilitas penunjang, risiko bangkrut tetaplah ada.
Makanya, untuk mengatasi kendala tersebut, akan jauh lebih baik kalau BULOG mengelola komunitas pengusaha RPK. Pengelolaan itu jelas penting. Sebab, program RPK yang baru berjalan beberapa tahun membutuhkan komunitas yang solid agar dapat berkembang lebih jauh. Tanpa dukungan dari komunitas, pengusaha RPK seolah berjalan sendiri-sendiri, sehingga akan sulit melebarkan "sayap" usahanya.
Pengelolaan komunitas bisa dilakukan dengan mengadakan kopi darat alias kopdar. Lewat pertemuan itu, para pengusaha RPK bisa berkenalan, berbagi pengalaman, dan bercerita tentang masalah yang dihadapi. Sebab, ternyata pengusaha RPK punya masalah yang beragam.
Sebut saja Bu Meri yang terkendala mengembangkan bisnisnya lantaran gaptek alias gagap teknologi. Sebetulnya ia ingin mengirim barang ke pelanggan via angkutan daring. Selain lebih praktis, pengiriman demikian juga menghemat tenaga.
Namun, Bu Meri mengaku masih bingung menggunakan aplikasi tersebut. Padahal, ia sudah mendapat pelatihan dari petugas BULOG tentang cara mempromosikan produk lewat media sosial dan menggunakan aplikasi.
"Saat diajarkan sebentar, besoknya saya sering lupa," katanya, disertai senyum. "Maklum saja, saya sepertinya terkendala usia." Makanya, dengan diadakannya kopi darat itu, siapa tahu saja, Bu Meri mendapat solusi atas persoalan tersebut.
Kendala lain yang sempat disinggung oleh Bu Meri ialah soal biaya operasional. Pasalnya, biaya tersebut perlu dipikirkan betul-betul, terutama bagi calon pengusaha RPK yang berencana mengontrak toko. Sebab, biaya tersebut jelas menyita banyak anggaran. Makanya, bagi calon pengusaha RPK yang ingin menyewa toko, Bu Meri menyarankan melakukan promosi yang gencar untuk "mendongkrak" omzet, sehingga bisa menutupi semua biaya operasional seperti sewa toko dan listrik.
RPK BULOG Hadir untuk Kita
Selain uang, "modal" lain yang wajib dimiliki oleh pengusaha RPK ialah kepercayaan. Bagi saya, kepercayaan sangat penting untuk semua hubungan, termasuk dalam dunia bisnis. Makanya, Bu Meri menjaga betul-betul kepercayaan itu.
Buktinya, kini petugas BULOG jarang melakukan sidak alias inspeksi mendadak ke RPK UD Hijrah lantaran sudah percaya bahwa ia tidak akan berbuat curang. "Dulu, petugas sering datang ke RPK saya untuk melakukan sidak," katanya. "Sekarang sudah jarang, sebab mereka percaya dengan RPK yang saya kelola."
Makanya, RPK UD Hijrah yang dibangunnya masih bertahan dan bahkan berkembang hingga sekarang. Kepercayaan lain juga datang dari pelanggannya. Mereka melakukan pembelian berulang di RPK miliknya lantaran percaya terhadap kualitas produknya, yang sehat dan murah.
Bahkan, Bu Meri sempat "banjir" order jelang Bulan Puasa. Pasalnya, pada tanggal 13 Mei 2018, ibu-ibu komplek berniat mengadakan bazar dan meminta Bu Meri menyiapkan paket dalam jumlah besar. "Namun, saya tidak menyanggupinya karena keterbatasan tenaga," katanya.
Hal itu tentunya menunjukkan bahwa RPK BULOG tak hanya hadir di sekitar kita, tetapi juga bermanfaat untuk kita. Sebab, keberadaan RPK BULOG di masyarakat membantu pemerintah dalam menjaga stabilitas harga pangan dan menyediakan produk berkualitas baik dengan harga terjangkau bagi masyarakat.
Salam.
Adica Wirawan
NB: Sekadar informasi, pendaftaran RPK kini lebih mudah dilakukan. Kita cukup mendaftar menjadi peserta di situs www.bulog.co.id dan melengkapi sejumlah syarat. Adapun syarat yang dimaksud ialah (1) mengisi formulir permohonan RPK di website, (2) memiliki tempat untuk outlet penjualan, (3) menyediakan fotokopi KTP/SIM, (4) melampirkan surat keterangan domisili dari RT/RW/Kelurahan, (5) menyertakan Surat Izin Usaha dari kelurahan, dan (6) melakukan pembelian awal komoditas. Untuk informasi lebih lanjut, silakan cek medsos RPK berikut.
Facebook: rumahpangankita
Twitter: @rumahpangankita
Instagram: @rpk_bulog
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI